BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kelemahan sistem pengajaran tradisional adalah menitikberatkan pada sistem sebagaimana dikemukakan Hamalik (2004: 55), yakni “pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid”. Cara tersebut di atas tentu tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan didasarkan atas motivasi dan tujuan pembelajaran pada murid. Ketika hal tersebut terjadi, maka hal itu akan mempengaruhi semangat dan orientasi belajar murid, karena adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan murid dan keinginan guru.
Perubahan (perbaikan) pada aspek-aspek yang berkaitan dengan pendidikan seperti peningkatan kualitas tenaga pengajar merupakan amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang pada Bab XI pasal 39 ayat 2 bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran”, dan prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagaimana tertuang pada Bab III pasal 4 ayat 5 bahwa “pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”.
Salah satu aspek yang berkaitan dengan budaya membaca adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara memegang peranan penting dalam upaya melahir-kan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Dengan mengua-sai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran (gagasan/ide) dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi ketika sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang beradab, komunikatif, jelas, runtut dan mudah dipahami.
Keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar saat ini dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam kurikulum. Menurut Tarigan (1991: 40) bahwa “Terampil dalam berbahasa meliputi empat hal, yakni: terampil menyimak, terampil berbicara, terampil menulis dan terampil membaca”. Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia, seperti: menulis laporan ilmiah, membuat surat lamaran pekerjaan, berbicara di depan umum atau berdiskusi, berpikir kritis dan kreatif dalam membaca, dan membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat pembaca, dan sebagainya.
Di samping itu, bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelek-tual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Hasil diskusi dengan beberapa guru dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 5-8 januari 2012 kenyataan menunjukkan bahwa masih rendahnya taraf pencapaian keterampilan berbicara murid kelas IV SDN 110 SABAMPARU Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang sebagaimana berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan: 1) beberapa murid kurang dapat menggunakan bahasa Indonesia yang standar dan baku sebagai pengantar berbicara dalam interaksi edukasi, baik terhadap guru maupun sesama temannya, 2) hasil analisis terhadap tugas-tugas tertulis pada beberapa bidang studi ditemukan penulisan istilah-istilah yang tidak baku yang digunakan murid disebabkan karena murid kurang familiar dan kurang terbiasa menggunakan istilah-istilah tersebut dalam proses berbicaranya sebagai bagian dari keterampilan berbicara, dan 3) indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan murid dalam berbicara seperti kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata, seluruhnya menunjukkan kategori pencapaian yang rendah.yang terkait dengan identifikasi penyebab rendahnya tingkat keterampilan murid berbicara, yaitu: (1) penggunaan bahasa Indonesia dengan memperhatikan aneka aspek situasi ujaran masih kurang, karena murid dalam interaksinya sesama murid lebih banyak menggunakan bahasa daerahnya; (2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan masih rendah; dan (3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan faktor penentu tindak komunikatif kurang diterapkan. Di samping itu, jika diperhatikan hasil belajar murid pada bidang studi bahasa indonesia terkhusus dalam keterampilan berbicara masih tergolong rendah dimana nilai rapor murid masih banyak diseputaran 5,6 sementara nilai yang diharapkan atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan adalah 6,5 ke atas baru dikategorikan baik dan tuntas secara klasikal.
Indikasi penyebab rendahnya tingkat keterampilan berbicara murid yaitu proses atau metode pembelajaran yang selama ini dikembangkan oleh guru kurang inovatif dan kreatif. Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana murid berbicara sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya sekadar melekat pada diri murid sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunjang secara emosional dan afektif.
Salah satu metode pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang sesuai konteks, aktif, efektif, dan menyenangkan adalah penerapan model pembelajaran Think Talk Write. Melalui model Think Talk Write, murid diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif.
Melalui model Think Talk Write mampu membawa murid ke dalam situasi dan konteks berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbicara melekat pada diri murid sebagai sesuatu yang kognitif, emosional, dan afektif, maka judul penelitian ini Adalah Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bah asa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Thing Talk Write Pada Murid Kelas IV SDN 110 SABAMPARU Kecematan Suppa Kabupaten Pinrang.
B. Rumusan Masalah dan pemecahan masalah
1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yakni: Bagaimanakah peningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif tipe think talk write pada murid kelas IV SDN 110 SABAMPARU Kecematan Suppa Kabupaten Pinrang ?
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran think talk write. Model pembelajaran think talk write diduga mampu memecahkan permasa-lahan utama yakni rendahnya hasil belajar murid bidang studi bahasa Indonesia karena dalam sintaks pembelajaran think talk write murid dilatih menemukan kebermaknaan belajar melalui pendayagunaan kemampuan berbicara melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan mencari alternative solusi), kemampuan mengmembicarakankan hasil bacaannya dengan presentasi, diskusi, dan kemudian melatih kemampuan membuat laporan hasil presentasi.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara murid kelas IV SDN 110 SABAMPARU Kecematan Suppa Kabupaten Pinrang. Melalui model pembelajaran think talk write.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat atau kontribusi yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah teori pembelajaran bahasa dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara khususnya murid sekolah dasar kelas IV.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai tantangan bagi guru agar pengajaran bahasa Indonesia di kelas tidak harus selalu berorientasi pada perolehan hasil akhir, melainkan bagaimana membekali murid dengan keterampilan-keterampilan yang lebih menjanjikan bagi kehidupannya kelak, yang sangat dibutuhkan pada era globalisasi nanti yaitu keterampilan berbicara.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan, informasi, dan data untuk pengembangan penelitian yang berkaitan dengan upaya peningkatan keterampilan berbicara dengan variabel yang berbeda.
c. Bagi Murid khususnya kelas IV,melalui model pembelajaran Think Talk write diharapkan dapat mendorong murid sebagai subjek atau pelaku (bukan obyek) dalam hal mencari, memahami, dan menemukan jawaban atau informasi dari masalah-masalah pembelajaran khususnya bidang studi bahasa Indonesia yang dihadapkan kepadanya.
FILE LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD PADACLINK DI BAWAH..
DOWNLOAD FILE PART I |
DOWNLOAD FILE PART II |
DOWNLOAD FILE PART III |
DOWNLOAD FILE PART IV |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar