PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Rabu, 29 Mei 2013

Pencitraan



Pencitraan
Suatu saat Muawiyah bin Abu Sufyan menangis dengan tangisan yang luar biasa kerasnya hingga orang yang berada di sekitarnya menyangka bahwa dia akan meninggal gara-gara beratnya tangisan itu. Selidik punya selidik, ternyata tangis Muawiyah bersumber pada rasa khawatirnya setelah mendengar sebuah hadits yang pernah disabdakan Rasulullah di depan sahabat sahabatnya. Hadits tentang pencitraan oleh beberapa orang dengan tujuan jangka pendek. Mengejar pujian dan kekaguman manusia. Mengharapkan decak dan sanjungan dari bibir sesamanya.
Rasulullah bersabda:
Orang yang pertama kali akan diadili pada hari kiamat adalah seorang yang dianggap syahid (oleh banyak orang). Kemudian dia didatangkan dan diperlihatkan nikmat yang Allah berikan padanya. Dan dia pun mengenalinya. Maka ditanyakan kepadanya apa yang kau lakukan dengan nikmat nikmat itu? Orang itu menjawab: “Aku berperang di jalanMu, hingga aku mati sebagai syahid!”
Allah berfirman, “Kau dusta! Kau lakukan itu semua agar orang berkata bahwa engkau adalah seorang pemberani. Dan itu telah dikatakan oleh mereka!”
Maka dia pun diseret dengan wajah tersungkur lalu dilemparkan ke dalam api neraka.
Hal yang sama Allah tanyakan pada orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya, kemudian dia membaca Al Quran. Dimana mereka menjawab bahwa itu dilakukan karena Allah.
Namun Allah nyatakan: “Kau dusta! Itu semua kau lakukan agar kau dikatakan seorang yang alim dan kau disebut-sebut sebagai seorang qari‘, dan itu telah dikatakan padamu!”
Maka dia pun diseret dan dimasukkan ke dalam neraka!
Yang ketiga adalah seorang yang berlimpah harta benda. Dan Allah menanyakan hal yang sama padanya. Dan dia pun memberikan jawaban, “Tak ada satu jalanpun yang Kau sukai untuk berinfaq di dalamnya, kecuali aku berinfaq karena Engkau!”
Allah menyergah jawaban dustanya dengan mengatakan bahwa dia dusta, “Kau lakukan itu semua, agar orang-orang mengatakan bahwa engkau adalah seorang dermawan dan seorang pemurah. Dan itu semua telah mereka katakan!”
Maka diapun diseret dan dimasukkan ke dalam neraka! (HR. Muslim).
Banyak diantara kita, siapapun kita. Baik itu politisi, ulama, budayawan, intelektual, seniman, ustadz, guru, pegawai, reporter, artis, anggota legislatif, eksekutif ataupun yudikatif dan lainnya sering kali hanya mengejar pujian manusia agar kita disebut pintar, peduli, empati pada orang lain, gagah membela kebenaran dan lainnya. Tujuan jangka pendek yang semu, tujuan jangka pendek yang menumpulkan ketajaman mata batin kita untuk bisa berbuat semata karena Allah.
Topeng kita sebagai ulama, politisi, pejabat, sebagai orang kaya sering kali menjadi tabir penghalang nurani sehingga kita tak berhasil menyingkap tabir bahwa amal amal kita telah menjadi percuma. Sia-sia. Hampa. Tanpa makna akibat sumbu pendek niat kita dalam perbuatan dan amal kita. Amal minus keikhlasan dan sesak dengan hanya berburu pencitraan di mata mata manusia, di pujian bibir mereka.
Maka tak heran apabila Abu Hurairah sahabat besar itu tersungkur sebelum meriwayatkan hadits penuh hikmah dan sarat makna ini.
Semoga kita tidak menjadi pemburu citra baik di mata manusia, namun bercitra buruk di mata Allah. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar