PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan usaha untuk membuat peserta didik belajar atau kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistema Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 20, dinyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Secara empirik, terdapat lima jenis interaksi yang dapat berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu: 1) interaksi antara pendidik dengan peserta didik; 2) interaksi antarsesama peserta didik atau antarsejawat; 3) interaksi peserta didik dengan narasumber; 4) interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan; dan 5) interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam (Warsita, 2008).
Kegiatan pembelajaran harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan yang bervariasi dan berfokus atau berpusat pada kondisi dan kepentingan peserta didik. Pengalaman belajar harus memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Oleh karena itu, inti dari pembelajaran adalah bagaimana proses belajar tersebut terjadi pada peserta didik dengan memanfaatkan seoptimal mungkin seluruh jalur kemampuan peserta didik dan dengan mempertimbangkan tipologi atau gaya belajar murid.
Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktif dan mengalami sendiri proses belajar tersebut. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Kebermaknaan belajar peserta didik sangat ditentukan sejauh mana model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan oleh guru dapat mengaktifkan secara terintegrasi jalur belajar murid dalam hal ini murid dapat berpikir (bernalar), dapat mengkomunikasikan hasil berpikirnya, dan dapat mendokumenta-sikan hasil berpikir tersebut sehingga dapat direkam jejak pemikirannya tersebut.
Secara implisit, di dalam pembelajaran guru dapat memilih, menetapkan, dan mengembangkan model untuk mencapai hasil pembelajaran sebagaimana yang diinginkan di atas, sebab pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi dan mengelola pembelajaran. Namun, kenyataan di lapangan fungsi dan wewenang guru tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Kondisi ini tentunya berefek secara simultan terhadap kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Dalam hal proses, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih didominasi dengan penggunaan model ceramah monoton (pemberian informasi), di mana murid diberi tugas, guru duduk menunggu hasil kerja murid, guru memeriksa, adakan evaluasi, dan selesai. Padahal paradigma baru model pembelajaran adalah memberikan keikutsertaan peserta didik secara aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar, sebagaimana dikemukakan Wena (2009: 189) bahwa “perlu adanya kegiatan belajar mengajar sebagai pendorong peserta didik untuk aktif berpartisipasi”.
Sedangkan dalam hal hasil, model konvensional tersebut pada akhirnya menjadikan hasil belajar murid tidak memenuhi target. Hasil observasi dan hasil rapat kenaikan kelas tahun pelajaran 2008/2009 dengan para guru SD Negeri 558 Bide, terungkap bahwa untuk hasil belajar bidang studi bahasa Indonesia murid kelas IV tahun pelajaran 2008/2009, di mana 53,33% dari 30 murid tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 7,0.
Padahal mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembang-kan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menemukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti tentang upaya meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran think talk write pada murid kelas IV Mis. Darul Ulum Kec. Bantimurung Kabupaten Maros.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pembelajaran model think talk write dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia murid kelas IV SD Impres Tidung II Kecematan Rappcini Kota Makassar?.
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran think talk write. Model pembelajaran think talk write diduga mampu memecahkan permasa-lahan utama yakni rendahnya hasil belajar murid bidang studi bahasa Indonesia karena dalam sintaks pembelajaran think talk write murid dilatih menemukan kebermaknaan belajar melalui pendayagunaan kemampuan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan mencari alternative solusi), kemampuan mengkomunikasikan hasil bacaannya dengan presentasi, diskusi, dan kemudian melatih kemampuan membuat laporan hasil presentasi.
Indikator keberhasilan tindakan yang diambil adalah jika skor rata-rata aktivi-tas dan hasil belajar murid yang diukur dengan menggunakan lembar observasi dan tes meningkat secara matematis dari satu siklus ke siklus berikutnya.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar bidang studi bahasa Indonesia melalui model pembelajaran think talk warite pada murid kelas IV MIS. Darul Ulum Kec. Bantimurung Kabupaten Maros.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian in diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai landasan teoritis memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada guna meningkatkan hasil belajar murid dalam bidang studi bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat membantu pengambil kebijakan dalam merumuskan program pendidikan di sekolah sehingga terwujud pemerataan akses pendidikan berkualitas di daerah.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam mencoba dan mengembangkan model pembelajaran think talk write, yang sesuai dengan kondisi dan konteks masing-masing, sehingga akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan dan semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan pe-ngembangan penelitian yang relevan dengan studi dan variabel yang berbeda.
FILE LENGKAP DAPAT DOWNLOD DI BAWAH
FILE PROPOSAL |
FILE RPP |
FILE DAFTAR / SAMPUL |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar