PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Kamis, 10 Desember 2015

SKRIPSI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MURID MELALUI PENERAPAN METODE CURAH

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Kurikulum nasional untuk mata ajar Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Hakikat belajar sastra adalah memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan dan tulis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara keempat aspek tersebut dalam makalah ini, penulis hanya memfokuskan pada aspek berbicara. Aspek berbicara ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya proses berkomunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicara siswa belajar berkomunikasi.
Kemampuan berbicara tidak dinyatakan secara eksplisit dalam kurikulum, tetapi dinyatakan secara implisit pada tema (Nuraeni, 2002). Akibatnya kalau guru kurang benar-benar memberikan perhatian terhadap keterampilan berbicara tersebut, mungkin akan terabaikan pengajarannya. Kemungkinan guru akan lebih menekankan keterampilan berbahasa tertulis dan mengabaikan keterampilan berbahasa lisan.
Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berdudukan sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar dengan baik apabila pembicara mampu menyampaikannya pula dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.
Agar pembicaraan tersebut mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal tersebut bermakna bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula.
Untuk dapat menjadi seorang pembicara efektif, tentu dituntut kemampuan menangkap informasi secara kritis dan efektif. Karena dengan memiliki keterampilan menangkap informasi secara efektif dan kritis, pembicara akan memiliki rasa tenggang rasa kepada lawan berbicara (pendengar), sehingga pendengar dapat pula menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif.
Berbicara mengenai kemampuan menangkap informasi berarti kita berbicara pula mengenai aktivitas menyimak. Tentu hal tersebut berkenaan dengan kegiatan menyimak tepat guna dan menyimak efektif. Oleh karena itu, para siswa perlu dilatih sejak dini mengenai upaya menyimak tepat guna dan efektif agar kemampuan berbicaranya menjadi efektif pula.
Banyak orang mungkin beranggapan bahwa berbicara adalah suatu pekerjaan yang mudah dan tidak perlu dipelajari (Nuraeni, 2002). Untuk situasi yang tidak resmi (informal) barangkali anggapan tersebut ada benarnya, namun pada situasi resmi pernyataan tersebut tidak berlaku. Kenyataannya tidak semua siswa yang berani dan mau berbicara di depan kelas, sebab mereka umumnya kurang terampil sebagai akibat dari kurangnya latihan berbicara. Untuk itu, guru bahasa Indonesia merasa perlu melatih siswa untuk berbicara. Latihan pertama kali yang perlu dilakukan guru adalah menumbuhkan keberanian siswa untuk berbicara.
Berdasarkan pengalaman empris dan hasil observasi di lapangan khususnya di SD Negeri 437 Kariako pada siswa kelas III (naik menjadi kelas IV pada tahun ajaran 2009/2010) diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui dari sejumlah indikator antara lain: 1) Pada saat siswa menyampaikan pesan/informasi yang bersumber dari media dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar, di mana isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut kurang jelas; 2) Siswa berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas; 3) Ada pula di antara siswa yang tidak mau berbicara di depan kelas; 4) Pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang siswa ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena takut jawabannya salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian.
Dari latar belakang di atas perlu dicari alternatif lain sebagai solusi sekaligus upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini mengingat pentingnya pengajaran berbicara sebagai salah satu usaha meningkatkan keterampilan berbahasa lisan di tingkat sekolah dasar (SD). Oleh karena itu, penulis mengajukan usulan judul penelitian Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Metode Curah Pendapat pada Siswa Kelas IV SD Negeri 437 Kariako Kabupaten Luwu.

SKRIPSI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MURID MELALUI PENERAPAN METODE CURAH  PART II
SKRIPSI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MURID MELALUI PENERAPAN METODE CURAH 
PART I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar