FILSAFAT HUKUM

FILSAFAT HUKUM

A.    Filsafat hukum
Filsafat hukum adalah filsafat yang objeknya khusus hokum Pokok kajian filsafat hukum :
•    Ontologi hukum yaitu ilmu tentang segala sesuatu (Merefleksi hakikat hukum dan konsep-konsep fundamental dalam hukum, seperti konsep demokrasi, hubungan hukum dan kekuasaan, hubungan hukum dan moral).
•    Aksiologi hukum yaitu ilmu tentang nilai (Merefleksi isi dan nilai-nilai yang termuat dalam hukum seperti kelayakan, persamaan, keadilan, kebebasan, kebenaran, dsb)
•    Ideologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang mengangkut cita manusia (Merefleksi wawasan manusia dan masyarakat yang melandasi dan melegitimasi kaidah hukum, pranata hukum, sistem hukum dan bagian-bagian dari sistem hukum). Teleologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita hukum itu sendiri (Merefleksi makna dan tujuan hukum)
•    Epistemologi yaitu ilmu tentang pengetahuan hokum (Merefleksi sejauhmana pengetahuan tentang hakikat hukum dan masalah-masalah fundamental dalam filsafat hukum mungkin dijalankan akal budi manusia)
•    Logika hukum yaitu ilmu tentang berpikir benar atau kebenaran berpikir (Merefleksi atran-aturan berpikir yuridik dan argumentasi yuridik, bangunan logical serta struktur sistem hukum)
•    Ajaran hukum umum

anda bisa dapatka file word lengkap, download filenya segera..........

DOWNLOAD FILE

MACAM-MACAM SENI

MACAM-MACAM SENI

A.    Seni lukis

Karya seni dua demensi yang bisa mengungkapkan pengalaman atau perasaan si pencipta. Pelukis yang sedang sedih akan tercipta karya yang bersifat susah, sedangkan pelukis  yang sedang gembira akan tercipta karya yang riang. Karya tersebut terlihat pada goresan, garis-garis dan pewarnaan.


B.    SENI GRAFIKA

Seni ini tercipta melalui pemikiran seseorang yang penuh dengan nilai seni dengan melalui media komputer dan biasanya banyak digunakan sebagai media untuk membuat suatu brosur


C.    SENI patung
    Seni Patung termasuk karya 3 Demensi. Karya seni ini termasuk seni murni yang diciptakan untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan dari seniman yang mempunyai nilai    estestis yang tinggi.


tutorial lengkapnya, dapat anda download pada link di bawah ini............

DOWNLOAD FILE

KTI PEMANASAN GLOBAL

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kurnia – Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah  tentang penyakit pada sistem reproduksi manusia. Dalam menyelesaikan makalah fisika ini yang membahas tentang global warming dan semua itu  tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya .
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak mengalami kekuranagan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.










Suppa,     Februari  2011

ASMI


KTI lengkap, silahkan download di bawah ini...

DOWNLOAD FILE DI SINI

Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal (Isjoni, 2009: 8). Merujuk pada hal ini perkembangan model pembelajaran terus mengalami perubahan dari model tradisional menuju model yang lebih modern. Model pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu aktivitas kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.

Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif. Kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu Cooperate yang berarti bekerja bersama-sama. Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni,2009 : 14).

Menurut Slavin (1985) dalam bukunya Isjoni (2010: 12) mengatakan, bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.  Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Terdapat empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu, adanya peserta didik yang terbagi dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2008: 241). Pembelajaran kooperatif adalah miniatur dari bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing (Suyatno, 2009: 51)

Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran  kooperatif adalah suatu model pembelajaran saat ini yang banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain. Model ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, namun tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif. Roger dan David dalam Bukunya Suprijono (2010: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar berkelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat dan diakui dari perolehan pengetahuan yang didistribusikan dalam bentuk nilai hasil belajar.

Anda dapat melihat file selengkapnya. silahka download di sini...

DOWLOAD FILE

MODEL PEMBELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal (Isjoni, 2009: 8). Merujuk pada hal ini perkembangan model pembelajaran terus mengalami perubahan dari model tradisional menuju model yang lebih modern. Model pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu aktivitas kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran.Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif. Kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu Cooperate yang berarti bekerja bersama-sama. Pembelajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni,2009 : 14).Menurut Slavin (1985) dalam bukunya Isjoni (2010: 12) mengatakan, bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Terdapat empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu, adanya peserta didik yang terbagi dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2008: 241). Pembelajaran kooperatif adalah miniatur dari bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing (Suyatno, 2009: 51)Karakteristik Model Pembelajaran KooperatifPembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran saat ini yang banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain. Model ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, namun tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif. Roger dan David dalam Bukunya Suprijono (2010: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar berkelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat dan diakui dari perolehan pengetahuan yang didistribusikan dalam bentuk nilai hasil belajar.Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran sebagaimana dikemukakan Slavin (1995) dalam bukunya Isjoni (2009: 33), yaitu :
Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan.
selengkapnya silahkan dowload di sini...........

DOWNLOAD FILE WORD

Annual Report 1998

Report of the Executive Director for 1998

The Bernard van Leer Foundation supports projects that work to improve opportunities for young children living in disadvantaged circumstances. I therefore want to start my report by recording our recognition of the wonderful commitment to the well-being of young children that is shown by all the
projects that we support.
I also want to thank my colleagues in the Foundation for their continued commitment and enthusiasm.With our Strategic Plan to guide us, 1998 was another year in which we made good
progress in improving quality in all aspects of our work: from developing our programme of project support; through launching new dissemination devices; to enhancing internal efficiency.We also looked back to learn more from our accumulated experiences; and continued to look outwards to learn from others. A report like this can only give a flavour of what we have been doing, why and with what results. It is arranged under the following sections: Supporting projects (page 5); Gathering, analysing and sharing (page 8); Partnerships and external relationships (page 11); Preparing for tomorrow (page 12); Events and awards (page 13); The Board of Trustees (page 15); and Conclusions (page 15). the conceptualisation, development and operational stages of projects; and in evaluation and follow-up work. This means that we develop working relationships with our partners
in which we learn from one another. One strategically important benefit for the Foundation is that such relationships allow us to draw out the lessons that are being learned at all stages in the life of a project. It is this knowledge that forms the core of the dissemination work that I discuss later in this report (see pages 8-11). During 1998 the Foundation approved grants to 125 projects in 37 countries, for a total value of  20.8 million. A list of grants of  15,000 and above can be found on pages 25-33, while the Financial Report (pages 18-23) gives a breakdown of all figures associated with project support. Quality improvement Over the years, the Foundation has developed a very diverse programme of project support across the many regions and countries where it has a presence. Our highly contextual approach to programme development allows us to do justice to local circumstances and conditions in which disadvantaged children live. At the same time we have increasingly become aware of the need to identify the common ground and explore issues of quality which affect all projects.We feel that a better grasp of the issues, based on a discussion of relevant experiences, could give further impetus to improved strategies and methods for programme development.
As a result,  began a series of in-house discussions on elements of quality important to
intervention projects with children, families and communities. The idea is to determine the key
issues that contribute to the success or failure of a project and then try to distil criteria from
these that can be applied in future assessment and monitoring of new project submissions.
So far, a number of key issues have been clustered for discussions. These range from:
early childhood development projects in comprehensive community development programmes, through the work of projects being sustainable, to issues of documentation and innovation in themes, objectives and strategies.

Bernard van Le e r Foundation 7 Annua l Repor t
Hey! What are you reading?
Mexico: Citlalmina Project
photo: Unidad de Capacitación e Investigación Educativa para la Participación
Poster competition entry

DOWNLOAD FILE

An analysis of abstracts from the Toronto AIDS conference – did we deliver for children?

analysis of abstracts from the Toronto AIDS Conference – did we deliver for children?
The 2006 International AIDS Conference was held in Toronto, Canada and was the largest gathering of HIV researchers to date. Horton (2006) posed a challenge at the conference by highlighting many of the shortcomings in relation to HIV issues and care associated with children. An analysis of the 2004 Bangkok conference showed some of the difficulties associated with abstract acceptance on child-related issues. This study represents a follow-up with a similar analysis for the Toronto conference.
International AIDS Conferences — a brief explanation
The International AIDS Conferences provide a focal point for research, updates and information exchange in the global fight against HIV. Countries from around the world participate in the conferences, which encourage multidisciplinary decision-making and policy formation on the most prominent HIV topics. The meetings are known to influence strategy and policy and to direct the response to the AIDS epidemic over the short term (Gayle and Wainberg 2007). Wells (2006) noted “the biennial AIDS conference is often exhausting and irritating, but it offers a unique view of how science and society interact”.
The Toronto conference was the 16th such meeting, and attracted more than 24,000 delegates. Box 1 lists previous international AIDS gatherings to date.
Box 1. International AIDS Society Conferences to date
Atlanta (1985)
Paris (1986)
Washington (1987)
Stockholm (1988)
Montreal (1989)
San Francsco (1990)
Florence (1991)
Amsterdam (1992)
Berlin (1993)
Yokahama (1994)
Vancouver (1996)
Geneva (1998)
Durban (2000)
Barcelona (2002)
Bangkok (2004)
Toronto (2006)
Forthcoming Mexico (2008)
There are many views on the conference, but it is clear that it plays a pivotal role in networking, information exchange and policy-making. For example an editorial in Nature (2006) noted “The biennial ritual of activists heckling drug-company officials or tearing down their stands may seem trite, the political speeches tiresome, and the appearances by Hollywood figures and other celebrities frivolous. But that’s the world we live in. Full participation in the AIDS meeting will, as it has in the past, serve to invigorate researchers and ensure the continued relevance of their work.”
Background to the study
The Toronto conference received over 12,000 abstracts, from which an interdisciplinary programme was selected. Abstracts were subjected to a blind review process and awarded one of six levels: oral presentation, key discussion, poster discussion, poster exhibition, CD-only, or reject. The database of abstracts was reproduced on a CD.
The oral presentations formed the major part of the programme. The discussion groups clustered around the posters in the poster area, with gatherings of delegates and a brief (5 minute) discussion. The poster exhibitions allowed for a poster presentation display. Delegates were able to talk informally to authors who were requested to be present at their poster at designated timeslots. CD-only abstracts appeared on the CD, but did not appear in any other way in the programme. The rejected abstracts did not appear on the CD.
The conference comprised five themes, which are listed in Box 2.
An earlier analysis was carried out of the 2004 Bangkok Conference abstracts (Sherr 2006). This analysis found that child-related abstracts formed 3.6% of accepted abstracts. This was lower than the average acceptance rate for all abstracts. Acceptance of child-related abstracts was more likely in the medical tracks, despite the fact that there were more psychosocial than medical abstracts submitted. Overall, this previous analysis showed an under-representation of child-related abstracts, with an emphasis on medical and empirical/quantitative data in those accepted.
This paper aims to explore the frequency and specifics of child-focused HIV research through a detailed analysis of the abstract database of the Toronto International AIDS Conference. With the understanding and knowledge gained from this analysis it will be possible to inform research and programme agendas, and highlight any changes from the Bangkok conference as planning towards Mexico 2008 proceeds.
Methodology
The database from the conference was used for this analysis. The database contained 12,780 abstracts and was accessed by courtesy of the International AIDS Society, for which we gratefully acknowledge our thanks. The analysis does not include invited (non-abstract-driven) sessions, such as plenary talks. Two major searches of the database were made.
Search 1 – keyword search
This search provided a list of abstracts where selected keywords had appeared anywhere in the abstract (title or content). Twenty-five keywords were used: ‘pregnancy’ , ‘treatment’ , ‘gay men’ , ‘migrant’ , ‘drug use’ , ‘adherence’ , ‘HAART’ , ‘interruption’ , ‘vaccine’ , ‘side-effects’ , ‘women’ , ‘adolescent’ , ‘USA’ , ‘Africa’ , ‘children’ , ‘orphan’ , ‘infant’ , ‘paediatric/pediatric’ , ‘law’ , ‘ethics’ , ‘access’ , ‘prevention’ , ‘microbicide’ , ‘RCT’ (‘randomised controlled trial’) and ‘Clinton/Gates’ . These comprise the 18 keywords used in the Bangkok analysis which were repeated for an analysis of change over time, plus additional keywords capturing up-to-date themes.
Box 2. The five themes (tracks) at the Toronto AIDS Conference
Track A – Basic science ß
Track B – Clinical research, treatment and care ß
Track C – Epidemiology and prevention ß
Track D – Social and Economic issues ß
Track E – Policy and Programme implementations ß
An analysis of abstracts from the Toronto AIDS Conference 3
Search 2 – child-related database creation
A second more detailed selection of abstracts was made, and a child-related abstract database created from this selection. This was carried out as follows.
A computer programme was written to capture all abstracts containing one of the following keywords: ‘child’ , ‘children’ , ‘orphan’ , ‘family’ , ‘pediatric’ , ‘paediatric’ , ‘infant’ , ‘youth’ , ‘adolescent’ , ‘pregnancy’ , ‘childbirth’ , ‘baby’ and ‘child development’. All identified abstracts were then compiled into a specific database for detailed analysis. This search generated a database of 2712 abstracts, drawn from the original 12,780.
This database of 2712 was then further refined by detailed reading, and abstracts shortlisted for direct child-relevance, rather than simply mentioning the word child within the body of the abstract. All abstracts were read through by a researcher for relevance. A random selection were double-coded by a second researcher to ensure agreement with the sort process. A total of 748 abstracts met the inclusion criteria (748/2712=27.6%) and were deemed to be directly related to children.

DOWNLOAD FILE