Kurikulum Pendidikan

PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Juni 2013

Dialog dengan Tuhan

20.49


Dialog dengan Tuhan
From      : Nadirsyah Hosen
 
 
Di zaman ini, mungkinkah kita masih bisa berkomunikasi dengan Tuhan?
Bukankah Nabi terakhir telah lama wafat, dan kitab suci terakhir telah
diturunkan lima belas abad yang lampau serta Tuhan telah menyatakan
sempurnanya agama kita. Masihkah terjadi dialog antara hamba dengan Tuhan?
 
Neale Donald Walsch percaya akan hal itu. Walsch mengaku masih bisa
berdialog dengan Tuhan. Ia kemudian menuliskan hasil dialog dengan Tuhan
itu dalam bukunya "Conversations with God: an uncommon dialogue", sebuah
buku yang telah berulang kali dicetak ulang.
 
"Aku tidak berkomunikasi semata dengan kata. Bentuk komunikasi yang Kupilih
lebih melalui "perasaan" (feeling). Perasaan adalah bahasa jiwa. Jika kamu
ingin tahu apa yang benar tentang sesuatu, lihatlah bagaimana perasaanmu
terhadap sesuatu itu.
 
Aku juga berkomunikasi lewat "pikiran" (thought). Pikiran dan perasaan
tidaklah sama, meskipun keduanya dapat berlangsung pada saat yang sama.
Dalam komunikasi lewat pikiran, Aku menggunakan media imajinasi dan
gambaran. Karenanya, pikiran lebih efektif daripada menggunakan "kata"
sebagai alat komunikasi. 
 
Sebagai tambahan, Aku juga menggunakan kendaraan "pengalaman" sebagai media
komunikasi. Dan akhirnya, ketika perasaan, pikiran dan pengalaman semuanya
gagal, Aku menggunakan "kata-kata". Kata-kata adalah media komunikasi yang
paling tidak efektif. Kata-kata lebih sering dikelirutafsirkan dan
disalahpahami. Dan mengapa itu terjadi? Karena demikianlah kata-kata itu.
Mereka hanya simbol dan tanda. Kata-kata bukanlah kebenaran; juga bukan
sesuatu yang hakiki." (Walsch:1997, h. 3-4)
 
Inilah "jawaban" Tuhan, ketika Walsch bertanya tentang cara Tuhan
berkomunikasi dengan kita. Anda boleh tak setuju dengan pengakuan Walsch.
Tak ada larangan kalau anda bersedia menggelari dia dengan "pendusta".
 
Tapi, buat saya, yang menarik adalah kutipan di atas. Bahkan seorang
non-Muslim seperti Walsch pun percaya bahwa Tuhan masih berkomunikasi
dengan kita. Sayang, terkadang kita lupa akan hal ini, bahwa Tuhan masih
berkomunikasi dengan hamba-Nya.
 
Ketika Walsch --atau "Tuhan"-- menyebutkan perasaan, pikiran, pengalaman
dan kata-kata sebagai bentuk komunikasi dari Tuhan, saya teringat, Syaikh
Terbesar, Ibn Arabi yang mengatakan bahwa alam semesta merupakan bentuk
tajalli dari Allah. Karena itu kemana saja kita arahkan pandangan mata
kita, sebenarnya kita menangkap "tanda" Tuhan di sana.
 
Sayang, kita suka enggan berkomunikasi dengan Tuhan. Shalat pun menjadi
berat. Beban kerja yang menumpuk menjadi alasan. Saat kita menzalimi
saudara kita, kita sering lupa bahwa saudara kita masih bisa berkomunikasi
dengan Tuhan dan mengadukan kelakuan kita. Ketika duka datang menerpa kita,
kita lebih percaya untuk berkomunikasi dengan "orang pintar" dibanding kita
adukan derita kita langsung kepada Tuhan. Alih-alih melihat "tanda" dari
Tuhan, hambatan ekonomis malah menjadi pembenar ketika kita menerima uang
yang bukan hak kita.
 
Anda boleh tak setuju bahwa buku Walsch merupakan hasil komunikasinya
dengan Tuhan. Anda boleh tak setuju ketika Ibn Arabi mengaku "didiktekan"
Malaikat ketika menulis Futuhat al-Makkiyah, namun tak ada salahnya saya
mengutip lagi isi buku Walsch, ketika "Tuhan" berkata:
 
"Aku bicara kepada setiap orang. Pada setiap waktu. Masalahnya bukan kepada
siapa Aku bicara, tetapi siapa yang mau mendengarkan?"
 
 
 
 
Armidale, 10 Februari 1998
Nadirsyah Hosen

BERSUCI DIRI

20.33


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb.
          Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan kami kesempatan dan kemudahan dalam mengerjakan makalah akidah ini. Salawat serta salam semoga Allah swt selalu curahkan kepada baginda nabi besar Muhammad saw.
          Adapun kiranya makalah ini kami buat untuk menjelaskan beberapa hal menyangkut masalah bersih diri (tazkiah al-nafs) antara lain; pengertian, urgensi, manfaat,prosedur dari tazkiah al-nafs, dan perbedaanya dengan thaharah.
          Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dimyati selaku dosen mata kuliah ini yang telah membimbing dalam penyelesaiaan makalah ini. Dan, tak lupa juga kepada orang tua, serta teman-teman yang juga membantu kami, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
          Semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi para mahasiswa, ataupun para  pembaca.

Pamulang, 02 Desember 2010


     Penulis









Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................................................... ii
Bab I : PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1  Latar belakang Masalah.................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
1.4  Metode Pembuatan makalah............................................................................. 3
Bab II : PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
Pengertian Tazkiah al-nafs.................................................................................... 3
Prosedur Tazkiah al-nafs....................................................................................... 4
Urgensi Tazkiah al-nafs......................................................................................... 6
Manfaat Tazkiah al-nafs........................................................................................ 7
Perbedaan Tazkiah al-nafs dengan Thaharah........................................................ 8
Bab III : PENUTUP............................................................................................................ 10
Kesimpulan............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 11





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bersuci dalam agama islam tidak hanya meliputi jasmani tetapi juga rohani.  Mensucikan hati dari segala macam kotoran hati disebut Tazkiah.  Seseorang dikaruniai hati yang bersih dan suci saat dilahirkan ke dunia. Karena bebarapa faktor dan pengaruh membuat hati seseorang menjadi kotor, seperti; pergaulan, dan lingkungan sekitar. Selain itu bahwasannya setan selalu hadir dan membisikan keburukan pada hati manusia seperti, iri,dengki, hasud,fitnah, kufur, tamak,dll.Oleh sebab itulah kita di wajibkan bertaubat kepada allah dengan berbagai macam cara, antara lain; Dengan proses takhalli, Kedua, dengan melakukan proses tahalli.  Selain dengan proses pembersihan dari segala macam kotoran hati, alangkah lebih baiknya di imbang  dengan menanamkan sifat-sifat terpuji ke dalam hati kita agar dapat terbentu pribadi yang berakhlakul karimah.
Tazkiyyatun Nafs termasuk hal terpenting yang dibawa oleh para Rasul as.  Hal ini sebagaimana yang ALLAH ingatkan dalam firman-Nya berikut ini:Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 129).
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya meniru apa yang di ajarkan oleh baginda nabi besar Muhammad saw agar hidup kita menjadi lebih baik di dunia maupun di akhirat.


B.        Rumusan Masalah
1.      Pengertian Tazkiah al-nafs?
2.      Prosedur Tazkiah al-nafs?
3.      Urgensi Tazkiah al-nafs?
4.      Manfaat Tazkiah al-nafs?
5.      Perbedaan Tazkiah al-nafs dengan Thaharah?

C.      Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah memahami masalah-masalah yang terkait dengan Tazkiah dandalilnya. Dalam pandangan agama. Selain itu untuk menambah wawasan, pengetahuan,tentang fenomena-fenomena nyata yang terjadi di sekitar kita.

D.     Metode Pembuatan Makalah
Kami membaca bahan-bahan berupa buku-buku, karya tulis, dan penelusuran melalui internet sesuai dengan materi-materi yang terkait  yang akan kami sajikan pada makalah ini.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Pengertian Tazkiah al-nafs
            Secara etimologis, Tazkiyatun nafs berasal dari dua buah kata yaitu Tazkiyatun dan An-nafs.Tazkiyah berasal dari akar kata (Zakaa Yazku-Zakaa & Zakatan) yang berarti Nama (baca; Tumbuh) dan Zada (baca;Bertambah). Zakaa juga bisa berarti Solaha (baca;baik)dan ia juga berarti Barokah (baca;banyak kebaikannya), disamping itu juga berarti Thaharoh / Suci bersih. Sedang bentuk kata Tazkiyah dari kata Zaka yang diberi tambahan huruf kaf, sehingga menjadi Zakka-Yuzakki-Tazkiyatan yang berarti menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, membersihkan, mensucikan dan menjadikannya jadi baik serta bertambah baik.
            Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama berpendapat :Menurut Abul Qasim Husain bin Muhammad, beliau lebih populer dikenal dengan Ragib Al-isfahani (wafat 502 H), beliau mengatakan bahwa Tazkiyatun Nafs adalah upaya manusia untuk mensucikan jiwa dan dirinya, sehingga ia mempunyai sifat terpuji pada dirinya di dunia tentunya dan kelak di akhirat mendapatkan pahala dan balasan yang besar.  Syeikh Sa’id Hawwa menjelaskan bahwa Taziyatun nafs adalah salah satu tugas utama para rasul, ia merupakan tujuan yang dicapai oleh orang-orang bertaqwa. Dan selamat atau celakanya manusia tergantung sikapnya terhadap Tazkiyatun nafs, apakah ia concern terhadap permasalahan yang satu ini, atau acuh tak acuh dengan hal ini 
.Karena Tazkiyatun Nafs adalah proses pembersihan jiwa dari akhbas (baca;kotoran )serta memperbaiki jiwa, maka tazkiyatun nafs dapat dilakukan dengan berbagai bentuk ibadah, perbuatan baik dan berbagai amalan shalih serta langkah-langkah mujahadah.
Apabila semuanya itu dilakukan, maka akan menjadi bersih yang selanjutnya mempuyai pengaruh, dampak positif hasilnya pada prilaku, tingkah laku dan perkataan, pengaruh itu akan membekas pada lidah,mata,telinga dan anggota tubuh lainnya.
  Buahnya yang paling nyata adalah perlakuanya yang baik terhadap Allah dan terhadap manusia juga makhluk lain serta makluk di muka bumi ini. Adabnya kepada Allah berupa komitmen melakukan seluruh kewajibannya kepada Allah dan menjahui segala bentuk prilaku dan perbuatan yang menyebabkan murka Allah, termasuk mengorbankan harta, jiwa dan raganya berjihad dijalan Allah.(Al-Mustakhlas fii Tazkiyatul Anfus, hal. 5-6)
            Jadi Tazkiyatun nafs pada hakikatnya adalah proses pembersihan jiwa dan hati dari berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya, dan selanjutnya peningkatan kwalitas jiwa dan hati tersebut dengan mengembangkan sifat-sifat terpuji yang diridhai Allah Swt, serta potensi-potensi positifnya dengan mujahadah, ibadah dan berbagai perbuatan baik lainnya, sehingga hati dan jiwa menjadi bersih dan baik serta berkwalitas. Yang selanjutnya menjadikannya mempuyai sifat-sifat dan prilaku yang baik dan terpuji.

2.2.   Prosedur Tazkiah al-nafs
            Tazkiyatun nafs , baik dalam artian mensucikan hati, membersihkan diri serta prilaku dari sifart negatif atasdalam artian meningkatkan kualitas diri yang dihiasi dengan ahlak-ahlak mulia dan terpuji dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana (wasail). Sarana tersebut dapat disederhanakan menjadi dua bagian , yaitu :
1.      Dengan proses takhalli, yang membersihkan dan membebaskan diri dari berbagai kotoran hati dari berbagai dosa dengan bertaubat dan beristigfar. Dan menjauhkan diri serta membebaskannya dari perbuatan dan sifat-sifat negatif atau tercela. Dengan meninggalkan dan menajahui perbuatan tersebut seperti bohong, khianat, dengki, fasik, nifak, takabur, ghibah , namimah, dan berbagai sifat tercela lainnya.
2.      Kedua, dengan melakukan proses tahalli, yaitu membekali, membiasakan, dan menghiasi diri dengan berbagai perbuatan baik dan positif, seperti peningkatan ilmu, iman, takwa, ibadah, zikir, do'a, tilawah, dan tadabur Al-Quran. Juga dapat dilakukan dengan menumbuhkan membiasakan sifat-sifat terpuji seperti siddiq, jujur, amanah, tawadhu, kidmah dan seterusnya. Sehingga kelak sifat-sifat tersebut menjadi kebiasaan dari ahklaknya dalam kehidupan sehari-hari.







 Oleh karena itu, Dia pulalah yang paling tahu tentang bagaimana cara yang paling efektif untuk mensucikan hati manusia. Berikut ini dikemukakan beberapa sample atau contoh tazkiyatun nafs yang diambil dari Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW :
a.                        Tazkiyatun nafs dengan ilmu, baik dengan cara mempelajarinya, mengamalkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain.'Berilmulah (ketahuilah) bahwa tidak ada illah kecuali Allah.
   Dan mintalah ampunan terhadap dosamu.'( QS.47:19).  Dengan peningkatan ilmu tentang ma'rifatullah akan mendorong manusia memohon ampunan atas dosanya, kelalaian. Dan kesalahannya, dan dengan ampunan atas dosa-dosanya maka hatinya menjadi bersih. Nabi bersabda, ' Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat-malaikat meletakan sayap-sayapnya karena senang kepada orang yang menuntut ilmu, dan sesungguhnya orang-orang yang berilmu akan dimohonkan ampunan untuknya oleh penghuni langit dan bumi sampai ikan yang ada di dalam air. HR.Abu Daud dan Tirmizi' .Perhatikan sekali lagi hadist diatas, bahwa seluruh penghuni langit dan bumi, bahkan ikan didalam air semuanya memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang yang berilmu. Jadi ilmu akan mengatarkan manusia untuk mendapatkan ampunan, yang sekaligus merupakan tazkiyah dari Allah SWT.
b.                       Iman, taqwa, siddiqul kalam, dan amal sholeh Iman, taqwa, siddiqul kalam, dan amal sholeh merupakan sarana tazkiyah yang paling efektif. Allah berfirman :'Hai orang-orang yang beriman, bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal perbuatanmu dan mengampuni dosa-dosamu.' ( QS.33:70)



'sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik-baik akan mengahapus kesalahan-kesalahan' (QS.11:114)
c.                        Iman dan jihad dangan harta jiwa 'hai orang-orang yang beriman, maukah kamu aku tunjukan perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang sangat pedih ? yaitu kamu beriman kepada Allah dengan harta dan dirimu itulah yang lebih baik jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah Akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukan kemu kedalam syurga.' ( QS.61:10). Rasulullah SAW bersabda 'keberadaan seseorang kamu di jalan Allah lebih afdhol dari pada sholatnya dirumah selama tujuh puluh tahun. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampuni dosamu dan memasukan kamu ke dalam surga/ berperang atau berjihad di jalan Allah. Barang siapa yang berjihad di jalan Allah sejenak saja pasti masuk surga.'HR.Tirmizi
d.                       Zakat, infak dan shdaqoh' Ambillah sebagian sari harta mereka (zakatnya) untuk membersihkan dan mensucikan mereka dengan zakat tersebut.' (QS.9:103)
'shadaqoh dapat menghapus dosa-dosa sep
erti air memadamkan api. Orang yang bertawkwa akan dijauhkan dari api neraka. Yaitu orang yang menjadi bersih.' (QS.62:16-17).
e.                        Taubat, Istigfar dan do'a.  'Dan beristigfarlah kepada Rob-mu sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Sesungguhnya Allah membentangkan tengannya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat salah disiang hari. Dan dia membentangkan tangannya disiang hari untuk menerima taubat orang-orang yang berbuat salah dimalam hari hingga matahari terbenam dari sebelah barat.' (HR.Muslim).
           'Apabila hamba-hambaku bertanya tentang Aku, sesungguhnya aku dekat. Aku mengabulkan permintaah orang-orang yang berdo'a apabila ia berdo'a kepadaku.. ' ( QS.2:186)
Rasulullah SAW bersabda, 'Rab kita azza wa jalla turun kedunia setiap malam pada
sepertiga malam yang terakhir. Dia berkata, siapa yang berdo'a kepada-Ku, Aku kabulkan permintaannya, siapa yang memohon ampuna kepada-Ku, Aku ampuni Dia.' HR. Jama'ah.







2.3.   Urgensi Tazkiah al-nafs
1.                  Tazkiyyatun Nafs termasuk hal terpenting yang dibawa oleh para Rasul as.
 Hal ini sebagaimana yang ALLAH ingatkan dalam firman-Nya berikut ini:Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.



Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2] : 129).
Di dalam beberapa ayat juga dijelaskan, antara lain pada surat Al-Baqarah [2] ayat 151, surat Ali Imran [3] ayat 164, surat Al-Jumu’a [62] ayat 2, dan surat An-Nazi’at [79] ayat 17 hingga 19.Tazkiyyatun Nafsi yang dibawa oleh para Rasul ini adalah melalui:
·                     Tadzkiir : Terhadap ayat-ayat ALLAH di setiap ufuk dan dalam diri manusia, terhadap perbuatan ALLAH atas ciptaan-NYA dan terhadap hukuman dan siksaan-NYA.
·         Ta’liim : Mempelajari Kitab dan Sunnah.
·         Tazkiyyah : Membersihkan hati dan memperbaiki tingkah-laku.
2.                  Tazkiyyatun Nafsi merupakan tujuan orang beriman.
Allah SWT berfirman:
“… di dalamnya ada orang-orang yang cinta untuk senantiasa membersihkan dirinya …” (QS. At-Taubah [9]: 108).
Di ayat lain Allah SWT juga berfirman:
“… dan sungguh akan kami selamatkan orang yang paling bertaqwa dari neraka, yaitu orang yang memberikan hartanya karena ingin mensucikan dirinya.” (QS. Al-Lail [92]: 17-18).
3.                  Tazkiyyatun Nafsi merupakan parameter kebahagiaan atau kebinasaan.
Allah SWT berfirman:
“…sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91]: 9-10).
4.                  Tazkiyyatun Nafsi untuk mengenal penyakit zaman dan cara mengobatinya.
Salah satu penyakit zaman saat ini adalah hilangnya khusyu’, cinta dunia dan takut mati (wahn). Solusinya adalah melalui tarbiyyah Islamiyyah. Dimana dalam tarbiyah tersebut diberikan tadzkiir, ta’liim dan tazkiyyah.

4.1.   Manfaat Tazkiah al.nafs
Ø   Iman bertambah kuat, bagus, dan kokoh. Tahan atas godaan syetan untuk menegakkan kebatilan.
Ø   Tumbuh semangat beramal shaleh di tengah masyarakat.
Ø   Mampu menahan hawa nafsu, yang mendorong untuk menghalalkan segala cara dan merampas hak orang lain.
Ø   Mampu menghindarkan diri dari maksiat kepada Alloh. Sebaliknya melaksanakan ketaatan dalam segala bentuk persoalan.
Ø   Menerima takdir Alloh dan tidak membencinya, diawali dengan usaha terbaik.
Ø   Tidak pernah bosan beribadah kepada Alloh. Ber-dzikir saat bekerja, belajar dan   lain sebagainya.
Ø   Tidak pernah jenuh menghadapi godaan syetan. Dalam dirinya takut jatuh saat melangkah hidup, baik di tengah maupun akhir hidupnya.
Ø   Kerjanya hanya berusaha mencari ridho Alloh. Kekayaan dan jabatan hanya sebagai sarana untuk mencapai rido Alloh, bukan sebagai tujuan utama hidup.
Ø   Mudah diberi nasehat, saat melakukan kesalahan.
Ø   Tidak pernah berhenti berdoa, dan menyadari atas kelemahaan diri atas-Nya.
Ø   Selalu bertaubat kepada Alloh atas kesalahan yang dilakukan selama beramal.
Ø   Mampu menghindari diri dari pekerjaan sia-sia.
Ø   Mengubah kejahatan dengan kebaikan.

1.1.   Perbedaan antara Tazkiah al-nafs dengan Thaharah
            Thaharah berarti bersih (nadhlafah), suci (nazahah) terbebas (khulus) dari kotoran (danas) seperti tersebut di dalam al-qur’an:



Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri. (al-Baqarah/2;222)

Menurut syara’, thaharah itu ialah mengangkat (menghilanhkan) penghalang yang timbul dari hadast atau najis.
Tazkiah al-nafs
Thaharah
Membersihkan kotoran hati dari sifat-sifat tercela (kotor rohani)
Membersihkan kotoran dari hadast dan najis (kotor jasmani).
Membersihkannya dengan ibadah ritual seperti zikir,sholat,dan istighfar.
Membersihkannya dengan  cara wudhu,mandi, dan tayamum.
Manfaatnya agar hati menjadi bersih dan berdampak pada sikap yang berakhlakul karimah.
Manfaatnya untuk terbebas dari segala macam kotoran dan najis supaya segala hubungan yang bersangkutan dengan ibadah khusus,seperti sholat diterima.




















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tazkiyatun Nafs merupakan hal yang penting yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sudah sepatutnya kita teladani dan kita amalkan, Tazkiyatun nafs pada hakikatnya adalah proses pembersihan jiwa dan hati dari berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya dengan melakukan mamalan-amalan yang positif.           
Selanjutnya peningkatan kwalitas jiwa dan hati tersebut dengan mengembangkan sifat-sifat terpuji yang diridhai Allah Swt, serta potensi-potensi positifnya dengan mujahadah, ibadah dan berbagai perbuatan baik lainnya, sehingga hati dan jiwa menjadi bersih dan baik serta berkwalitas. Yang selanjutnya menjadikannya mempuyai sifat-sifat dan prilaku yang baik dan terpuji. Senua hal dalam tazkiah al-nafs akan bermanfaat baik untuk kehidupan setiap manusia, seperti, Iman bertambah kuat, bagus, dan kokoh. Tahan atas godaan syetan untuk menegakkan kebatilan dan Tumbuh semangat beramal shaleh di tengah masyarakat.










DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
·         Nasution, Lahnuddin.1998.Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Sumber website: