PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Jumat, 15 Februari 2013

DIFFERENSIASI SOSIAL


BAB I
DIFFERENSIASI SOSIAL
1.1  Latar Belakang

Dalam kenyataan yang ada di dalam masyarakat perbedaan-perbedaan yang terjadi memang secara kodrati telah ada. Perbedaan tersebut yang membuat keseimbangan dan kedinamisan dalam hidup bermasyarakat. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut akan menyebabkan pembagian tugas di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tersebut ada yang bersifat vertical maupun horizontal. Pada kesempatan ini kami akan membahas dan memaparkan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam masyarakat yang bersifat horizontal daln biasa sisebut diferensiasi sosial.

Dalam diferensiasi sosial perbedaan-perbedaan tersebut mempunyai derajat yang sama dan seyogyanya saling menghormati dalam perbedaan-perbedaan tersebut. Namun pada kenyataannya perbedaan yang terjadi pada masyarakat tersebut sering menyebabkan terjadinya konflik. Konflik-konflik tersebut dapat terjadi karena adanya diferensiasi sosial dalam hal agama, etnik, ras, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Sehingga pada kesempatan kali ini kami ingin mengkaji dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang terkait dengan diferensiasi sosial pada masyarakat dengan harapan menemukan perpecahan masalah yang dapat diterapkan dan berguna dengan baik. Oleh karena itu pada makalah ini kami mencoba mengulas sedikit mengenai Differensiasi Sosial yang ada di lingkungan sekitar.

1.2 Batasan masalah
Dalam Pembuatan Makalah ini, penulis hanya akan mengulas dan membatasi masalah seputar differensiasi sosial yang terjadi di masyarakat desa Ringianyar.

1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,maka rumusan masalah dari Makalah ini adalah :
  • Apa pengertian dari diferensiasi sosial?
  • Apa saja bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial?
  • Apa penyebab terjadinya disorganisasi sosial?
  • Bagaimana konflik dapat timbul akibat perbedaan etnik?
  • Bagaimana cara mengurangi konflik akibat perbedaan etnik?

1.4  Tujuan Penelitian
     Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
  • Untuk mengetahui pengertian dari diferensiasi sosial.
  • Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial.
  • Untuk mengetahui penyebab terjadinya disorganisasi sosial.
  • Untuk mengetahui konflik dapat timbul akibat perbedaan etnik.
  • Untuk mengetahui cara mengurangi konflik akibat perbedaan etnik.
 1.5    Metode Penulisan Makalah
Metode penelitian dan pengumpulan data dalam makalah ini di lakukan dengan sistim dokumentatif, yaitu mengambil referensi bahan dari beberapa sumber yang telah di rangkum dan melakukan pengamatan di Desa Ringinanyar, Blitar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat secara horisontal berdasarkan ciri-ciri tertentu. Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial. Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Dalam penelitian kali ini kami melakukan di Desa Ringinanyar, di desa ini kami menemui terjadinya diferensiasi, diferensiasi tersebut berupa perbedaan-perbedaan antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin
1.2  Wujud Diferensiasi
Hal-hal yang dapat membedakan antar kelompok manusia dalam masyarakat sangat beragam dan terus berkembang dari masa ke masa, secara sistematis perbedaan sosial berdasarkan sumbernya dapat dipilah sebagai berikut:
  • Alamiah seperti perbedaan ras, jenis kelamin, usia, dan intelegensi.
  • Sosial (lebih dipengarui oleh konstruksi sosial atau budaya) seperti perbedaan etnis, gender, agama, dan kebudayaan.
. Di Desa Ringinanyar kami mengidentifikasi bahwa masyarakat yang tinggal di desa terdebut itu merupakan masyarakatnya bersifat heterogen, karena di desa tersebut terlihat banyak terdapat bentuk diferensiasi sosial diantaranya diferensiasi dalam hal:
1.      Profesi           
Masyarakat yang tinggal di Desa Ringinanyar ini ditemui bahwa memiliki profesi atau mata pencaharian yang beraneka macam diantara profesi tersebut pertani padi, petani lombok, petani jagung, petani tomat, petani tebu dan lain sebagainya dengan keanekaragaman profesi tersebut maka di masyarakat Desa Rringinanyar terjadi deferensiasi Sosial dalam hal profesi.
2.      Agama
Selain dalam hal profesi masyarakat Ringinanyar juga beragam dalam hal kepercayaan, terdapat lima kepercayaan yang ada di desa ini antara lain: Agama Islam, Kristen, Protestan, Hindu dan Budha. Dengan keanekaragaman profesi tersebut maka di masyarakat Desa Ringinanyar terjadi deferensiasi Sosial dalam hal Agama.
3.      Gender
Tentunya dalam sebuah masyarakat terdapat deferensiasi berdasarkan gender sehingga dalam pembagiaan tugas pun dapat kita lihat seperti: dalam pembagan kerja saat becocok tanam biasanya Lelaki mendapatkan tugas untuk mencangkul, memberikan pestisida, dan membajak sawah. Sedangkan para wanita mendapatkan tugas untuk menanam (tandur) dan memanen hasil tanaman tersebut. dengan pembedaan pembagian tugas tersebut maka di masyarakat Desa Ringinanyar terjadi deferensiasi Sosial dalam hal Gender.
4.      Usia
Usia adalah hal yang tidak dapat dihindari ketika seseorang dirasa kurang produktif dalam masyarakat tersebut maka orang tersebut tergolong usia non produktif. Dalam hal ini kelompok kami mengamati bahwa penduduk Desa Riginanyar yang non produktif mendapatkan perlakuan khusus seperti lebih diayomi atau lebih dirawat oleh usia Produktif. Sedangkan penduduk dalam usia produktif akan mencari pekerjaan guna memenuhi kebutuhaan hidup,serta menagung keperluaan usia non produktif. Melihat fenomena seperti ini maka di Desa Ringinanyar telah terjadi diferensiasi sisoal dalam hal Usia.
 1.3 Konsekuensi Diferensiasi Sosial
            Sepanjang perkembangan diferensiasi sosial tetap fungsional dan sifatnya saling mengisi, ketidakpuasan dan perselisihan di masyarakat kecil kemungkinan bakal tersulut. Tetapi ketika perbedaan dan perbenturan kepantingan mulai muncul serta ditambah lagi dengan makin menguatnya iakatan-ikatan primordial antara masing-masing kelompok, maka akan terjadi sebuah konflik, bahkan konflik yang terjadi akan menjadi konflik terbuka seperti halnya terjadi di Desa Ringinanyar ada seorang yang berprofesi sebagai dokter dan ada yang berprofesi sebagai tukang bangunan, orang yang berprofesi sebagai tukang bangunan sering kali memiliki sifat iri terhadap orang yang berprofesi sebagai dokter.  
 1.4 Pengertian dan Penyebab Disorganisasi Sosial
  • Pengertian Disorganisasi Sosial
Disorganisasi sosial adalah suatu proses sosial kontinu yang memanifestasikan aspek tekanan batin, ketegangan, bencana batin dari pada suatu sistem sosial. Disorganisasi Sosial (social disorganization) merupakan kebalikan dari Organisasi Sosial (social organization), bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa untuk memahami konsep social disorganization perlu pula memahami konsep Social organization. Social organization ditandai oelh adanya hubungan yang harmonis antara elemen yang berbeda dalam suatu sistem sosial. Hal yang sebaliknya dapat digunakan untuk mendefiniskan socila disorganization, yaitu apabila proses interaksi sosial dan fungsi yang efektif dari kelompok terpecah atau dapat juga dikatakan proses terpecahnya hubungan antar kelompok dalam suatu masyarakat
Ø  Penyebab Terjadinya Disorganisasi Sosial
Dalam suatu masyarakat, termasuk masyarakat yang ada di Desa Ringinanyar sering kali terjadi proses disorganisasi sosial, terjadinya disorganisasi sosial sekurang-kurangnya disebabkan oleh 3 faktor :
1.        Faktor Politik
Hubungan antar kelompok yang semula hidup rukun suatu saat bisa berubah menjadi penuh konflikketika di dalamnya di beri muatan politik.
Contoh: Seperti halnya masyarakat yang ada di Desa Ringianyar ketika pada saat terjadi pemilu, baik itu pemilu dalam memilih kepala desa maupun pemilu dalam memilih bupati, di masyarakat ini sering terjadi konflik baik antara individu dengan individu, maupun kelompok dengan kelompok yang disebabkan karena mereka memiliki   pandangan berbeda mengenai calon yang mereka pilih.
2.        Faktor Ekonomi
Perbedaan antar kelompok bisa berubah menjadi permusuhan atau sikap antipati ketika perbedaan antara masing-masing kelompok itu bersejajaran dengan kesenjangan kelas ekonomi.
Contoh: Seperti halnya di masyarakat Desa Ringinanyar, diantara masyarakat tersebut sering terjadi konflik (disorganusasi sosial) dikarenakan karena faktor ekonomi, bahkan disorganisasi sosial itupun ada yang terjadi di satu keluarga (antar anggota keluarganya sendiri) hal itu terjadi karena faktor pembagian hak waris yang salah satu anggota keluarganya merasa pembagian hak warisnya tidak adil.

3.        Faktor Sosial Budaya
Yang dimaksud faktor sosial budaya di sini terutama adanya ikatan primordialisme antara kelompok satu dengan kelompok yang lain atas dasar solidaritas etnis, ras, kelas, perbedaan budaya.
Contoh: masyarakat yang ada Desa Ringianyar pernah terjadi disorganisasi sosial karena faktor budaya yaitu ketika ada anggota masyarakat baru yang masuk dan bertempat tinggal menetap di desa tersebut, anggota masyarakat yang baru tersebut tidak bisa menyesuaikan diri dengan budaya yang ada di Desa Ringianyar.
 1.4  Timbulnya Konflik
            Konflik adalah keadaan dimana interaksi tidak berlangsung menurut nilai dan norma sehingga terjdi pertentangan atu pertikaian atas dasar berbagai kepentingan yang berbeda. Konflik merupakan proses atau keadaan dimana dua pihak atau lebih berusaha menggagalkan tujuan pihak lain kerena ada perbedaan pendapat, atau tuntutan-tuntutan masing-masing pihak.
Dalam hal ini diferensiasi sosial bisa juga menimbulkan suatu konflik seperti contoh di desa Ringinanyar terdapat etnik Jawa dan Cina yang memiliki kebudayaan brbeda. Etnik Cina yang mayoritas beragama Konghuchu tidak disenangi oleh masyarakat dari etnik Jawa asli. Sebab mereka yang mempunyai usaha sebagai penjual makanan siap saji tidak menggunakan kaidah islam yang menginginkan makanan halal. Para etnik Cina ini menjual makanan seperti bebek, ayam, dan lain sebagainya tanpa disembelih. Masyarakat sekitar merasa tidak nyaman dengan hal ini sehingga timbullah konflik diantara kedua etnik ini.
Konflik semacam ini bisa terjadi karena tidak adanya perasaan paling benar mengenai kebudayaan yang dianut oleh masing-masing pihak. Mereka berusaha menggagalkan tujuan/usaha dari etnik lain yang mempunyai kebudayaan berbeda.
 1.6. Upaya Mengurangi Konflik
                      Konflik dapat dikatakan merupakan suatu yang sementara sifatnya. Jika suatu konflik dapat diatasi, maka masyarakat dapat kembali kearah integrasi dan keteraturan.
          Konflik pada dasarnya bukan suatu hal yang diinginkan. Oleh karena itu, jika terjadi konflik dalam suatu kelompok atau masyarakat, mereka harus segera diatasi.
          Cara-cara untuk mengatasi konflik:
  1. Memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk segera mengakhiri konflik
  2. Memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk berunding
  3. Menggunakan jasa mediator (penengah)
  4. Meminta bantuan pihak ketiga
  5. Mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai demi tercepainya tujuan bersama yang diprakarsai penitia tetap
  6. Menganjurkan bertoleransi kepada kelompok-kelompok sosial yang berbeda
  7. Mengadakan gencatan senjata
  8. Membawa kasus ke pengadilan
  9. Penyesuaian kembali
          Dalam kasus pertikaian antar etnik jawa dan cina diatas upaya yang dilakukan untuk menurangi terjadinya konflik yaitu dengan cara paksaan. Etnik jawa yang merupakan entik mayoritas di kabupaten Blitar memaksa etnik Cina agar menjual makanan-makanan yang halal. Mereka mengancam akan membakar restoran tersebut apabila tidak mematuhi norma yang berlaku secara umum. Dan akhirnya dengan terpaksa etnik cina tersebut harus membeli daging ayam/sapi/bebek yang telah disembelih oleh orang muslim yang mereka beli di pasar Blitar. Dengan jalan ini akhirnya konflik diantara kedua belah pihak dapat terselasaikan.
1.7 Contoh Diferensiasi Sosial yang Kami Identifikasi di Lingkungan Sekitar
                      Contoh diferensiasi sosial yang kami identifikasi yaitu diferensiasi yang terjadi di desa Ringinanyar, kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Di desa ini merupakan suatu desa yang memiliki keragaman diferensiasi dalam berbagai hal seperti agama, aliran agama, pekerjaan, jenis kelamin, usia, etnik, kebudayaan, dan lain sebagainya.
       Wujud diferensiasi sosial yang terjadi di desa Ringianyar yaitu:
  1. Agama: Islam & Kristen
  2. Aliran agama: Nahdlatul Ulama’& Muhammadiyah
  3. Jenis kelamin: Laki-laki & Perempuan
  4. Pekerjaan: pertani padi, petani lombok, petani jagung, petani tomat, petani tebu dan lain sebagainya
  5. Usia: Balita, Anak-anak, Remaja, Dewasa, Tua
  6. Etnik: Jawa, Cina, & Thailand
  7. Kebudayaan: Jawa (asli kebudayaan Ringianyar), Islam Jawa (dianut masyarakat NU), Islam Arab (dianut masyarakat Muhammadiyah), Konghuchu (dianut masyarakat Cina), Kristen (dianut masyarakat kristen).
Dalam diferensiasi sosial tidak jarang menimbulkan suatu dampak negatif seperti konflik sosial dan perpecahan. Pada masyarakat desa Ringianyar, untuk mengurangi dampak tersebut ditumbuhkan rasa toleransi yang tinggi pada masyarakat dengan cara saling menghormati dan tidak mengganggu jalannya masing-masing perbedaan selama tidak bertentangan keras/merugikan masyarakat secara umum.
Dalam masyarakat yang heterogen seperti desa Ringianyar seperti ini tidak jarang menimbulkan suatu konflik sosial. Contoh konflik sosial yang kami anngkat dalam kasus ini yaitu konflik yang terjadi antara aliran agama Islam Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah. Konflik soaial ini dapat terjadi karena perbedaan kebudayaan/pandangan yang mereka anut. Dalam Nahdlatul Ulama’ mempunyai kebudayaan mendo’akan orang yang sudah meninggal seperi tujuh harian, empat puluh harian, seribu harian, dan haul. Namun dalam Muhammadiyah tidak terdapat acara semacam ini. Dari perbedaan inilah timbul suatu konflik di desa ringianyar karena antar pengikut aliran saling mengejek/menghina satu sama lain. Pengikut Nahdlatul Ulama’ menghina pengikut muhammadiyah karena membiarkan keluarganya yang telah meninggal tanpa diadakan selamatan (tahlilan) seperti hewan yang dibiarkan saja meninggal. Dan sebaliknya pengikut Muhammadiyah juga mengejek/menghina pengikut Nahdlatul Ulama’ acara tahlilan/do’a kepada orang yang telah meninggal itu merupakan suatu yang Bid’ah dan haram hukumnya. Karena saling menghina satu sama lain akhirnya timbullah konflik diantara ke-2 aliran agama Islam ini.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi konflik dalam kasus ini yaitu harus adanya toleransi yang tinggi diantara kedua belah pihak. Tidak boleh ada perasan paling benar diantara kedua belah bihak, kerena suatu keyakinan merupakan suatu yang paling benar menurut penganut keyakinan itu sendiri. Dan itu tidak dapat dipaksakan satu sama lain. Sehingga upaya untuk mengurangi konflik agar konflik tidak semkin meluas diantara kedua belah pihak yaitu dengan mengedepankan perasaan saudara (integrasi) sebagai sesama penganut agama Islam.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan 
Diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat secara horisontal berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sehingga diantara perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam diferensiasi soaial ini mempunyai tingkat derajad yang sama diantara perbedaan-pebedaan tersebut. Contoh diferensiasi sosial yaitu Agama, Jenis Kelamin, Profesi, Ras, Etnik, dan lain sebagainya. Dalam diferensiasi sosial tidak jarang menimbulkan motivasi terjadinya konflik sehingga untuk menekan konflik tersebut perlu adanya sikap toleransi yang tingi dalam masyarakat.
Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lain atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lain. Dalam mobilitas sosial terdapat 2 jenis gerakan sosial yaitu mobilitas vertikal (dari kedudukan rendah ke tinggi / sebaliknya) & mobilitas horisontal (dalam lapisan sosial yang sama / mendatar).
            Konflik adalah keadaan dimana interaksi tidak berlangsung menurut nilai dan norma sehingga terjdi pertentangan atu pertikaian atas dasar berbagai kepentingan yang berbeda. Konflik merupakan proses atau keadaan dimana dua pihak atau lebih berusaha menggagalkan tujuan pihak lain kerena ada perbedaan pendapat, atau tuntutan-tuntutan masing-masing pihak
1.2 Saran
            Dalam hal ini kami menyarankan kepada pembaca agar selalu berfikap positif dalam menyikapi adanya diferensiasi soaial. Karena pada hakikatnya manusia memang diciptakan beraneka ragam untuk saling mengisi dan melengkapi. Sehingga kita harus mengedepankan sikap toleransi agar konflik yang diakibatkan kerena adanya diferensiasi soaial tidak terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar