PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Kamis, 10 Desember 2015

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING


PENDAHULUAN
 

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu kelemahan sistem pengajaran tradisional adalah menitikberatkan pada sistem impasisi sebagaimana dikemukakan Hamalik (2004: 55), yakni “pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid”. Cara tersebut di atas tentu tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan didasarkan atas motivasi dan tujuan pembelajaran pada murid. Ketika hal tersebut terjadi, maka hal itu akan mempengaruhi semangat dan orientasi belajar murid, karena adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan murid dan keinginan guru.
Perubahan (perbaikan) pada aspek-aspek yang berkaitan dengan pendidikan seperti peningkatan kualitas tenaga pengajar merupakan amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang pada Bab XI pasal 39 ayat 2 bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran”, dan prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagaimana tertuang pada Bab III pasal 4 ayat 5 bahwa “pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”.
Salah satu aspek yang berkaitan dengan budaya membaca adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara memegang peranan penting dalam upaya melahir-kan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Dengan mengua-sai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran (gagasan/ide) dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi ketika sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang beradab, komunikatif, jelas, runtut dan mudah dipahami.
Keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar saat ini dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam kurikulum. Menurut Tarigan (1991: 40) bahwa “Terampil dalam berbahasa meliputi empat hal, yakni: terampil menyimak, terampil berbicara, terampil menulis dan terampil membaca”. Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia, seperti: menulis laporan ilmiah, membuat surat lamaran pekerjaan, berbicara di depan umum atau berdiskusi, berpikir kritis dan kreatif dalam membaca, dan membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat pembaca, dan sebagainya.
Di samping itu, bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelek-tual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih rendahnya taraf pencapaian keterampilan berbicara murid kelas VI SD Negeri 598 Kadong-Kadong Kabupaten Luwu dari apa yang telah dikemukakan di atas. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan: 1) beberapa murid kurang dapat menggunakan bahasa Indonesia yang standar dan baku sebagai pengantar komunikasi dalam interaksi edukasi, baik terhadap guru maupun sesama temannya, 2) hasil analisis terhadap tugas-tugas tertulis pada beberapa bidang studi ditemukan penulisan istilah-istilah yang tidak baku yang digunakan murid disebabkan karena murid kurang familiar dan kurang terbiasa menggunakan istilah-istilah tersebut dalam proses komunikasinya sebagai bagian dari keterampilan berbicara, dan 3) indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan murid dalam berbicara seperti kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata, seluruhnya menunjukkan kategori pencapaian yang rendah.
Di samping itu, hasil diskusi dengan beberapa guru yang terkait dengan identifikasi penyebab rendahnya tingkat keterampilan murid berbicara, yaitu: (1) penggunaan bahasa Indonesia dengan memperhatikan aneka aspek situasi ujaran masih kurang, karena murid dalam interaksinya sesama murid lebih banyak menggunakan bahasa daerahnya; (2) penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan masih rendah; dan (3) penggunaan bahasa dengan memperhatikan faktor penentu tindak komunikatif kurang diterapkan.
Adapun terhadap indikasi penyebab rendahnya tingkat keterampilan berbicara murid yaitu proses atau metode pembelajaran yang selama ini dikembangkan oleh guru kurang inovatif dan kreatif. Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana murid berbicara sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya sekadar melekat pada diri murid sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunggal secara emosional dan afektif.
Salah satu metode pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang sesuai konteks, aktif, efektif, dan menyenangkan adalah penerapan model pembelajaran role playing. Melalui model role playing, murid diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif.
            Oleh karena itu, diharapkan melalui model role playing mampu membawa murid ke dalam situasi dan konteks berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbicara melekat pada diri murid sebagai sesuatu yang kognitif, emosional, dan afektif, maka judul penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran role playing dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara murid kelas VI SD Negeri 598 Kadong-Kadong Kabupaten Luwu.
B.     Rumusan dan Pemecahan Masalah
1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yakni: Apakah pembelajaran model role playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara murid kelas VI SD Negeri 598 Kadong-Kadong Kec. Bajo Kabupaten Luwu?.
2.      Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah menerapkan pembelajaran model role playing. Secara teoritik model pembelajaran role playing diduga mampu memecahkan masalah rendahnya keterampilan berbicara murid dengan bahasa ujaran yang standar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia karena dalam pembelajaran role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tutur (Syamsu, 2000).
Di samping itu, dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Indonesia) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Prinsip pembelajaran bahasa menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan bahasa dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari.  
Secara empirik, model pembelajaran role playing telah terbukti keberhasilannya lewat hasil penelitian yang relevan seperti hasil penelitian Mudairin (2003) pada pembelajaran bahasa Inggris murid kelas II (dua) B SLTP Islam Manbaul Ulum Gresik, di mana hasilnya menunjukkan bahwa dari 41 murid 51% yang menyatakan merasa kesulitan memahami arti kosa kata pada siklus I menjadi menjadi 31% pada siklus II. Ini dikarenakan kosa kata yang dipakai dalam role play banyakyang dikenal oleh murid, ditambah lagi peneliti lebih banyak menggunakan gambar, realita dan gesture untuk membantu murid memahami artinya. Kemudian dari 70% murid pada siklus sebelumnya yang menyatakan mudah memahami ungkapan-ungkapan yang dipakai dalam role play, kini meningkat menjadi 87% pada siklus II. Kondisi yang demikian ini banyak dipengaruhi oleh latihan melafalkan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Inggris pada siklus-siklus sebelumnya. Demikian pula yang menyatakan senang bermain Role Play, semula dari 82% meningkat menjadi 91% pada siklus II, yang demikian ini karena bermain merupakan kegiatan yang disukai murid SLTP jadi wajar kenaikan itu drastis.
Oleh karena itu, indikator keberhasilan tindakan pembelajaran model role playing adalah jika nilai rata-rata keterampilan berbicara murid yang meliputi: 1) kelancaran berbicara, 2) ketepatan pilihan kata (diksi), 3) struktur kalimat, 4) kelogisan (penalaran), 5) kejelasan uraian, 6) kemampuan meringkas/menyimpulkan pembicaraan, dan kontak mata pada saat berbicara meningkat secara matematis dari satu siklus ke siklus berikutnya melalui model pembelajaran role playing. 

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara murid kelas VI SD Negeri 598 Kadong-Kadong Kec. Bajo Barat Kabupaten Luwu melalui pembelajaran model role playing.

D.    Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian in diharapkan dapat memberi manfaat atau kontribusi yaitu:
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah teori pembelajaran bahasa dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara khususnya murid sekolah dasar kelas VI.
2.      Manfaat Praktis
  1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai tantangan bagi guru agar pengajaran bahasa Indonesia di kelas tidak harus selalu berorientasi pada perolehan hasil akhir, melainkan bagaimana membekali murid dengan keterampilan-keterampilan yang lebih menjanjikan bagi kehidupannya kelak, yang sangat dibutuhkan pada era globalisasi nanti yaitu keterampilan berbicara.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan, informasi, dan data untuk pengembangan penelitian yang berkaitan dengan upaya peningkatan keterampilan berbicara dengan variabel yang berbeda

FILE LENGKAP DAPAT ANDA DOWNLOAD

FILE PART I
FILE PART II
FILE PART III
 

1 komentar:

  1. I really enjoyed reading this post, I always appreciate topics like this being discussed to us. Information very nice. I will follow post Thanks for sharing.
    Kizi Club | Kizigool | GamesHotAZ | Fri1 Girl | STACK BALL FUN | KiziY8

    BalasHapus