Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Kamis, 07 November 2013
23.09
OBAT-OBAT TRADISIONAL
Obat-obatan tradisional adalah obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa akar,daun dan buah-buahan yang diolah sendiri tanpa campuran bahan kimia dan tanpa menimbulkan efek samping.
Macam-macam obat tradisional :
Kolesterol dan Diabetes
• Resep: Rebus daun salam bersama laos lalu minum air rebusan tersebut.
• Fakta: Daun salam mengandung flavonoid dan tanin sebagai zat yang mampu menurunkankan kolesterol. Dapat pula menurunkan kadar gula dalam darah.
Laos mengandung minyak atsiri untuk membantu memperlancar sirkulasi darah dan proses pengeluaran sisa metabolisme termasuk kolesterol yang berlebih.
1. Hipertensi
• Resep: Konsumsi daun seledri secara teratur.
• Fakta: Seledri mengandung phthalide yang mampu untuk mengendurkan otot arteri sehingga menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi dan juga mengurangi produksi hormon stres.
1. Sakit Kepala
• Resep: Minum rebusan air dari jahe, sereh dan ketumbar.
• Fakta: Jahe, sereh dan ketumbar mengandung minyak atsiri yang akan memperlancar peredaran darah juga berfungsi sebagai analgetik untuk mengurangi sakit di kepala.
1. Batuk
• Resep: Air jeruk nipis dicampur dengan madu.
• Fakta: Jeruk nipis mengandung vitamin C yang dapat memperbaiki ketahanan tubuh untuk melawan flu. Juga berfungsi sebagai antiseptik yang mampu membuang racun dalam tubuh.
Madu yang juga berfungsi sebagai antiseptik dan mampu menambah tenaga untuk mengalahkan penyakit.
1. Luka
• Resep: Oleskan madu pada bagian yang terluka.
• Fakta: Madu mengandung hydrogen peroxide dan gluconic acid yang akan membunuh bakteri penyebab infeksi dan membantu pertumbuhan sel baru sehingga luka menjadi cepat sembuh.
1. Mimisan
• Resep: Gulung daun sirih yang telah dibersihkan dan masukkan ke dalam lubang hidung.
• Fakta: Daun sirih mampu untuk mengurangi pendarahan, termasuk pada pendarahan di selaput lendir hidung seperti yang terjadi padaorang yang mengalami mimisan ini.
1. Bau Mulut
• Resep: Rebus daun sirih, cengkeh dan kunyit. Lalu kumur dengan menggunakan air rebusan tersebut.
• Fakta: Daun sirih dan cengkeh mengandung zat antiseptik. Kunyit mengandung kurkumin yang mampu mengatasi infeksi kuman penyebab bau mulut.
1. Keputihan
• Resep: Rebus daun sirih dan sambiloto.
• Fakta: Daun sirih berfungsi sebagai antiseptik. Sambiloto berfungsi sebagai antiflamasi yang mampu membunuh jamur dan mencegah rasa gatal.
1. Nyeri haid
• Resep: Rebus kunyit bersama dengan asam jawa.
• Fakta: Kunyit mengandung kurkumin. Asam jawa mengandung fruit acid yang akan membuat darah haid menjadi lancar dan mengurangi kram perut.
10. Susah Tidur
• Resep: Mengoleskan minyak lavender pada bantal atau bawah hidung agar dapat tercium. Bisa juga dengan minum jus mentimun, pisang dan biji pala.
• Fakta: Aromaterapi dengan menggunakan bunga lavender membuat seseorang lebih cepat tidur dengan nyenyak.
Mentimun banyak mengandung vitamin C. Pisang mengandung karbohidrat dan asam folat yang melancarkan sirkulasi darah. Biji pala mengandung minyak atsiri yang mempu membuat pikiran menjadi tenang.
11. Bibir Kering
• Resep: Oleskan madu pada bibir.
• Fakta: Madu berfungsi sebagai antioksidan dan humecant yang dapat mempertahankan kelembaban, termasuk kelembaban bibir sehingga bibir tidak menjadi pecah-pecah
12. Gigi Kusam
• Resep: Lumatkan stroberi dan campur dengan setengah sendok teh baking soda. Oleskan pada gigi, diamkan selama beberapa menit kemudian bersihkan. Lakukan sesekali saja, karena asam ini dapat mengikis gigi Anda bila digunakan secara sering.
• Fakta: Stroberi mengandung malic acid yang berfungsi sebagai pemutih alami.
13. Kerutan
• Resep: Ambil putih telur dan oleskan pada wajah, gunakan sebagai masker.
• Fakta: Putih telur mangandung albumin yang dapat berfungsi sebagai pelembab dan mengencangkan kulit.
14. Ketombe
• Resep: Rendam irisan cabe rawit dalam perasan air jeruk nipis. Oleskan pada kepala sebelum keramas.
• Fakta: Jeruk nipis mengandung vitamin C dan fruit acid. Sedangkan cabe rawit mengandung kapsaisin yang mampu membunuh bakteri atau jamur sehingga kulit kepala menjadi bersih.
15. Sengatan Lebah
• Resep: Oleskan pasta gigi atau campuran baking soda dan air pada bagian yang tersengat. Jangan lupa untuk mengeluarkan sengat yang tertinggal pada tubuh.
• Fakta: Pasta gigi dapat menetralkan rasa sakit akibat sengatan. Baking soda dapat memberi rasa nyaman pada luka sengatan.
16. Kulit Terbakar atau Melepuh
• Resep: Oleskan lidah buaya pada bagian tubuh yang melepuh.
Fakta: Lidah buaya mengandung mucopolysaccharides yang bermanfaat sebagai antiseptik dan antiradang sehingga membantu agar kulit yang melepuh tidak terinfeksi kuman juga mencegah terjadinya kemerahan akibat radang. Kandungan kolagen pada lidah buaya pencegah terjadinya pembengkakan. Selain itu, lidah buaya mampu memberi efek dingin yang membantu mengurangi rasa sakit.
Obat-obatan tradisional adalah obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa akar,daun dan buah-buahan yang diolah sendiri tanpa campuran bahan kimia dan tanpa menimbulkan efek samping.
Macam-macam obat tradisional :
Kolesterol dan Diabetes
• Resep: Rebus daun salam bersama laos lalu minum air rebusan tersebut.
• Fakta: Daun salam mengandung flavonoid dan tanin sebagai zat yang mampu menurunkankan kolesterol. Dapat pula menurunkan kadar gula dalam darah.
Laos mengandung minyak atsiri untuk membantu memperlancar sirkulasi darah dan proses pengeluaran sisa metabolisme termasuk kolesterol yang berlebih.
1. Hipertensi
• Resep: Konsumsi daun seledri secara teratur.
• Fakta: Seledri mengandung phthalide yang mampu untuk mengendurkan otot arteri sehingga menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi dan juga mengurangi produksi hormon stres.
1. Sakit Kepala
• Resep: Minum rebusan air dari jahe, sereh dan ketumbar.
• Fakta: Jahe, sereh dan ketumbar mengandung minyak atsiri yang akan memperlancar peredaran darah juga berfungsi sebagai analgetik untuk mengurangi sakit di kepala.
1. Batuk
• Resep: Air jeruk nipis dicampur dengan madu.
• Fakta: Jeruk nipis mengandung vitamin C yang dapat memperbaiki ketahanan tubuh untuk melawan flu. Juga berfungsi sebagai antiseptik yang mampu membuang racun dalam tubuh.
Madu yang juga berfungsi sebagai antiseptik dan mampu menambah tenaga untuk mengalahkan penyakit.
1. Luka
• Resep: Oleskan madu pada bagian yang terluka.
• Fakta: Madu mengandung hydrogen peroxide dan gluconic acid yang akan membunuh bakteri penyebab infeksi dan membantu pertumbuhan sel baru sehingga luka menjadi cepat sembuh.
1. Mimisan
• Resep: Gulung daun sirih yang telah dibersihkan dan masukkan ke dalam lubang hidung.
• Fakta: Daun sirih mampu untuk mengurangi pendarahan, termasuk pada pendarahan di selaput lendir hidung seperti yang terjadi padaorang yang mengalami mimisan ini.
1. Bau Mulut
• Resep: Rebus daun sirih, cengkeh dan kunyit. Lalu kumur dengan menggunakan air rebusan tersebut.
• Fakta: Daun sirih dan cengkeh mengandung zat antiseptik. Kunyit mengandung kurkumin yang mampu mengatasi infeksi kuman penyebab bau mulut.
1. Keputihan
• Resep: Rebus daun sirih dan sambiloto.
• Fakta: Daun sirih berfungsi sebagai antiseptik. Sambiloto berfungsi sebagai antiflamasi yang mampu membunuh jamur dan mencegah rasa gatal.
1. Nyeri haid
• Resep: Rebus kunyit bersama dengan asam jawa.
• Fakta: Kunyit mengandung kurkumin. Asam jawa mengandung fruit acid yang akan membuat darah haid menjadi lancar dan mengurangi kram perut.
10. Susah Tidur
• Resep: Mengoleskan minyak lavender pada bantal atau bawah hidung agar dapat tercium. Bisa juga dengan minum jus mentimun, pisang dan biji pala.
• Fakta: Aromaterapi dengan menggunakan bunga lavender membuat seseorang lebih cepat tidur dengan nyenyak.
Mentimun banyak mengandung vitamin C. Pisang mengandung karbohidrat dan asam folat yang melancarkan sirkulasi darah. Biji pala mengandung minyak atsiri yang mempu membuat pikiran menjadi tenang.
11. Bibir Kering
• Resep: Oleskan madu pada bibir.
• Fakta: Madu berfungsi sebagai antioksidan dan humecant yang dapat mempertahankan kelembaban, termasuk kelembaban bibir sehingga bibir tidak menjadi pecah-pecah
12. Gigi Kusam
• Resep: Lumatkan stroberi dan campur dengan setengah sendok teh baking soda. Oleskan pada gigi, diamkan selama beberapa menit kemudian bersihkan. Lakukan sesekali saja, karena asam ini dapat mengikis gigi Anda bila digunakan secara sering.
• Fakta: Stroberi mengandung malic acid yang berfungsi sebagai pemutih alami.
13. Kerutan
• Resep: Ambil putih telur dan oleskan pada wajah, gunakan sebagai masker.
• Fakta: Putih telur mangandung albumin yang dapat berfungsi sebagai pelembab dan mengencangkan kulit.
14. Ketombe
• Resep: Rendam irisan cabe rawit dalam perasan air jeruk nipis. Oleskan pada kepala sebelum keramas.
• Fakta: Jeruk nipis mengandung vitamin C dan fruit acid. Sedangkan cabe rawit mengandung kapsaisin yang mampu membunuh bakteri atau jamur sehingga kulit kepala menjadi bersih.
15. Sengatan Lebah
• Resep: Oleskan pasta gigi atau campuran baking soda dan air pada bagian yang tersengat. Jangan lupa untuk mengeluarkan sengat yang tertinggal pada tubuh.
• Fakta: Pasta gigi dapat menetralkan rasa sakit akibat sengatan. Baking soda dapat memberi rasa nyaman pada luka sengatan.
16. Kulit Terbakar atau Melepuh
• Resep: Oleskan lidah buaya pada bagian tubuh yang melepuh.
Fakta: Lidah buaya mengandung mucopolysaccharides yang bermanfaat sebagai antiseptik dan antiradang sehingga membantu agar kulit yang melepuh tidak terinfeksi kuman juga mencegah terjadinya kemerahan akibat radang. Kandungan kolagen pada lidah buaya pencegah terjadinya pembengkakan. Selain itu, lidah buaya mampu memberi efek dingin yang membantu mengurangi rasa sakit.
22.46
OBAT-OBAT TERLARANG DAN PENCEGAHANNYA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa atas sagala berkah dan karunia-nya,sehingga saya dapat menyusun lima makalah tentang :
1. OBAT-OBATAN TERLARANG
2. PENCEGAHAN OBAT2TAN TERLARANG
3. PENYAKIT HUBUNGAN KELAMIN
4. KESELAMATAN KERJA
5. P3K .
Makalah ini disusun untuk memenuhi Salah satu tugas yang diberikan oleh guru bidang studi Olah Raga. Meskipun dalam pembuatan makalah ini menghadapi beberapa kesulitan,tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak terutama bapak Nana guru bidang studi Olah Raga. Akhirnya makalah ini dapat Saya selesaikan , maka dalam kesempatan ini izinkanlah saya mengucapkan terima kasih kepada yang saya hormati:
1. Bapak Nana selaku guru bidang studi Olah Raga
2. Ibu Rita selaku Wali Kelas X-R
3. Rekan-rekan yang telah membantu.
Semoga amal baik mereka mendapat balasan dari Tuhan yang maha Esa saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak Kekurangan dan jauh dari sempurna, besar harapan saya semoga makalah ini dapat bermanpaat bagi kita semua.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Anak-anak dan pemuda sebagai tunas bangsa dan penerus perjuangan Bangsa ,dalam kiprahnya mengisi pembangunan ini perlu mendapatkan pembinaan dan bibimbingan serta arahan yang positip, agar tidak terjerumus kepada hal sang negatip, sebagaimana kita ketahui bangsa Indonesia dalam keadaan yang terpurukdisamping dengan banyakntya penganguran sehingga para pemuda mudah terjerumus kepada hal-hal yang sipatnya negative.
Dengan arahan dan bimbingan yang positif,diharafkan pemuda mampu berperan serta menuju kepada apa yang diharapkan masyarakat serta akan terasa oleh semua pihak dilingkungannya.
Bahwa untuk menumbuh kembangkan kesadaran pemuda akan peran sertanya secara aktip didalam kegiatan olah raga dilingkungan itu sendiri maupun didalam masyarakat perlu diselengarakannya kegiatan yang terarah dan berpotensi dengan hasil nyata dengan tidak melupakan ,keberadaannya itu sendiri sebagai bagian dari SMKN 4 Bandung . sehingga dengan SETIAP kegiatannya mampu memberikan nilai tambah dan contoh bagi masyarakat pada umumnya ini bisa mengarahkan pada kegiatan yang bersipat positif dan membimbing mereka menjadi seorang pemuda yang akan menjadi suri tauladan dimasyarakatnya baik secara berprestasi. Sehingga menjadi harapan bangsa.
BAB III
LATAR BELAKANG
Masalah perilaku menyimpang tumbuh dikalangan masyarakat akibat kurang seimbangnya masalah ekonomi, terutama terhadap para remaja Indonesia yang sering menggunakan minum-minuman keras dn obat-obatan terlarang. Biasanya berawal dari penawaran dari pengedar narkoba. Setelah merasa ketergantungan maka para pengedar mulai menjualnya dan menyuruh untuk mengajak teman-temannya untuk mencoba.
Narkoba pertamakali disebarkan oleh orang Inggris dan disebarkan ke daratan Asia, mulai dari China, Hongkong, Jepang sampai ke Indonesia. Narkoba yang paling banyak dikirim ke daerah Asia adalah Heroin dan Morfin. Di Indonesia sendiri sudah mulai memproduksi narkoba jenis ganja, pil lexotan dan pil extaci. Narkoba biasanya digunakan oleh anak-anak orang kaya, yang kurang perhatian orang tuanya dan juga pergaulan bebas, yaitu pergaulan yang tanpa aturan, sekehendak sendiri dan tridak mau diatur. Sebab-sebab ini sangat dominan dalam proses penyalahgunaan narkoba saat ini. Yang paling sering dikonsumsi adalah jenis pil lexotan dan extaci karena proses pembelian dan penggunaannya lebih mudah dan juga praktis.
Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik, biologic, psikologik dan social. Telah dikenali pula bahwa penyalahgunaan narkoba dimulai rata-rata di usia remaja dan berlanjut pada dewasa muda. Sehingga hubungan narkoba denagn generasi muda dewasa amat erat. Berkembangnya jumlah pecandu ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
1. Faktor dari dalam diri, seperti : minat, rasa ingin tahu, lemahnya rasa ketuhanan dan ketidakstabilan emosi.
2. Faktor dari luar diri meliputi : gangguan psikososial keluarga, lemahnya hukum terhadap pengedar dan pengguan narkoba, lemahnya system sekolah termasuk bimbingan konseling, dan lemahnya pendidiakan agama.
BAB I
PENDAHULUAN
Isu-isu kerusakan lingkungan pada generasi muda menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya Masalah peredaran dan penyalahgunaan narkoba,tidak hanya terkait dengan masyalah etika, media dan social ekonomi namun telah menimbulkan dampak yang luas bagi kehidupan bangsa dan Negara sehingga tidak berlebihan jika perang melawan narkoba menjadi salah satu isu nasionalme kebangsaan . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. yang salah satu penyebabnya Narkoba sehingga manusia yang mengkomsumsi akan menjadi Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan.
Norma adalah suatu bentuk nilai yang di sertai dengan sanksi tegas bagi pelanggaran. norma merupakan ukuran yang di pengaruhi oleh masyarakat apakah perilaku seseorang benar atau salah,sesuai atau tidak sesuai ,wajar atau tidak wajar,diterima atau tidak diterima. tempat hiburan ( diskotik, karaoke, bar, pub, dan cafe). Pusat pertokoan seperti Matahari dan McDonal di Kuta merupakan alternatif baru yang dipilih ABG ( remaja ) sebagai tempat “nongkrong”. Selain itu pusat pertokoan juga merupakan tempat yang menjadi pilihan remaja untuk berkumpul, mencari kemungkinan mendapatkan pasangan, tempat berjanji bertemu pasangan, atau kemungkinan untuk melakukan transaksi naza atau obat terlarang
BAB II
INTENSITAS DAN KOMPLEKSITAS MASALAH
Sebelum membicarakan tentang penyalahgunaan obat lebih jauh sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu definisi dari penyalahgunaan obat itu sendiri. Penyalahgunaaan obat atau “drug abuse” berasal dari kata salah guna atau tidak tepat guna merupakan suatu penyelewengan penggunaan obat bukan tujuan medis atau pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya. Masalah social berupa penyalahgunaan obat seperti narkotik, alcohol beserta implikasinya seperti mabuk, teler, dan kecanduan. Jenis masalah social tersebut dapat dilihat sebagai salah satu hambatan pembangunan masyarakat, terutama apabila pembangunan masyarakat dipandang sebagai proses pendayagunaan sumber daya. Sebetulnya pada mulanya alcohol atau minuman beralkohol lebih berkaitan dengan fisik. Dalam kedudukan seperti itu, maka efek yang timbul juga terjadi pada segi fisik dan dalam batas-batas kewajaran tidak menimbulkan dampak yang negative.
Dalam tingkat yang seperti ini alkohol lebih bersifat sebagai jenis minuman biasa, pendorong pencernaan, pendorong agar cepat tidur, perlindungan terhadap kedinginan, sebagai obat suatu penyakit tertentu atau rasa kesakitan (Lemert 1967 : 72). Hal yang kurang lebih sama sebetulnya juga berlaku untuk bahan-bahan kimia lain yang berada dalam kelompok obat-obatan (drug), termasuk didalamnya bahan-bahan jenios narkotik yang berasal langsung dari bahan tumbuh-tumbuhan seperti ganja. Drug adalah sejenis bahan kimia yang dapat mempengaruhi dan membawa efek pada fungsi dari struktur organism tubuh. Obat-obatan ini dimaksudkan untuk kesenangan. Permasalahanya kemudian dapat berakibat kebiasaan mabuk dan teler dalam jangka panjang dan merugikan fisik, psikologis, dan social. Bahkan dalam proses lebih lanjut tidak saja mengakibatkan mabuk dan teler tapi juga kecanduan ( drug addction ).
Kecanduan adalah penyalahgunaan dan pemakaian berlebihan yang kemudian mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya, Sehingga kondisi tersebut akan mengendalkian orang yang bersangkutan, membuatnya berbuat dan berfikir secara tidak konsisten dengan nilai-nilai kepribadianya dan mendorong orang tersebut menjadi kompulsif dan obsesif (Schaef, 1987 : 18 ). Dampak lebih lanjut dari gejala kecanduan adalah seseorang akan berkurang kontaknya dengan diri sendiri, orang lain dan dunia sekitar.
Penyalahgunaan obat yang semakin hari semakin merajalela membuat keadaan semakin memprihatinkan. Dengan rata-rata pengguan obat terlarang ini adalah generasi muda yang akan meneruskan bangsa. Keadaan yang seperti ini merupakan masalh bersama antar melibatkan pemerintah dan masyarakat sehingga memerlukan suatu strategi yang melibatkan seluruh komponen bangsa yang bersatu padu dalam suatu gerakan bersama untuk melaksanakan strategi. Seperti strategi Nasional untuk pertisipasi masyarakat. Strategi ini merupakan stretegi pencegahan berbasis masyarakat sebagai upaya untuk menggugah, mendorong dan menggerakan masyarakat untuk sadar, peduli dan aktif dalam melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Suksesnya strategi ini sangat tergantung terhadap partisiapasi masyarakat dalam usaha-usaha promotif, edukasi, prevensi dan penanganan golongan beresiko tinggi.
Mengembangkan sistem sosial yang responsif pembahasan menegembangkan system sosial yang responsif dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang telah ada seperti fasilitas pendidikan, misalnya sekolah, pondok pesantren dan lain-lain. Dapat pula melalui orang-orang terdekatnya, seperti keluarga. Dengan melakukan pendekatan dengan anggota keluarga, saling berinteraksi dan menyelesaikan masalah bersama akan lebih membantu psikologi seseorang sehingga dapat terheindar dari penyalahgunaan narkoba dikerenakan depresi.
Adapun apabila penyalahgunaan narkoba sudah terjadi dapat di tanggulangi dengan mengikuti tahap-tahap pengobatan di panti rehabilitasi. Tidak lupa juga diberikan motivasi-motivasi dari pemuka agama serta perhatian dari keluarga yang lebih intensif.
Pemanfaatan Modal Sosial pemanfaatan modal sosial yang telah ada dapat kita manfaatkan. Contohnya Lembaga Sosial Masyarakat. Ada beberapa LSM yang peduli dalam pencegahan Narkoba seperti GRANAT, GERAM, GANAS dan lain-lain. Namun sayangnya kegiatan mereka masih cenderung belum konsisten dan belum berkesinambungan. Mereka lebih banyak menyoroti dan mencari kelemahan/kesalahan yang dilakukan oleh penyidik/aparat penegak hukum dari pada melakukan kemitraan, dengan kata lain kadar kemitraannya dengan aparat penegak hukum masih meragukan. Sedangkan di lingkungan internal Polri sendiri, kegiatan antar fungsi masih belum terpadu dan belum terencana secara baik. Yang terkesan hanya kegiatan represif saja oleh fungsi Reserse. Fungsi Binamitra, Intelijen dan Samapta kurang proaktif dalam melakukan upaya pre-emtif dan preventif, sebagai contoh bahwa penyuluhan atau komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat lebih banyak menunggu jika ada permintaan dari pihak lain (kelompok masyarakat).
Fungsi Dokkes belum berperan secara maksimal dalam upaya kuratif dan rehabilitatif, yaitu membantu korban atau pengguna untuk keluar dari ketergantungan terhadap Narkoba untuk dapat hidup produktif kembali dalam masyarakat. Saat ini peran Dokkes baru pada tingkat memberikan ”back up” kepada fungsi operasional, seperti pemberian informasi kepada fungsi Reserse dalam menentukan tanda-tanda ketergantungan/ sebagai pengguna atau dalam pembuatan Visum/BAP test urine tersang-ka dan kepada fungsi Binamitra dalam memberikan materi penyuluhan terhadap masyarakat. Dengan dibentuknya BKNN (Badan Koordinasi Narkotika Nasional) yang kemudian diubah menjadi BNN (tahun 2002), yang lebih bersifat operasional, maka terlihat jelas bahwa penanganan kasus penyalagunaan Narkoba menjadi lebih terkoordinasi, lebih banyak kasus terungkap dan juga lebih banyak barang bukti dapat disita. Dan yang lebih penting lagi adalah akan lebih banyak lagi generasi muda terselamatkan dari bahaya Narkoba.
Pemanfaatan Institusi Sosial menyadari bahwa penyalahgunaan narkoba ini sama halnya dengan masalah penyakit masyarakat lainnya seperti perjudian, pelacuran, pencurian dan pembunuhan yang sulit diberantas atau bisa dikatakan tidak bisa dihapuskan sama sekali dari muka bumi. Maka apa yang dapat kita lakukan secara realistic hanylah bagaimana cara menekankan dan mengendalikan sampai sekecil mungkin angka penyalahgunaan narkoba serta bagaimana kita melakuakn upaya yang paling ideal, efektif dan aplikatif serta realistic dalam penanggulangan masalah narkoba ini dengan melibatkan semua potensi dari unsure pemerintah swasta, lembaga swadaya Masyarakat serta masyarakat umum perorangan maupun kelompok.
Organisasi Masyarakat tumbuhnya kesadaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa dan pemuda, pekerja serta lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. (Pendidikan , Kesehatan Sosial, Sosial Akhlak, Sosial-pemuda dan OR Ekonomi-Tenaga kerja). Mencegah terjadimya penylahgunaan dan peredaran gelap, dengan upaya-upaya yang berbasiskan masyarakat mendorong dan menggugah kesdaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat.
Organisasi swasta organisasi swastapun dapat ikut berpern aktif melalui berbagai seminar, diskusi dan penyulihan dikalangan remaja, orang tua dan masysrakat umum. Bahkan mendirikan yayasan-yayasan panti rehabilitasipun sudah banyak didirikan.
Optimalisasi Konstribusi Dalam Pelayanan Sosial optimalisasi dapat terjadi jika adanya kesadaran dari masing-masing pihak. Unsur-unsur yang paling penting dalam optimalisasi ini adalah masyarakat itu sendiri. Olehkarena itu masyarakat yang mendirikan LSM dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi para korban penyalahgunaan obat.
Kerjasama dan Jaringan dalam penanaganan penyalahgunaan obat tidak akan berhasil dengan adanya kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait. Dengan adanya pembuatan-pembuatan suatu program dalam mencegah bertambahnya pengguna obat-obatan. Yang sejak dahulu sudah ada adalah adanya hukuman bagi para pengguna dan pengedar obat-obatan terlarang, Namun penyelundupan obat-obatan yang semakin gencar dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab seolah membutakan terhadap hukum yang ada di negeri ini. Olehkarena itu kerjasama dan jaringan yang benar-benar terprogram dan telah direncanakan akan membantu.
BAB IV
EFEK SAMPING
Adapun efek samping akibat penyalahgunaan obat :
1. Bagi diri sendiri
Deprei pernafasan, jika sampai overdosis bisa menyebabkan gagal nafas (apnoe) dan kematian, tekanan darah menurun (syok), addiksi (ketagihan), toleransi (peningkatan dosis). Tidak jarang terjadio efek paradoksal yaitu efek yang muncul berbeda dengan apa yang diiinginkan. Misalnya yang terjadi adalah bayangan-bayangan yang menakutkan, mimpi buruk sepanjang hari, halusinasi dan sikap agresif dan lain-lain. Walupun berhasil disembuhkan tetap akan menimbulkan gejala sisa (skuele) misalnya menjadi bodoh, idiot,bahkan lumpuh.
2. Bagi keluarga, masyarakat dan Negara
Menjadi beban keluarga, terutama bagi metreka yang sudah terlanjur kecanduan. Menguras keuanganan keluarga untuk biaya pengobatan. Merugikan negara dalam sumber daya manusia, apabila NAPZA tidak diperangi dikhawatirkan terjadinya Lost Generation (hilangnya penerus bangsa).
BAB III
UPAYA PENANGANAN MASALAH
1. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Penangan masalah penyalahgunaan narkoba bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Masih banyaknya pemahaman yang salah mengenai penanganan korban-korban penyalahgunaan narkoba ynag sering disamakan dengan suatu perbuatan cela (aib) hingga perbuatan criminal yang justru makin menyudutkan para korban.
Penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini belum optimal, belum terpadu dan belum menyeluruh (holistic) serta belum mencapai hasil yang diharapkan. Hali ini dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal sebagi dampak dari pembangunan secara umum dan dinamika politik, ekonomi, social-budaya maupun keamanan. Upaya penangnan penyalahgunaan narkoba secara komprehensif adalah melalui pendekatan Harm Minimasation, yang sevara garis besar dikelompokan menjdi 3 kegiatan utana, yaitu
a. Supply control
b. Demand reduction
c. Harm reduction
Yang dilakukan secara terpadu antar instansi terkait dan lembaga swadaya masysrakat lainnya, meyeluruh mulai dari upaya pre-emtif, preventif, represif, kuratif dan rehabilitative serat secara berkesinambungan. Agar uapaya penanggulangan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka diajukan beberapa saran antara lain :
1) Perlunya peningkatan kualitas penyidik Polri khususnya para Direktorat Narkobat, Peningkatan anggaran penyelidikan dan penyidikan kasus narkoba, peningkatan sarana dan prasarana pendukung, guna lebih memberdayakan Polri dalam mengungkapkan kasus penylahgunaan narkoba.
2) Melengkapi sarana deteksi narkoba yang akan dipergunakan oleh aparat bead an cukai di pintu masuk wilayah Indonesia, berupa detector canggih (x ray, scaning dan lain-lain), dog detector dan lain-lail. Sehingga dapat menggagalkan masuknya narkoba ke Indonesia.
3) Dibuatnya lembaga pemasyarakatan khusus narkoba pada beberap kota besar di Indonesia.
4) Dilakukannya revisi perundang-undangan yang mengatur pemberian sanksi pertema kali menggunakan, bukan diberikan pidana kurungan tetapi berupa peringatan keras, pembinaan social seperti kerja social dan sebagainya.
2. cara pencegahan penyalahgunaan narkoba
a) Upaya pencegahan primer (untuk tidak mencoba narkoba)
b) Pencegahan sekunder ( mencegah bagi mereka yang telah memakai narkoba untuk tidak menjadi adiksi)
Pencegahan terisier ( melakukan pemulihan bagi mereka yang telah menglami adiksi).
BAB V
KESIMPULAN
Penyalahgunaan Narkoba dan zat adiktif lainnya dapat membawa dampak luas dan kompleks, seperti perubahan prilaku, gangguan kesehatan, menurunnya aktivitas kerja, kecelakaan lalu lintas, kriminalitas dan tidak kekerasan. Hal ini dapat diperburuk dengan terjadinya komplikasi medik berupa kelainan paru, gangguan liver, hepatitis dan penularan HIV/AIDS. Demikian sambutan yang disampaikan Kasau Marsekal TNI Herman Prayitno pada ceramah penaggulangan penyalahgunaan narkoba dan pencegahan HIV/AIDS di Mabesau Cilangkap. Rabu (12/12). Dikatakan, data statistik jumlah korban jiwa setiap harinya akibat mengkonsumsi narkoba mencapai 41 orang atau 15.000 orang setiap tahunnya.
Penyalahgunaan narkoba terkonsentrasi pada penduduk umur 20-29 tahun yang kebanyakan pria dan berpendidikan tinggi. Sedangkan secara ekonomi kerugian keuangan masyarakat yang dihabiskan untuk membeli mencapai 11,36 triliun rupiah, hampir setengah dari seluruh belanja masyarakat yang mencapai 23,6 triliun rupiah. Dan bila tidak ditangani dengan serius dalam lima tahun kedepan masyarakat akan dirugikan 207 triliun rupiah pertahun, ungkap Kasau. Melihat begitu besar yang ditimbulkannya oleh narkoba, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk melakukan pengawasan dini dan menunjukan kepedulian untuk menghentikan penyalahgunaan narkoba.
Pencegahan penggunaan narkoba bukan semata tugas pemerintah, melainkan kepedulian semua pihak dalam masyarakat secara individu maupun kelompok yang dilakukan terus menerus secara berkesinambungan. Untuk itu ceramah tentang penanggulangan narkoba serta pencegahan virus HIV/AIDS yang dibawakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dilaksanakan guna membekali anggota TNI khususnya TNI Angkatan Udara beserta keluarganya agar selalu waspada dan membentengi diri terhadap pengaruh penggunaan maupun peredaran narkoba dan obat terlarang, jelas Kasau. Kombes Polisi DR. Victor Pujiadi dari BNN menyampaikan secara umum hasil penelitian yang bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) menunjukan jumlah penyalahgunaan narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 39% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki 79% dan perempuan 21%. Kelompok teratur pakai terdiri pengguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42%, obat penenang 22%. Sedangkan kelompok pecandu terdiri pengguna ganja 75%, heroin/putau 62%, shabu 57% ekstasi 34% dan obat penenang 25%. Serta penyalahguna dengan narkoba dengan suntikan (IUD) sebesar 56% ( 572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000.
Dari pembahasan diatas telah kita ketahui bahayanya menggunakan narkoba. Semakin bertambahnya pengguna obat-obatan membuat semakin terpuruknya kondisi Negara di dunia khususnya di Negara kita sendiri. Unsur-unsur masyarakatpun dapat turut berpartisipasi dengan aktif dalam lembaga-lembaga sosial yang telah banyak didirikan. Yang paling penting adalah kita tidak boleh mengacuhkan para korban yang seharunsnya kita dampingi agar tidak lagi terjebak dalam masalah yang sama. Hukumpun harus adil tanpa pandang bulu siapa penggunanya karena apabila kita menginginkan negara yang tumbuh dengan masyarakat yang sejahtera maka kejujuran adalah yang paling penting.
BAB VI
PENUTUP
Alhamdulillah, penulis telah dapat berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Semoga dengan disusunnya tugas ini akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak. terlepas dari pihak-pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada penulis. Dengan penuh harapan penulis mohon saran dan kritik dalam penyusunan tugas ini, agar menjadi suatu pengalaman dalam melakukan penyusunan selanjutnya. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Guru bidang studi Olah Raga Bapak Nana yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan terhadap obat-obatan Terlarang (Narkoba).
Bandung, April 2010
Penulis
Dean Pranata Akhri
Multi Media X.R
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa atas sagala berkah dan karunia-nya,sehingga saya dapat menyusun lima makalah tentang :
1. OBAT-OBATAN TERLARANG
2. PENCEGAHAN OBAT2TAN TERLARANG
3. PENYAKIT HUBUNGAN KELAMIN
4. KESELAMATAN KERJA
5. P3K .
Makalah ini disusun untuk memenuhi Salah satu tugas yang diberikan oleh guru bidang studi Olah Raga. Meskipun dalam pembuatan makalah ini menghadapi beberapa kesulitan,tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak terutama bapak Nana guru bidang studi Olah Raga. Akhirnya makalah ini dapat Saya selesaikan , maka dalam kesempatan ini izinkanlah saya mengucapkan terima kasih kepada yang saya hormati:
1. Bapak Nana selaku guru bidang studi Olah Raga
2. Ibu Rita selaku Wali Kelas X-R
3. Rekan-rekan yang telah membantu.
Semoga amal baik mereka mendapat balasan dari Tuhan yang maha Esa saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak Kekurangan dan jauh dari sempurna, besar harapan saya semoga makalah ini dapat bermanpaat bagi kita semua.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Anak-anak dan pemuda sebagai tunas bangsa dan penerus perjuangan Bangsa ,dalam kiprahnya mengisi pembangunan ini perlu mendapatkan pembinaan dan bibimbingan serta arahan yang positip, agar tidak terjerumus kepada hal sang negatip, sebagaimana kita ketahui bangsa Indonesia dalam keadaan yang terpurukdisamping dengan banyakntya penganguran sehingga para pemuda mudah terjerumus kepada hal-hal yang sipatnya negative.
Dengan arahan dan bimbingan yang positif,diharafkan pemuda mampu berperan serta menuju kepada apa yang diharapkan masyarakat serta akan terasa oleh semua pihak dilingkungannya.
Bahwa untuk menumbuh kembangkan kesadaran pemuda akan peran sertanya secara aktip didalam kegiatan olah raga dilingkungan itu sendiri maupun didalam masyarakat perlu diselengarakannya kegiatan yang terarah dan berpotensi dengan hasil nyata dengan tidak melupakan ,keberadaannya itu sendiri sebagai bagian dari SMKN 4 Bandung . sehingga dengan SETIAP kegiatannya mampu memberikan nilai tambah dan contoh bagi masyarakat pada umumnya ini bisa mengarahkan pada kegiatan yang bersipat positif dan membimbing mereka menjadi seorang pemuda yang akan menjadi suri tauladan dimasyarakatnya baik secara berprestasi. Sehingga menjadi harapan bangsa.
BAB III
LATAR BELAKANG
Masalah perilaku menyimpang tumbuh dikalangan masyarakat akibat kurang seimbangnya masalah ekonomi, terutama terhadap para remaja Indonesia yang sering menggunakan minum-minuman keras dn obat-obatan terlarang. Biasanya berawal dari penawaran dari pengedar narkoba. Setelah merasa ketergantungan maka para pengedar mulai menjualnya dan menyuruh untuk mengajak teman-temannya untuk mencoba.
Narkoba pertamakali disebarkan oleh orang Inggris dan disebarkan ke daratan Asia, mulai dari China, Hongkong, Jepang sampai ke Indonesia. Narkoba yang paling banyak dikirim ke daerah Asia adalah Heroin dan Morfin. Di Indonesia sendiri sudah mulai memproduksi narkoba jenis ganja, pil lexotan dan pil extaci. Narkoba biasanya digunakan oleh anak-anak orang kaya, yang kurang perhatian orang tuanya dan juga pergaulan bebas, yaitu pergaulan yang tanpa aturan, sekehendak sendiri dan tridak mau diatur. Sebab-sebab ini sangat dominan dalam proses penyalahgunaan narkoba saat ini. Yang paling sering dikonsumsi adalah jenis pil lexotan dan extaci karena proses pembelian dan penggunaannya lebih mudah dan juga praktis.
Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik, biologic, psikologik dan social. Telah dikenali pula bahwa penyalahgunaan narkoba dimulai rata-rata di usia remaja dan berlanjut pada dewasa muda. Sehingga hubungan narkoba denagn generasi muda dewasa amat erat. Berkembangnya jumlah pecandu ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
1. Faktor dari dalam diri, seperti : minat, rasa ingin tahu, lemahnya rasa ketuhanan dan ketidakstabilan emosi.
2. Faktor dari luar diri meliputi : gangguan psikososial keluarga, lemahnya hukum terhadap pengedar dan pengguan narkoba, lemahnya system sekolah termasuk bimbingan konseling, dan lemahnya pendidiakan agama.
BAB I
PENDAHULUAN
Isu-isu kerusakan lingkungan pada generasi muda menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya Masalah peredaran dan penyalahgunaan narkoba,tidak hanya terkait dengan masyalah etika, media dan social ekonomi namun telah menimbulkan dampak yang luas bagi kehidupan bangsa dan Negara sehingga tidak berlebihan jika perang melawan narkoba menjadi salah satu isu nasionalme kebangsaan . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. yang salah satu penyebabnya Narkoba sehingga manusia yang mengkomsumsi akan menjadi Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan.
Norma adalah suatu bentuk nilai yang di sertai dengan sanksi tegas bagi pelanggaran. norma merupakan ukuran yang di pengaruhi oleh masyarakat apakah perilaku seseorang benar atau salah,sesuai atau tidak sesuai ,wajar atau tidak wajar,diterima atau tidak diterima. tempat hiburan ( diskotik, karaoke, bar, pub, dan cafe). Pusat pertokoan seperti Matahari dan McDonal di Kuta merupakan alternatif baru yang dipilih ABG ( remaja ) sebagai tempat “nongkrong”. Selain itu pusat pertokoan juga merupakan tempat yang menjadi pilihan remaja untuk berkumpul, mencari kemungkinan mendapatkan pasangan, tempat berjanji bertemu pasangan, atau kemungkinan untuk melakukan transaksi naza atau obat terlarang
BAB II
INTENSITAS DAN KOMPLEKSITAS MASALAH
Sebelum membicarakan tentang penyalahgunaan obat lebih jauh sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu definisi dari penyalahgunaan obat itu sendiri. Penyalahgunaaan obat atau “drug abuse” berasal dari kata salah guna atau tidak tepat guna merupakan suatu penyelewengan penggunaan obat bukan tujuan medis atau pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya. Masalah social berupa penyalahgunaan obat seperti narkotik, alcohol beserta implikasinya seperti mabuk, teler, dan kecanduan. Jenis masalah social tersebut dapat dilihat sebagai salah satu hambatan pembangunan masyarakat, terutama apabila pembangunan masyarakat dipandang sebagai proses pendayagunaan sumber daya. Sebetulnya pada mulanya alcohol atau minuman beralkohol lebih berkaitan dengan fisik. Dalam kedudukan seperti itu, maka efek yang timbul juga terjadi pada segi fisik dan dalam batas-batas kewajaran tidak menimbulkan dampak yang negative.
Dalam tingkat yang seperti ini alkohol lebih bersifat sebagai jenis minuman biasa, pendorong pencernaan, pendorong agar cepat tidur, perlindungan terhadap kedinginan, sebagai obat suatu penyakit tertentu atau rasa kesakitan (Lemert 1967 : 72). Hal yang kurang lebih sama sebetulnya juga berlaku untuk bahan-bahan kimia lain yang berada dalam kelompok obat-obatan (drug), termasuk didalamnya bahan-bahan jenios narkotik yang berasal langsung dari bahan tumbuh-tumbuhan seperti ganja. Drug adalah sejenis bahan kimia yang dapat mempengaruhi dan membawa efek pada fungsi dari struktur organism tubuh. Obat-obatan ini dimaksudkan untuk kesenangan. Permasalahanya kemudian dapat berakibat kebiasaan mabuk dan teler dalam jangka panjang dan merugikan fisik, psikologis, dan social. Bahkan dalam proses lebih lanjut tidak saja mengakibatkan mabuk dan teler tapi juga kecanduan ( drug addction ).
Kecanduan adalah penyalahgunaan dan pemakaian berlebihan yang kemudian mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya, Sehingga kondisi tersebut akan mengendalkian orang yang bersangkutan, membuatnya berbuat dan berfikir secara tidak konsisten dengan nilai-nilai kepribadianya dan mendorong orang tersebut menjadi kompulsif dan obsesif (Schaef, 1987 : 18 ). Dampak lebih lanjut dari gejala kecanduan adalah seseorang akan berkurang kontaknya dengan diri sendiri, orang lain dan dunia sekitar.
Penyalahgunaan obat yang semakin hari semakin merajalela membuat keadaan semakin memprihatinkan. Dengan rata-rata pengguan obat terlarang ini adalah generasi muda yang akan meneruskan bangsa. Keadaan yang seperti ini merupakan masalh bersama antar melibatkan pemerintah dan masyarakat sehingga memerlukan suatu strategi yang melibatkan seluruh komponen bangsa yang bersatu padu dalam suatu gerakan bersama untuk melaksanakan strategi. Seperti strategi Nasional untuk pertisipasi masyarakat. Strategi ini merupakan stretegi pencegahan berbasis masyarakat sebagai upaya untuk menggugah, mendorong dan menggerakan masyarakat untuk sadar, peduli dan aktif dalam melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Suksesnya strategi ini sangat tergantung terhadap partisiapasi masyarakat dalam usaha-usaha promotif, edukasi, prevensi dan penanganan golongan beresiko tinggi.
Mengembangkan sistem sosial yang responsif pembahasan menegembangkan system sosial yang responsif dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang telah ada seperti fasilitas pendidikan, misalnya sekolah, pondok pesantren dan lain-lain. Dapat pula melalui orang-orang terdekatnya, seperti keluarga. Dengan melakukan pendekatan dengan anggota keluarga, saling berinteraksi dan menyelesaikan masalah bersama akan lebih membantu psikologi seseorang sehingga dapat terheindar dari penyalahgunaan narkoba dikerenakan depresi.
Adapun apabila penyalahgunaan narkoba sudah terjadi dapat di tanggulangi dengan mengikuti tahap-tahap pengobatan di panti rehabilitasi. Tidak lupa juga diberikan motivasi-motivasi dari pemuka agama serta perhatian dari keluarga yang lebih intensif.
Pemanfaatan Modal Sosial pemanfaatan modal sosial yang telah ada dapat kita manfaatkan. Contohnya Lembaga Sosial Masyarakat. Ada beberapa LSM yang peduli dalam pencegahan Narkoba seperti GRANAT, GERAM, GANAS dan lain-lain. Namun sayangnya kegiatan mereka masih cenderung belum konsisten dan belum berkesinambungan. Mereka lebih banyak menyoroti dan mencari kelemahan/kesalahan yang dilakukan oleh penyidik/aparat penegak hukum dari pada melakukan kemitraan, dengan kata lain kadar kemitraannya dengan aparat penegak hukum masih meragukan. Sedangkan di lingkungan internal Polri sendiri, kegiatan antar fungsi masih belum terpadu dan belum terencana secara baik. Yang terkesan hanya kegiatan represif saja oleh fungsi Reserse. Fungsi Binamitra, Intelijen dan Samapta kurang proaktif dalam melakukan upaya pre-emtif dan preventif, sebagai contoh bahwa penyuluhan atau komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat lebih banyak menunggu jika ada permintaan dari pihak lain (kelompok masyarakat).
Fungsi Dokkes belum berperan secara maksimal dalam upaya kuratif dan rehabilitatif, yaitu membantu korban atau pengguna untuk keluar dari ketergantungan terhadap Narkoba untuk dapat hidup produktif kembali dalam masyarakat. Saat ini peran Dokkes baru pada tingkat memberikan ”back up” kepada fungsi operasional, seperti pemberian informasi kepada fungsi Reserse dalam menentukan tanda-tanda ketergantungan/ sebagai pengguna atau dalam pembuatan Visum/BAP test urine tersang-ka dan kepada fungsi Binamitra dalam memberikan materi penyuluhan terhadap masyarakat. Dengan dibentuknya BKNN (Badan Koordinasi Narkotika Nasional) yang kemudian diubah menjadi BNN (tahun 2002), yang lebih bersifat operasional, maka terlihat jelas bahwa penanganan kasus penyalagunaan Narkoba menjadi lebih terkoordinasi, lebih banyak kasus terungkap dan juga lebih banyak barang bukti dapat disita. Dan yang lebih penting lagi adalah akan lebih banyak lagi generasi muda terselamatkan dari bahaya Narkoba.
Pemanfaatan Institusi Sosial menyadari bahwa penyalahgunaan narkoba ini sama halnya dengan masalah penyakit masyarakat lainnya seperti perjudian, pelacuran, pencurian dan pembunuhan yang sulit diberantas atau bisa dikatakan tidak bisa dihapuskan sama sekali dari muka bumi. Maka apa yang dapat kita lakukan secara realistic hanylah bagaimana cara menekankan dan mengendalikan sampai sekecil mungkin angka penyalahgunaan narkoba serta bagaimana kita melakuakn upaya yang paling ideal, efektif dan aplikatif serta realistic dalam penanggulangan masalah narkoba ini dengan melibatkan semua potensi dari unsure pemerintah swasta, lembaga swadaya Masyarakat serta masyarakat umum perorangan maupun kelompok.
Organisasi Masyarakat tumbuhnya kesadaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa dan pemuda, pekerja serta lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. (Pendidikan , Kesehatan Sosial, Sosial Akhlak, Sosial-pemuda dan OR Ekonomi-Tenaga kerja). Mencegah terjadimya penylahgunaan dan peredaran gelap, dengan upaya-upaya yang berbasiskan masyarakat mendorong dan menggugah kesdaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat.
Organisasi swasta organisasi swastapun dapat ikut berpern aktif melalui berbagai seminar, diskusi dan penyulihan dikalangan remaja, orang tua dan masysrakat umum. Bahkan mendirikan yayasan-yayasan panti rehabilitasipun sudah banyak didirikan.
Optimalisasi Konstribusi Dalam Pelayanan Sosial optimalisasi dapat terjadi jika adanya kesadaran dari masing-masing pihak. Unsur-unsur yang paling penting dalam optimalisasi ini adalah masyarakat itu sendiri. Olehkarena itu masyarakat yang mendirikan LSM dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi para korban penyalahgunaan obat.
Kerjasama dan Jaringan dalam penanaganan penyalahgunaan obat tidak akan berhasil dengan adanya kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait. Dengan adanya pembuatan-pembuatan suatu program dalam mencegah bertambahnya pengguna obat-obatan. Yang sejak dahulu sudah ada adalah adanya hukuman bagi para pengguna dan pengedar obat-obatan terlarang, Namun penyelundupan obat-obatan yang semakin gencar dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab seolah membutakan terhadap hukum yang ada di negeri ini. Olehkarena itu kerjasama dan jaringan yang benar-benar terprogram dan telah direncanakan akan membantu.
BAB IV
EFEK SAMPING
Adapun efek samping akibat penyalahgunaan obat :
1. Bagi diri sendiri
Deprei pernafasan, jika sampai overdosis bisa menyebabkan gagal nafas (apnoe) dan kematian, tekanan darah menurun (syok), addiksi (ketagihan), toleransi (peningkatan dosis). Tidak jarang terjadio efek paradoksal yaitu efek yang muncul berbeda dengan apa yang diiinginkan. Misalnya yang terjadi adalah bayangan-bayangan yang menakutkan, mimpi buruk sepanjang hari, halusinasi dan sikap agresif dan lain-lain. Walupun berhasil disembuhkan tetap akan menimbulkan gejala sisa (skuele) misalnya menjadi bodoh, idiot,bahkan lumpuh.
2. Bagi keluarga, masyarakat dan Negara
Menjadi beban keluarga, terutama bagi metreka yang sudah terlanjur kecanduan. Menguras keuanganan keluarga untuk biaya pengobatan. Merugikan negara dalam sumber daya manusia, apabila NAPZA tidak diperangi dikhawatirkan terjadinya Lost Generation (hilangnya penerus bangsa).
BAB III
UPAYA PENANGANAN MASALAH
1. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Penangan masalah penyalahgunaan narkoba bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Masih banyaknya pemahaman yang salah mengenai penanganan korban-korban penyalahgunaan narkoba ynag sering disamakan dengan suatu perbuatan cela (aib) hingga perbuatan criminal yang justru makin menyudutkan para korban.
Penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini belum optimal, belum terpadu dan belum menyeluruh (holistic) serta belum mencapai hasil yang diharapkan. Hali ini dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal sebagi dampak dari pembangunan secara umum dan dinamika politik, ekonomi, social-budaya maupun keamanan. Upaya penangnan penyalahgunaan narkoba secara komprehensif adalah melalui pendekatan Harm Minimasation, yang sevara garis besar dikelompokan menjdi 3 kegiatan utana, yaitu
a. Supply control
b. Demand reduction
c. Harm reduction
Yang dilakukan secara terpadu antar instansi terkait dan lembaga swadaya masysrakat lainnya, meyeluruh mulai dari upaya pre-emtif, preventif, represif, kuratif dan rehabilitative serat secara berkesinambungan. Agar uapaya penanggulangan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka diajukan beberapa saran antara lain :
1) Perlunya peningkatan kualitas penyidik Polri khususnya para Direktorat Narkobat, Peningkatan anggaran penyelidikan dan penyidikan kasus narkoba, peningkatan sarana dan prasarana pendukung, guna lebih memberdayakan Polri dalam mengungkapkan kasus penylahgunaan narkoba.
2) Melengkapi sarana deteksi narkoba yang akan dipergunakan oleh aparat bead an cukai di pintu masuk wilayah Indonesia, berupa detector canggih (x ray, scaning dan lain-lain), dog detector dan lain-lail. Sehingga dapat menggagalkan masuknya narkoba ke Indonesia.
3) Dibuatnya lembaga pemasyarakatan khusus narkoba pada beberap kota besar di Indonesia.
4) Dilakukannya revisi perundang-undangan yang mengatur pemberian sanksi pertema kali menggunakan, bukan diberikan pidana kurungan tetapi berupa peringatan keras, pembinaan social seperti kerja social dan sebagainya.
2. cara pencegahan penyalahgunaan narkoba
a) Upaya pencegahan primer (untuk tidak mencoba narkoba)
b) Pencegahan sekunder ( mencegah bagi mereka yang telah memakai narkoba untuk tidak menjadi adiksi)
Pencegahan terisier ( melakukan pemulihan bagi mereka yang telah menglami adiksi).
BAB V
KESIMPULAN
Penyalahgunaan Narkoba dan zat adiktif lainnya dapat membawa dampak luas dan kompleks, seperti perubahan prilaku, gangguan kesehatan, menurunnya aktivitas kerja, kecelakaan lalu lintas, kriminalitas dan tidak kekerasan. Hal ini dapat diperburuk dengan terjadinya komplikasi medik berupa kelainan paru, gangguan liver, hepatitis dan penularan HIV/AIDS. Demikian sambutan yang disampaikan Kasau Marsekal TNI Herman Prayitno pada ceramah penaggulangan penyalahgunaan narkoba dan pencegahan HIV/AIDS di Mabesau Cilangkap. Rabu (12/12). Dikatakan, data statistik jumlah korban jiwa setiap harinya akibat mengkonsumsi narkoba mencapai 41 orang atau 15.000 orang setiap tahunnya.
Penyalahgunaan narkoba terkonsentrasi pada penduduk umur 20-29 tahun yang kebanyakan pria dan berpendidikan tinggi. Sedangkan secara ekonomi kerugian keuangan masyarakat yang dihabiskan untuk membeli mencapai 11,36 triliun rupiah, hampir setengah dari seluruh belanja masyarakat yang mencapai 23,6 triliun rupiah. Dan bila tidak ditangani dengan serius dalam lima tahun kedepan masyarakat akan dirugikan 207 triliun rupiah pertahun, ungkap Kasau. Melihat begitu besar yang ditimbulkannya oleh narkoba, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk melakukan pengawasan dini dan menunjukan kepedulian untuk menghentikan penyalahgunaan narkoba.
Pencegahan penggunaan narkoba bukan semata tugas pemerintah, melainkan kepedulian semua pihak dalam masyarakat secara individu maupun kelompok yang dilakukan terus menerus secara berkesinambungan. Untuk itu ceramah tentang penanggulangan narkoba serta pencegahan virus HIV/AIDS yang dibawakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dilaksanakan guna membekali anggota TNI khususnya TNI Angkatan Udara beserta keluarganya agar selalu waspada dan membentengi diri terhadap pengaruh penggunaan maupun peredaran narkoba dan obat terlarang, jelas Kasau. Kombes Polisi DR. Victor Pujiadi dari BNN menyampaikan secara umum hasil penelitian yang bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) menunjukan jumlah penyalahgunaan narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 39% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki 79% dan perempuan 21%. Kelompok teratur pakai terdiri pengguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42%, obat penenang 22%. Sedangkan kelompok pecandu terdiri pengguna ganja 75%, heroin/putau 62%, shabu 57% ekstasi 34% dan obat penenang 25%. Serta penyalahguna dengan narkoba dengan suntikan (IUD) sebesar 56% ( 572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000.
Dari pembahasan diatas telah kita ketahui bahayanya menggunakan narkoba. Semakin bertambahnya pengguna obat-obatan membuat semakin terpuruknya kondisi Negara di dunia khususnya di Negara kita sendiri. Unsur-unsur masyarakatpun dapat turut berpartisipasi dengan aktif dalam lembaga-lembaga sosial yang telah banyak didirikan. Yang paling penting adalah kita tidak boleh mengacuhkan para korban yang seharunsnya kita dampingi agar tidak lagi terjebak dalam masalah yang sama. Hukumpun harus adil tanpa pandang bulu siapa penggunanya karena apabila kita menginginkan negara yang tumbuh dengan masyarakat yang sejahtera maka kejujuran adalah yang paling penting.
BAB VI
PENUTUP
Alhamdulillah, penulis telah dapat berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Semoga dengan disusunnya tugas ini akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak. terlepas dari pihak-pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada penulis. Dengan penuh harapan penulis mohon saran dan kritik dalam penyusunan tugas ini, agar menjadi suatu pengalaman dalam melakukan penyusunan selanjutnya. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Guru bidang studi Olah Raga Bapak Nana yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan terhadap obat-obatan Terlarang (Narkoba).
Bandung, April 2010
Penulis
Dean Pranata Akhri
Multi Media X.R
MAKALAH
22.06
Pengertian tanaman Obat, Jenis dan Pemanfaatannya
Pengertian Tanaman obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati.
Penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan.
Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit.
Tumbuhan obat merupakan salah satu ramuan paling utama produk-produk obat herbal. Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum diolah. tumbuhan obat adalah: Tanaman atau bagian tumbuhan yang digunakan menjadi bahan obat tradisional atau obat herbal, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan pemula bahan baku obat.
Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut dipakai sebagai obat. Tanaman obat adalah obat tradisional yang terdiri dari tanaman-tanaman yang mempunyai khasiat untuk obat atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Di mana khasiatnya diketahui dari hasil penelitian dan pemakaian oleh masyarakat.
Jenis-jenis Tanaman Obat
Disekeliling tempat tinggal kita banyak tumbuh jenis tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan manusia, karena itu masyarakat bisa mengusahakan sendiri untuk mencoba menanam tanaman tersebut di pekarangan. Contohnya seperti jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman obat-obatan dan tanaman buah-buahan yang bisa secara langsung beguna bagi kehidupan masyarakat itu sendiri.
Ketika membudidayakan berbagai tanaman dalam rangka mewujudkan apotik hidup yang dapat dikembangkan pada lahan-lahan pekarangan rumah atau dalam mengembangkannya pada sebidang tanah yang khusus diperuntukkan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk dikonsumsi, seperti sayur, buah-buahan atautanaman yang berkhasiat obat-obatan, tanaman ini perlu pengelolaan yang baik supaya memberikan hasil yang baik pula, baik itu untuk sendiri ataupun yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai obat-obatan.
Jenis tanaman yang berkhasiat obat antara lain adalah:“gandarusa, daun ungu, kembang coklat, pegagan, tapak dara, pepaya, greges otot, peria, cocor bebek, jarak parak, gedung hitam, kayu Aceh, tebu hitam, iler, kumiskucing, kacar, jambu biji, kayu usin, pandan wangi, lomba, brotoli, serei, ginseng,rimbang, kayu gambir, bangle, rimbang, jerango, temu lawak, kunyit, lempunyang,lengkuas, dan jahe”
Tanaman obat adalah salah satu bahan utama produk-produk jamu, obattradisional yaitu obat yang berdasarkan pengalaman turun-menurun dibuat dari bahanatau paduan bahan-bahan tanaman. menyatakan bahwa:“tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum tercampur atau belum diolahmenyatakan jenistanaman obat adalah:
1 Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan yangdigunakan sebagai jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diektradisi dan ektratanaman tersebutdigunaka sebagai obat.Bagian tanaman yang digunakan oleh masyarakat diramu sebagai obatadalah, seperti daun, bunga, buah, akar dan kulit, sesuai dengan jenis tanaman.Bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu sesuaidengan kebutuhan dan dapat dijadikan sebagai obat tradisional;
Penggunaan tumbuhan obat bagi masyarakat perlu diketahui khasiat danmanfaat dari tumbuhan tersebut, jika tidak maka banyak sekali dijumpai tumbuhanyang berkhasiat obat diabaikan oleh masyarakat atau tidak dimanfaatkan, sehinggakhasiat dari tanaman obat tersebut menjadi rendah dikarenakan masyarakat belummemahami meramu tanaman obat tersebut untuk digunakan sebagai obat penyebut pada bagian-bagian yang sakit.
Manfaat Tanaman Obat
Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas dengan adanyatumbuhan obat. Tanaman obat dapat dibudidayakan berbagai jenis tumbuhan seperti,tumbuhan obat-obatan, tumbuhan hias seperti bunga dan berbagai jenis sayur mayur dan tumbuhan buah-buahan. Bahkan tumbuhan obat-obatan dapat dimanfaatkan menjadiobat kuno bagi komunitas.Meskipun kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat, namun penggunaan tumbuhan menjadi obat kuno olehkomunitas terus meningkat dan perkembangannya terus semakin maju. Hal ini dapat dilihat terpenting dengan semakin banyaknya obat kuno dan jamu-jamu yang beredar di komunitas yang diolah oleh industri-industri. ada beberapa manfaat tumbuhan obat seperti:
1. Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat kuno dalammenunjang kesehatan telah terbukti secara empirik, penggunaannyapunterdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjutusia.
2. Memperbaiki status gizi komunitas. Banyak tumbuhan apotik hidup yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatkan gizi,seperti: kacang, sawo dan belimbing wuluh, sayur-sayuran, buah-buahansehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi.
3. Menghijaukan lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal.
4. Meningkatkan pendapatan komunitas. Penjualan hasil tumbuhanakan menambah penghasilan keluarga.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tumbuhan pekarangan rumah selaindapat digunakan untuk peningkatan gizi keluarga, juga menjadi pelestarian lingkungandan meningkatkan pendapatan komunitas.
Untuk itu pembudidayaan tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan komunitas perlu
dilestarikan dengan baik.Tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah penduduk
memiliki banyak manfaatnya, selain dapat dijadikan menjadi obat kuno yang diramu dan
dibuatmenjadi obat, tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapat
keluarga.
Pengertian Tanaman obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati.
Penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan.
Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit.
Tumbuhan obat merupakan salah satu ramuan paling utama produk-produk obat herbal. Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum diolah. tumbuhan obat adalah: Tanaman atau bagian tumbuhan yang digunakan menjadi bahan obat tradisional atau obat herbal, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan pemula bahan baku obat.
Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut dipakai sebagai obat. Tanaman obat adalah obat tradisional yang terdiri dari tanaman-tanaman yang mempunyai khasiat untuk obat atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Di mana khasiatnya diketahui dari hasil penelitian dan pemakaian oleh masyarakat.
Jenis-jenis Tanaman Obat
Disekeliling tempat tinggal kita banyak tumbuh jenis tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan manusia, karena itu masyarakat bisa mengusahakan sendiri untuk mencoba menanam tanaman tersebut di pekarangan. Contohnya seperti jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman obat-obatan dan tanaman buah-buahan yang bisa secara langsung beguna bagi kehidupan masyarakat itu sendiri.
Ketika membudidayakan berbagai tanaman dalam rangka mewujudkan apotik hidup yang dapat dikembangkan pada lahan-lahan pekarangan rumah atau dalam mengembangkannya pada sebidang tanah yang khusus diperuntukkan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk dikonsumsi, seperti sayur, buah-buahan atautanaman yang berkhasiat obat-obatan, tanaman ini perlu pengelolaan yang baik supaya memberikan hasil yang baik pula, baik itu untuk sendiri ataupun yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai obat-obatan.
Jenis tanaman yang berkhasiat obat antara lain adalah:“gandarusa, daun ungu, kembang coklat, pegagan, tapak dara, pepaya, greges otot, peria, cocor bebek, jarak parak, gedung hitam, kayu Aceh, tebu hitam, iler, kumiskucing, kacar, jambu biji, kayu usin, pandan wangi, lomba, brotoli, serei, ginseng,rimbang, kayu gambir, bangle, rimbang, jerango, temu lawak, kunyit, lempunyang,lengkuas, dan jahe”
Tanaman obat adalah salah satu bahan utama produk-produk jamu, obattradisional yaitu obat yang berdasarkan pengalaman turun-menurun dibuat dari bahanatau paduan bahan-bahan tanaman. menyatakan bahwa:“tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum tercampur atau belum diolahmenyatakan jenistanaman obat adalah:
1 Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan yangdigunakan sebagai jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diektradisi dan ektratanaman tersebutdigunaka sebagai obat.Bagian tanaman yang digunakan oleh masyarakat diramu sebagai obatadalah, seperti daun, bunga, buah, akar dan kulit, sesuai dengan jenis tanaman.Bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu sesuaidengan kebutuhan dan dapat dijadikan sebagai obat tradisional;
Penggunaan tumbuhan obat bagi masyarakat perlu diketahui khasiat danmanfaat dari tumbuhan tersebut, jika tidak maka banyak sekali dijumpai tumbuhanyang berkhasiat obat diabaikan oleh masyarakat atau tidak dimanfaatkan, sehinggakhasiat dari tanaman obat tersebut menjadi rendah dikarenakan masyarakat belummemahami meramu tanaman obat tersebut untuk digunakan sebagai obat penyebut pada bagian-bagian yang sakit.
Manfaat Tanaman Obat
Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas dengan adanyatumbuhan obat. Tanaman obat dapat dibudidayakan berbagai jenis tumbuhan seperti,tumbuhan obat-obatan, tumbuhan hias seperti bunga dan berbagai jenis sayur mayur dan tumbuhan buah-buahan. Bahkan tumbuhan obat-obatan dapat dimanfaatkan menjadiobat kuno bagi komunitas.Meskipun kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat, namun penggunaan tumbuhan menjadi obat kuno olehkomunitas terus meningkat dan perkembangannya terus semakin maju. Hal ini dapat dilihat terpenting dengan semakin banyaknya obat kuno dan jamu-jamu yang beredar di komunitas yang diolah oleh industri-industri. ada beberapa manfaat tumbuhan obat seperti:
1. Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat kuno dalammenunjang kesehatan telah terbukti secara empirik, penggunaannyapunterdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjutusia.
2. Memperbaiki status gizi komunitas. Banyak tumbuhan apotik hidup yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatkan gizi,seperti: kacang, sawo dan belimbing wuluh, sayur-sayuran, buah-buahansehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi.
3. Menghijaukan lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal.
4. Meningkatkan pendapatan komunitas. Penjualan hasil tumbuhanakan menambah penghasilan keluarga.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tumbuhan pekarangan rumah selaindapat digunakan untuk peningkatan gizi keluarga, juga menjadi pelestarian lingkungandan meningkatkan pendapatan komunitas.
Untuk itu pembudidayaan tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan komunitas perlu
dilestarikan dengan baik.Tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah penduduk
memiliki banyak manfaatnya, selain dapat dijadikan menjadi obat kuno yang diramu dan
dibuatmenjadi obat, tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapat
keluarga.
22.05
Pengertian tanaman Obat, Jenis dan Pemanfaatannya
Pengertian Tanaman obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati.
Penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan.
Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit.
Tumbuhan obat merupakan salah satu ramuan paling utama produk-produk obat herbal. Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum diolah. tumbuhan obat adalah: Tanaman atau bagian tumbuhan yang digunakan menjadi bahan obat tradisional atau obat herbal, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan pemula bahan baku obat.
Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut dipakai sebagai obat. Tanaman obat adalah obat tradisional yang terdiri dari tanaman-tanaman yang mempunyai khasiat untuk obat atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Di mana khasiatnya diketahui dari hasil penelitian dan pemakaian oleh masyarakat.
Jenis-jenis Tanaman Obat
Disekeliling tempat tinggal kita banyak tumbuh jenis tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan manusia, karena itu masyarakat bisa mengusahakan sendiri untuk mencoba menanam tanaman tersebut di pekarangan. Contohnya seperti jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman obat-obatan dan tanaman buah-buahan yang bisa secara langsung beguna bagi kehidupan masyarakat itu sendiri.
Ketika membudidayakan berbagai tanaman dalam rangka mewujudkan apotik hidup yang dapat dikembangkan pada lahan-lahan pekarangan rumah atau dalam mengembangkannya pada sebidang tanah yang khusus diperuntukkan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk dikonsumsi, seperti sayur, buah-buahan atautanaman yang berkhasiat obat-obatan, tanaman ini perlu pengelolaan yang baik supaya memberikan hasil yang baik pula, baik itu untuk sendiri ataupun yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai obat-obatan.
Jenis tanaman yang berkhasiat obat antara lain adalah:“gandarusa, daun ungu, kembang coklat, pegagan, tapak dara, pepaya, greges otot, peria, cocor bebek, jarak parak, gedung hitam, kayu Aceh, tebu hitam, iler, kumiskucing, kacar, jambu biji, kayu usin, pandan wangi, lomba, brotoli, serei, ginseng,rimbang, kayu gambir, bangle, rimbang, jerango, temu lawak, kunyit, lempunyang,lengkuas, dan jahe”
Tanaman obat adalah salah satu bahan utama produk-produk jamu, obattradisional yaitu obat yang berdasarkan pengalaman turun-menurun dibuat dari bahanatau paduan bahan-bahan tanaman. menyatakan bahwa:“tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum tercampur atau belum diolahmenyatakan jenistanaman obat adalah:
1 Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan yangdigunakan sebagai jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diektradisi dan ektratanaman tersebutdigunaka sebagai obat.Bagian tanaman yang digunakan oleh masyarakat diramu sebagai obatadalah, seperti daun, bunga, buah, akar dan kulit, sesuai dengan jenis tanaman.Bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu sesuaidengan kebutuhan dan dapat dijadikan sebagai obat tradisional;
Penggunaan tumbuhan obat bagi masyarakat perlu diketahui khasiat danmanfaat dari tumbuhan tersebut, jika tidak maka banyak sekali dijumpai tumbuhanyang berkhasiat obat diabaikan oleh masyarakat atau tidak dimanfaatkan, sehinggakhasiat dari tanaman obat tersebut menjadi rendah dikarenakan masyarakat belummemahami meramu tanaman obat tersebut untuk digunakan sebagai obat penyebut pada bagian-bagian yang sakit.
Manfaat Tanaman Obat
Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas dengan adanyatumbuhan obat. Tanaman obat dapat dibudidayakan berbagai jenis tumbuhan seperti,tumbuhan obat-obatan, tumbuhan hias seperti bunga dan berbagai jenis sayur mayur dan tumbuhan buah-buahan. Bahkan tumbuhan obat-obatan dapat dimanfaatkan menjadiobat kuno bagi komunitas.Meskipun kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat, namun penggunaan tumbuhan menjadi obat kuno olehkomunitas terus meningkat dan perkembangannya terus semakin maju. Hal ini dapat dilihat terpenting dengan semakin banyaknya obat kuno dan jamu-jamu yang beredar di komunitas yang diolah oleh industri-industri. ada beberapa manfaat tumbuhan obat seperti:
1. Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat kuno dalammenunjang kesehatan telah terbukti secara empirik, penggunaannyapunterdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjutusia.
2. Memperbaiki status gizi komunitas. Banyak tumbuhan apotik hidup yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatkan gizi,seperti: kacang, sawo dan belimbing wuluh, sayur-sayuran, buah-buahansehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi.
3. Menghijaukan lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal.
4. Meningkatkan pendapatan komunitas. Penjualan hasil tumbuhanakan menambah penghasilan keluarga.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tumbuhan pekarangan rumah selaindapat digunakan untuk peningkatan gizi keluarga, juga menjadi pelestarian lingkungandan meningkatkan pendapatan komunitas.
Untuk itu pembudidayaan tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan komunitas perlu
dilestarikan dengan baik.Tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah penduduk
memiliki banyak manfaatnya, selain dapat dijadikan menjadi obat kuno yang diramu dan
dibuatmenjadi obat, tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapat
keluarga.
Pengertian Tanaman obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati.
Penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan.
Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit.
Tumbuhan obat merupakan salah satu ramuan paling utama produk-produk obat herbal. Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum diolah. tumbuhan obat adalah: Tanaman atau bagian tumbuhan yang digunakan menjadi bahan obat tradisional atau obat herbal, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan pemula bahan baku obat.
Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut dipakai sebagai obat. Tanaman obat adalah obat tradisional yang terdiri dari tanaman-tanaman yang mempunyai khasiat untuk obat atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Di mana khasiatnya diketahui dari hasil penelitian dan pemakaian oleh masyarakat.
Jenis-jenis Tanaman Obat
Disekeliling tempat tinggal kita banyak tumbuh jenis tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan manusia, karena itu masyarakat bisa mengusahakan sendiri untuk mencoba menanam tanaman tersebut di pekarangan. Contohnya seperti jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman obat-obatan dan tanaman buah-buahan yang bisa secara langsung beguna bagi kehidupan masyarakat itu sendiri.
Ketika membudidayakan berbagai tanaman dalam rangka mewujudkan apotik hidup yang dapat dikembangkan pada lahan-lahan pekarangan rumah atau dalam mengembangkannya pada sebidang tanah yang khusus diperuntukkan tanaman-tanaman yang dapat digunakan untuk dikonsumsi, seperti sayur, buah-buahan atautanaman yang berkhasiat obat-obatan, tanaman ini perlu pengelolaan yang baik supaya memberikan hasil yang baik pula, baik itu untuk sendiri ataupun yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai obat-obatan.
Jenis tanaman yang berkhasiat obat antara lain adalah:“gandarusa, daun ungu, kembang coklat, pegagan, tapak dara, pepaya, greges otot, peria, cocor bebek, jarak parak, gedung hitam, kayu Aceh, tebu hitam, iler, kumiskucing, kacar, jambu biji, kayu usin, pandan wangi, lomba, brotoli, serei, ginseng,rimbang, kayu gambir, bangle, rimbang, jerango, temu lawak, kunyit, lempunyang,lengkuas, dan jahe”
Tanaman obat adalah salah satu bahan utama produk-produk jamu, obattradisional yaitu obat yang berdasarkan pengalaman turun-menurun dibuat dari bahanatau paduan bahan-bahan tanaman. menyatakan bahwa:“tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum tercampur atau belum diolahmenyatakan jenistanaman obat adalah:
1 Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan yangdigunakan sebagai jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diektradisi dan ektratanaman tersebutdigunaka sebagai obat.Bagian tanaman yang digunakan oleh masyarakat diramu sebagai obatadalah, seperti daun, bunga, buah, akar dan kulit, sesuai dengan jenis tanaman.Bagian-bagian tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu sesuaidengan kebutuhan dan dapat dijadikan sebagai obat tradisional;
Penggunaan tumbuhan obat bagi masyarakat perlu diketahui khasiat danmanfaat dari tumbuhan tersebut, jika tidak maka banyak sekali dijumpai tumbuhanyang berkhasiat obat diabaikan oleh masyarakat atau tidak dimanfaatkan, sehinggakhasiat dari tanaman obat tersebut menjadi rendah dikarenakan masyarakat belummemahami meramu tanaman obat tersebut untuk digunakan sebagai obat penyebut pada bagian-bagian yang sakit.
Manfaat Tanaman Obat
Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas dengan adanyatumbuhan obat. Tanaman obat dapat dibudidayakan berbagai jenis tumbuhan seperti,tumbuhan obat-obatan, tumbuhan hias seperti bunga dan berbagai jenis sayur mayur dan tumbuhan buah-buahan. Bahkan tumbuhan obat-obatan dapat dimanfaatkan menjadiobat kuno bagi komunitas.Meskipun kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat, namun penggunaan tumbuhan menjadi obat kuno olehkomunitas terus meningkat dan perkembangannya terus semakin maju. Hal ini dapat dilihat terpenting dengan semakin banyaknya obat kuno dan jamu-jamu yang beredar di komunitas yang diolah oleh industri-industri. ada beberapa manfaat tumbuhan obat seperti:
1. Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat kuno dalammenunjang kesehatan telah terbukti secara empirik, penggunaannyapunterdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjutusia.
2. Memperbaiki status gizi komunitas. Banyak tumbuhan apotik hidup yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatkan gizi,seperti: kacang, sawo dan belimbing wuluh, sayur-sayuran, buah-buahansehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi.
3. Menghijaukan lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal.
4. Meningkatkan pendapatan komunitas. Penjualan hasil tumbuhanakan menambah penghasilan keluarga.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tumbuhan pekarangan rumah selaindapat digunakan untuk peningkatan gizi keluarga, juga menjadi pelestarian lingkungandan meningkatkan pendapatan komunitas.
Untuk itu pembudidayaan tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan komunitas perlu
dilestarikan dengan baik.Tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah penduduk
memiliki banyak manfaatnya, selain dapat dijadikan menjadi obat kuno yang diramu dan
dibuatmenjadi obat, tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menambah pendapat
keluarga.
makalah pencegahan HIV dan AIDS
21.55
BAB I
PENDAHULUAN
Terjadi atau tidak terjadi perilaku seks pranikah sangat tergantung pada wawasan mereka tentang perilaku tersebut. Remaja mampu mempunyai wawasan dan berkepribadian yang mantap sangan dipengaruhi oleh pola asuh atau cara pendidikan yang diterapkan dalam keluarga. Anak yang dididik dengan cara yang baik akan melahirkan remaja dengan moral yang baik pula.
Bagi seorang individu moral merupakan landasan dalam perilaku. Tinggi rendahnya orientasi moral seseorang berpengaruh terhadap perilakunya, termasuk perilaku seksnya. Berperilaku seks yang tidak sesuai dengan moral akan menimbulkan perasaan bersalah pada diri si pelaku.
Di samping itu, meningkatnya kasus perilaku reproduksi di kalangan remaja, karena mereka tidak mengerti kalau perilaku tersebut merupakan perilaku yang melanggar norma adat. Hal ini terjadi karena sosialisasi tentang norma dengan maslah perilaku reproduksi sangant kurang. Kecenderungan seperti ini banyak ditemukan di daerah perkotaan. Keadaan tersebut adalah salah satu faktor yang mungkin menyebabkan remaja mempunyai kesempatan untuk melakukan hubungan seks pranikah di rumah mereka sendiri. Peranan anggota keluarga lain seperti paman, bibi, kakek, nenek, saudara sepupu dan sebagainya dalam suatu keluarga, tidak hanyadapat menjadi tempat mengadu bagi anak-anak bermasalah, tetapi juga dapat menjadi pengawas dalam suatu keluarga. Keberadaan mereka dapat mengontrol perilaku remaja. Dengan kata lain remaja yang tinggal dalam keluarga batih mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk melakukan hubungan seks pranikah, terlebih bila kedua orang tuanya berkerja.
Ketika teknologi di bidang komunikasi dan informasi berkembang sarana hiburan film, baik yang ditonton di bioskop maupun yang ditayangkan televisi disinyalir sebagai salah satu faktor yang mendorong perilaku reproduksi tidak sehat di kalangan remaja, selain gambar dan film porno. tempat hiburan ( diskotik, karaoke, bar, pub, dan cafe). Pusat pertokoan seperti Matahari dan McDonal di Kuta merupakan alternatif baru yang dipilih ABG ( remaja ) sebagai tempat “nongkrong”. Selain itu pusat pertokoan juga merupakan tempat yang menjadi pilihan remaja untuk berkumpul, mencari kemungkinan mendapatkan pasangan, tempat berjanji bertemu pasangan, atau kemungkinan untuk melakukan transaksi seks.
BAB II
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT KELAMIN
Badan kesehatan sedunia atau WHO berpendapat bahwa penularan AIDS hanya dapat dicegah bila semua negara didunia ikut serta secara aktif melakukan pencegahan dan pemberantasan terhadap AIDS. Pada tanggal 1 Pebruari 1987 dibentuk suatu wadah dengan nama SPA atau special programme on AIDS, yang kemudian diubah namanya menjadi GPA atau Global programme on AIDS, yang artinya suatu program mencakup semua negara didunia. Wadah ini disahkan berdirinya oleh sidang WHA ( World Health Assembly ) ke-40 pada bulan Mei 1987 dan disahkan pula oleh sidang UNGA
( United Nation General Assembly ) ke-42 pada bulan Oktober 1987 di Jenewa ( Swiss ).
A. Ada beberapa dasar pertimbangan pembentukan wadah ini, adalah :
1. AIDS Telah menjadi masalah Internasional, penyebaranya telah menyeluruh ( pandemi ), dan telah dianggap sebagai kedaruratan seluruh dunia ( atau “ Worlwide global emergency” ).
2. Pandemi ini dapat dihentikan dan penularanya dapat dicegah, walapun obat maupun vaksin antinya sampai saat ini belum ditemukan.
3. Penyuluhan kesehatan kepada petugas kesehatan maupun masyarakat umum, dan golongan resiko tinggi, masih merupakan upaya penting dalam pencegahan dan pemberantasan AIDS.
4. Pencegahan dan pemberantasan AIDS memerlukan upaya dan keterlibatan (“Commitment” ) jangka panjang dan berkesinambungan.
5. Pencegahan dan pemberantasan AIDS perlu diintegrasikan melalui primary Health Care
(Pelayanan kesehatan tingkat awal) dalam sistem pelayanan kesehatan yang ada (baik Puskesmas, poliklinik, pos kesehatan, unit pelayanan kesehatan terdepan).
B. Tujuan dari progran ini adalah :
1.Mencegah penularan HIV
2.Pemberian nasehat ( Counseling ) kepada mereka penghidap HIV.
3.Mempersatukan upaya nasional dan internasional dalam pencegahan dan pemberantasan AIDS.
C. Komponen utama GPA ( = Global Programme on AIDS ) adalah :
1. bantuan teknis dan keuangan program nasional pencegahan dan pemberantasan AIDS.
2. Kerjasama dan pertukaran informasi mengenai IADS di bawa koordinasi dan pimpinan GPA Internasional.
D. Beberapa pandangan (Perspektif) megenai masalah AIDS :
1. Besar masalah sebenarnya belum pesti. (Jumlah penderita maupun angka kematian AIDS).
2. Penularan HIV di masyarakat akan terus berlangsung dan tak dapat dielakkan.
3. Dimensi akhir akibat AIDS Belum diketahui
4. Diperkirakan dalam 5 Tahun mendatang, obat atau vaksin anti AIDS belum diketemukan.
5. Tidak ada satu negara didunia ini yang bebas dari AIDS atau infeksi HIV, hanya khususnya tidak dilaporkan.
BAB III.
GAMBAR KLINIK AIDS
1. Tumor.
Dapat berupa sarkoma kaposi pada AIDS yang sifatnya :
Multipel, progresif, dapat terjadi pada semua bagian kulit dan organ tubuh, pendarahan paru-paru, dan pendarahan dalam perut ( Intra abdoninal ). Penyebabnya belum jelas, prognese ditentukan oleh penyakit dasar, dan dijumpai pada : 36-50 % kasus AIDS kelompok homoseksual. Jarang dijumpai pada heteroseksual. 4,3 % pada penyalah-guna narkotika suntik. 0-2 % pada hemofilia, atau penerima transfusi darah. Dapat pula berupa limpoma ganas. Sering sesudah sarkoma kaposi. Terdapat pada susunan saraf pusat (otak), sumsum tulang, saluran pencernaan, pelepasan (rectum), jaringan kulit dan selaput lendir,dan pada stasium lanjut, ada : demam, riwayat infeksi dan penyularan berat badan (disebut “B symptoms”). Prognosis kurang baik, walaupun sembuh dengan khemoterapi tinggi, kambuh lagi sesudah 1 tahun.
2. Infeksi oportunistik ( Kesempatan mendapat infeksi ).
a. Manifestasi pada paru-paru dapat berupa infeksi oportunistik, infiksi bukan oportunistik maupun bukan infeksi. 50 % berupa gejala pertama.
Manisfestasi paru-paru ini dapat berupa “ pneumonia “ ( dikenal sebagai paru-paru basah ), PCP = Pneumonia Pneumocystis carinii denagn gejala klinis :
• Sesak nafas sejak lama atau langsung berat, batuk kering, tidak dapat menarik nafas dalam, demam ( tidak tinggi ), 70 % sembuh pada pengobatan pertama, kekambuhan 20 % ; harapan hidup 9 bulan sampai 1 tahun, jarang sampai 2 tahun.
• Dapat pula berupa Cytomegalo Virus ( CMV ), yang hidup diparu-paru secara komensil ( 50 % ) dengan gejala sesak nafas, batuk, biasanya bersama dengan PCP.
• Atau dapat berupa Mycobacteria ( infeksi jamur ) yang sulit di sembuhkan, biasanya muncul pada stadium akhir.
b. Pada saluran pencernahan dan hati ( ;iver ), dengan gejala tidak enak diulu hati dan tidak ada nafsu makan. Dapat pula gejala tidak enak dimulut dan kerongkongan, tidak mau makan, sukar menelan dan rasa nyeri diulu hati. Gejala lain diare ( sering buang air besar, mencret ), gangguan penyerapan makanan dalam usus, pengurangan berat badan, karena diare yang terus-menerus, bertahan, kolik perut ( mulas ), tinja lembek sampai encer, hingga kekurangan cairan.
3. Manifistasi pada saraf, denga infiksi HIV :
10 % manifestasi saraf ; 75 % ada penyakit saraf. Dapat berupa encefalitis ( infeksi otak ), miningitis ( infeksi selaput otak ), infeksi selaput jala mata ( retinitis ), dan gangguan saraf tepi ( neoropati perifer ).
Gejala encepalitisnya dapat berupa :
Kebingugan, lupa ( amnesia ), lamban berpikir, hilang kemampuan konsentrasi, letih, tidak ada nafsu seksual, hilang keseimbangan badan, tungkai lemah, ataxia ( gerakan anggota tubuh tidak terarah ) tulisan kacau, peninggian refleks-refleks ( hyperreflexia ). Gejala mental, antara lain : marah-marah, suka gaduh, respon berbicara lambat, lupa (
©2004 Digitized by USU digital library 3 kejadian baru ), berlanjut dengan demensia ( bodoh ), berlanjut tergeletak, dan besar ( incontinentia urinae ).
Gejala encefalitisnya dapat berupa :
Kebigungan, lupa ( amnesia ), lamban berfikir hilang kemampuan konsentrasi, litih, tidak nafsu seksual hilang, keseimbangan badan, tungkai lemah, ataxia ( gerakan anggota tubuh tidak berarah ), tulisan kacau, peninggian refleks-refleks ( hyperreflexia ). Gejala mental, antara lain : marah-marah, suka gaduh, respons berbicara lambat, lupa ( kejadian baru ), berlanjut dengan dimensia ( bodoh ), berlanjut tergeletak, dan beser ( incontinentia urinae ). Gejala meningitisnya berupa keletihan, deman, berat badan menurun, sakit kepala, mau muntah, kaku kuduk, dan fotofobia ( tidak tahan melihat cahaya ). Infeksi toxoplasma, jamur, TBC, tomor lain, dengan gejala klinik letih dan bingung, kejang, lumpuh sebagai tubuh, sampai ataxia, disfungsi batang otak dll. 4. Retinitis ( infeksi selaput jala mata = retina ). Gejala klinis dapat berupa : penyempitan lapangan pandang, kabur, nyeri dalam mata, perdarahan dala mata, bisa sampai buta.
BAB IV .
CARA PENULARAN AIDS ( TRANSMISI ).
Untuk penularan diperlukan antara lain :
1. sumber penyakit.
2. alsat embawa agent penyakit (“ vehikulum” ).
3. host ( tuan rumah ) yang rentan.
4. adanya jalan keluar.
5. adanya jaln masuk (“ port d’entrée” ).
Yang diketahui sampai saat ini sebangai sember penyakit AIDS adalah virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus ). Sebagai pembawa penyakit ( vehikulum ) diketahui adalah : berbagai cairan tubuh, seperti sperma, cairan alat kelamin wanita ( vagina dan cerviks ), dan darah. Selain itu, HIV dapat dijumpai pada penderita yang mengandung HIV dari air susu ibu, air mata, air liur, air ludah, tapi tidak terbukti dapat menularkan.
A 1. Transmisi suksual
1. cara hubungan suksual ano-genital merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi penularan HIV. Karena mukosa rectum dan anus ( pelapisan ) yang sangat tipis dan mudah luka dan mendapat infeksi HIV.
2. Cara hubungan oro-ginital merupakan resiko tingkat kedua sesedah ano-genital. ( terrmasuk menelan sperma dari mitra seks pengidap HIV ).
3. Tingkat resiko ketiga adalah hubungan genito-genital ( hetero suksual ). Hasil sebuah penelitian membuktikan bahwa resiko penularan suami pengidap HIV kepada istrinya adalah 22 % dan dari isteri pengidap HIV kepada suaminya adalah 8 %.
A 2. Transmisi non- seksual
1. Transmisi perenteral, penggunaan alat suntik atau alat tusuk lainya yang sudah tertular dengan virus HIV. Contoh paling populer adalah : para penyalah guna narkotika dengan suntik, terutama dinegara maju, di Asia terkenal di Thailand.
Selain itu juga penggunaan alat suntik oleh para medis untuk banyak orang, atau diperguanakan berkali-kali dan sudah tertular virus HIV. Juga pada penggunaan alat tindik, baik daun teliga, hidung maupun di tempat lain, sedang alatnya sudah tertular virus HIV Resiko tertular dengan alat tusuk seperti ini, sekitar 1 %. Dari data CDC-NIH ( Centers for Disease Control and National Institute for Health ) Amerika Serikat, dari sejumlah 973 orang yang tertusuk dengan jarum suntik yang sudah tertular dengan virus HIV, hanya 4 orang yang tertular dengan virus HIV.
2. Hal yang lain perlu diperhatikan adalah tertular dari darah transfusi, dari donor yang sudah tertular virus HIV. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, diman prevalensi HIV sedemikian tingginya, setiap donor darah sudah harus diskrin bebas virus HIV. Di Indonesia hal ini masih belum diperlulakan, karena relevansi HIV masih rendah. Resiko tertular infeksi HIV melalui transfusi darah adalah lebih dari 90 %.
3. Resiko transplasental, dari ibu hamil kepada anaknya 50 %.
A 3 . Transmisi yang belum terbukti.
Antara lain : walapun HIV telah dapat diisolasikan dari air susu ibu, namun belum terbukti penularanya. Dari air liur ( ludah), dapat diisolasi virus HIV, kemungkinan infeksi terjadi kalau saat berciuman dengan pengidap HIV, luka dibibir atau mukosa mulut.
Transmisi lain ynag belum terbukti adalah :
Transmisi lewat air mata, lewat air seni ( urine ), maupun transmisi sosial , seperti serumah, satu kelas disekolah dll. Transmisi melalui serangga penggigit manusia, antara lain nyamuk, kutui busuk, tidak terbukti.
Walaupun cara-cara yang disebutkan tadi belum terbukti merupakan transmisi infeksi virus HIV, namun dianjurkan agar :
1. Ibu pengidap HIV agar tidak menyusukan anaknya.
2. Mengurangi kontraminasi dengan saliva ( air liur, ludah), baik sewaktu “ resusitasi”
( merangsang jantung sewaktu serangan mogok jantung ), atau dikala berciuman ( sebainya jangan berciuman mulut-mulut dengan pengidap HIV ), dan juga hati-hati pada penderita sakit jiwa yang pengidap HIV yang suka menggigit ( anak penderita sakit jiwa ).
3. untuk dokter ahli mata harus berhati-hati terhadap air mata pasien pengidap HIV.
BAB V.
ASPEK KEJIWAAN PENDERITA AIDS.
Begitu seseorang mengakui ia menderita AIDS ( atas pemberitahuan dokter ), penderita mengalami scock. Bisa putus asa ( karena shock berat ). Penderita mengalami “ depressi berat “. Dengan berkembangnya penyakit, makin lama makin berat, timbul berbagai infeksi opotunistik, penderita makin tersiksa. Biaya pengobatan tambah besar, macam penyakit tambah banyak, obat yang di beri harus tambah banyak dan tambah keras, dengan berbagai efek samping, ysng memperparah keadaan penderita. Masyarakat sekitar turut pula memperburuk keadaan kejiwaan penderita, dengan segala macam isu dan ejekan yang dilontarkan.
Adanya rasa takut pada AIDS.
Orang yang melakukan kegiatan yang dinyatakan sebagai resiko tinggi tertular AIDS, sepertii para homoseksual, atau mereka yang suka gonta-ganti pasangan seksualnya, maupun yang propesinya denagn aktivitas seksual dan termasuk resiko tinggi, tentu saja sesudah mendengar informasi tentang AIDS jadi takut..
Orang yang takut ini, menjadi panik, gelisah, susah tidur, merasa sudah tertular AIDS, akibatnya tidak dapat bekerja, lemah, dan menjadi sakit karena dinyatakannya sendiri ia sakit. Padahall sebenarnya ia belum tertular AIDS. Hal seperti ini disebut : “ PSEUDO AIDS “ atau “ AIDO PHOBIA “. Gejala-gejalanya menyerupai AIDS pada fase ringan. Orang ini kawatir dirinya menderita AIDS, malahan percaya bahwa dirinya sudah menderita AIDS, karena apa yang didengarnya tentang gejala AIDS, dirasakanya ada pada dirinya. Oleh sebab itu, yang penting adalah menjauhi semua kegiatan yang tidak normal, berlaku wajar, dan kalua memeng merasa telah tertular, sebaiknya memeriksakan diri kepada dokter untuk menyakinkan diri sendiri.
Demikian makalah ini, untuk mempertinggi kewaspadaan kita terhadap AIDS. Semoga setelah mendapat informasi tentang AIDS ini, kita lebih meningkatkan kewaspadaan, lebih terbuka, tetapi tidak menjadi menderita “ PSEUDO AIDS “ atau “ AIDO PHOBIA “
DAFTAR KEPUSTAKAAN
BING WIBISONO, Epidemiologi AIDS. Subdirektorat Pemberantasan Penyakit Kelamin / Frambusia, Direktorat Jenderal PPM & PLP Depertemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989.
IDA BAGUS MANTRA, Kebijaksanaan Penyuluhan Kesehatan Dalam Program Aids Di Indonesia. Pusat Penyuluhan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta , 1989.
NAEK L. TOBING, Pendekatan Kejiwaan terhadap Penderita AIDS. Subdirektorat Rehabilitasi Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depertemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989.
NYOMAN SUESEN, GPA ( Global Programme on AIDS ) dalam kaitanya dengan program nasional pencegahan dan pemberantasan AIDS.
BAB VI
PENUTUP
Alhamdulillah, penulis telah dapat berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Semoga dengan disusunnya tugas ini akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak. terlepas dari pihak-pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada penulis.
Dengan penuh harapan penulis mohon saran dan kritik dalam penyusunan tugas ini, agar menjadi suatu pengalaman dalam melakukan penyusunan selanjutnya. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Guru bidang studi Olah Raga Bapak Nana yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan terhadap. Dampak Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang (Narkoba) terhadap : Penyakit Hubungan Kelamin.
Bandung, April 2010
Penulis
Dean Pranata Akhri
Multi Media X.R
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya.
Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya. Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.
Pelayanan publik dewasa ini telah menjadi isu yang semakin strategis, karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan kinerja birokrasi akan bisa memperbaiki iklim ekonomi yang amat diperlukan oleh bangsa Indonesia untuk bisa keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia yang sering mendapat sorotan dari masyarakat menjadi faktor penentu yang penting dari penurunan minat investasi. Dalam kehidupan politik, perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik akan mempunyai implikasi luas, terutama dalam tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kurang baiknya kinerja birokrasi menjadi salah satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dengan adanya perbaikan kinerja pelayanan publik diharapkan mampu memperbaiki kembali citra pemerintah di mata masyarakat, karena dengan kualitas pelayanan yang semakin baik, kepuasan dan kepercayaan masyarakat bisa dibangun kembali sehingga pemerintah bisa meningkatkan legitimasi yang lebih kuat di mata publik.
Kondisi pelayanan yang dilaksanakan pemerintah dalam berbagai jenis pelayanan masih dianggap belum sesuai harapan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari adanya berbagai pengaduan maupun keluhan, baik yang disampaikan langsung kepada institusi unit pelayanan maupun melalui media cetak ataupun elektronika. Di sisi lain, masyarakat sendiripun belum memberikan kontrol yang efektif untuk mendorong peningkatan pelayanan publik. Oleh sebab itu, untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, upaya-upaya peningkatan pelayanan publik terus ditingkatkan melalui berbagai pembenahan yang menyeluruh baik dari aspek kelembagaan, kepegawaian, tatalaksana dan akuntabilitas. Diharapkan, hal ini dapat menghasilkan pelayanan yang prima yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah, aman, berkeadilan dan akuntabel.
2. Tujuan
1. Mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan selamat;
2. Mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif;
3. Mewujudkan laboratorium yang berkualitas dan terpercaya;
4. Mewujudkan sistem informasi hiperkes dan keselamatan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Hygene Industrial
Industrial Hygiene adalah ilmu tentang antisipasi, mengenal, mengevaluasi serta mengontrol kondisi lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi tenaga kerja [menyebabkan sakit, gangguan kesehatan atau ketidaknyamanan pada pekerja
Yang dapat dilakukan oleh seorang Industrial Hygienist adalah menerapkan ilmu Medical Scientist, Detective, dan Engineer. Pengetahuan yang luas mengenai ilmu kesehatan sangat membantu seorang Industrial Hygienist dalam memandang permasalahan di tempat kerja.
Seorang Industrial hygienist adalah detektif, sebab kita diharuskan mengetahui informasi lebih mengenai bahaya-bahaya di dalam tempat kerja. Monitor lingkungan kerja dan menganalisa metodenya yang nanti digunakan untuk menganalisa dampaknya terhadap pekerja yang terpapar.
Analisa bahaya di tempat kerja merupakan tahap pertama terpenting dari seorang Industrial Hygienist untuk mengetahui potensi bahaya di tempat kerja terhadap pekerja. Pengenalan lapangan kerja yang merupakan daerah tanggung jawab Kita harus dikontrol setiap waktu, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi di area kerja dapat termonitor setiap saat.
Dalam memonitor lingkungan kerja, selain lingkungan fisik, perlu juga dilakukan monitoring terhadap para pekerja dengan melakukan interview untuk menanyakan apakah ada isu-isu kesehatan yang terjadi di areanya. Sebelumnya kita harus memberikan informasi kedatangan Kita kepada Foreman atau Supervisor yang berwenang di area tersebut. Sehingga apabila ditemukan hal-hal yang substandard bisa dilakukan klarifikasinya kepada mereka. Ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan informasi antara kondisi lapangan dengan keterangan dari mereka.
2. Selama proses menganalisa seorang Industrial Hygienist melakukan:
1. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi, permasalahan-permasalahan kerja serta resikonya. Menganalisa kondisi-kondisi yang dapat diukur untuk mencari permasalan yang timbul.
2. Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan sampling yang dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di tempat kerja.
3. Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber bahaya kimia dan fisika dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan melakukan pengukuran.
4. Membandingkan hasil sampling dengan standart atau petunjuk yang relevan untuk menentukkan apakah pengontrolan khusus diperlukan.]
3 . Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
1. Engineering kontrol.
1. Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
2. Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya.
3. Work proses ditempatkan terpisah.
4. Menempatan ventilasi local/umum.
2. Administrasi kontrol.
1. Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya.
3. Praktek kerja.
1. Mengikuti prosedur yang sesuai untuk meminimalisasi pemaparan ketika pengoperasian.
2. Inspeksi secara reguler dan perawatan peralatan.
4. APD
1. Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
4.Peran Tenaga Kesehatan Dalam Perusahaan
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan banyak buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara maju. Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kitapun harus mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk menghadapi persaingan global.
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan menjadi pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi. Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit pekerja dapat diperbaiki kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama berdirinya rumah sakit tersebut harus kita kritisi bersama.
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.
Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja; kewajiban manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun 2000 tentang ketenagakerjaan, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pada dekade belakangan ini perkembangan dunia industri berjalan dengan pesat, demikian juga tuntutan terhadap kualifikasi pekerjaannya serta pelayanan kesehatan pada kelompok pekerja di industri. Konsep pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja juga mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan dunia industri. Perusahaan adalah tempat bertemunya dua pihak yang berkepentingan. Di satu pihak owner mengusahakan keuntungan dan efisiensi sebesar mungkin, di lain pihak tenaga kerja memperjuangkan kesejahteraan termasuk kesehatan dan keluarga mereka. Di Indonesia, pemerintah membantu kelompok kedua dengan memberlakukan peraturan dan perundangan. Undang-undang yang memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Permenaker No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Atas dasar inilah maka peran tenaga kesehatan kerja sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk melaksanakan Undang-undang tersebut di atas.
Tenaga Kesehatan yang bekerja di perusahaan merupakan Ahli Kesehatan Kerja (occuptional health specialist) yang bekerja dalam komunitas pekerja dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan tempat kerja dan berfokus pada keselamatan kerja, serta menggunakan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian efek yang merugikan selama interaksi pekerja dengan tempat kerja.
Tenaga kesehatan yang bekerja di perusahaan selain harus mahir dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit-penyakit akibat kerja, mengetahui cara-cara pencegahan, diagnosis dini dan usaha-usaha lain dalam memberantas penyakit akibat kerja, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hubungan kerja yang kurang baik, berkurangnya gairah kerja, serta hal-hal lain, ia juga harus mempunyai etika tenaga kesehatan dalam tugas mereka.
Etika Ahli Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli Kesehatan Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan masyarakat pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau dari segi norma-norma/ nilai-nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka absensi, menurunnya angka produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja, hukum, agama dan masyarakat luas.
Sebagai pemberi pelayanan yang berhubungan dengan bidang kesehatan dan keselamatan kerja maka mudah dipahami bahwa seseorang Ahli Kesehatan Kerja memerlukan etika tenaga kesehatan karena harus bekerja sama dengan bidang-bidang lain yaitu misalnya dokter, ahli higine perusahaan, ergonomi, psikolog, ahli gizi dan yang paling penting adalah tenaga kerja.
Fungsi seorang Ahli Kesehatan Kerja di perusahaan sebenarnya sangat bergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup upaya kesejahteraan dan keselamatan kerja. Posisi Ahli Kesehatan Kerja kesehatan kerja disini unik dan merupakan posisi Ahli Kesehatan Kerja seringkali lebih dekat dan lebih akrab dengan pekerja-pekerja dibandingkan dengan pihak manajemen perusahaan,
Etika tenaga kesehatan kerja yang didalamnya dikuti adanya kesadaran akan pilihan dari pihak manajemen, pihak tenaga kerja, dan dari masyarakat sekitar perusahaan.
Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :
1. Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
1. Jaringan elektrik dan komunikasi.
2. Kualitas udara.
3. Kualitas pencahayaan.
4. Kebisingan.
5. Pemeliharaan.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting yakni indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain mengenai penggunaan komputer.
Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi factor fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam melaksanakanpekerjaannya.(2) Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal mengevaluasi dalam mengendalikan semua factor-faktor dan stress lingkungan ditempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteran, kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat
Mencegah timbulannya kecerdasan dan penyakit akibat kerja melalui usaha-kungan usaha pengenalan (recognition), penilaian (evaluasi), dan pengendalian (contol) bahaya lingkungan kerja atau accupational health hazards
Menciptakan kondisi tempat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman, memberikan keuntungan baik kepada perusahan maupun kepada karyawan, guna meningkatkan derajat kesehatan, moral dan produktivitas kerja karyawan.
1. Saran – saran
1. Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat poster/leaflet.’
2. Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja.
3. Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
4. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur. Sejarah dan Hari Depan Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja in : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung. Jakarta. 1996. p:22-25.
Thalib, D. Higene Perusahaan-Industrial Hygiene in: Kebijakan Keseamatan dan Kesehatan Kerja Pertamina. Jakarta. p:1-21.
Buraena, S. Program Kesehatan Lingkungan in: Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. 2004. p:1-5.
BAB IV
PENUTUP
Alhamdulillah, penulis telah dapat berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Semoga dengan disusunnya tugas ini akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak. terlepas dari pihak-pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada penulis.
Dengan penuh harapan penulis mohon saran dan kritik dalam penyusunan tugas ini, agar menjadi suatu pengalaman dalam melakukan penyusunan selanjutnya. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Guru bidang studi Olah Raga Bapak Nana yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan terhadap Keselamatan Kerja
Bandung, April 2010
Penulis
Dean Pranata Akhri
Multi Media X.R
BAB I
PENDAHULUAN
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.
Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja; kewajiban manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun 2000 tentang ketenagakerjaan, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dalam paparan ini sengaja mengambil Cara pertolongan pertama secara menyeluruh hal ini dimagsudkan menambah wawasan dan memudahkan apabila menemukan kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
1.Obat untuk Pertolongan Pertama dan Pengelolaan Obat
Obat dalam rumah tangga sangat penting dalam penatalaksanaan kesehatan. Ketaktersediaan obat dasar /sederhana di rumah dapat mengakibatkan kesakitan menjadi lebih parah, apalagi jika penatalaksanaannya tidak tepat dan lambat. Kecelakaan merupakan peristiwa tidak terduga yang menimpa seseorang. Peristiwa tersebut terjadi begitu saja, tidak direncanakan, tidak mengenal waktu, tidak mengenal tempat, dan tidak memilih siapa yang akan mendapatkannya. Kecelakaan dapat berakibat fatal, menimbulkan cacat tubuh atau bahkan tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini sangat tergantung dari faktor penyebab, peristiwa itu sendiri, dan daya tahan korban.
Penanganan yang tepat dan cepat menentukan keberhasilan penanganan kecelakaan. Jika penanganan tidak tepat dan lambat kondisi pasien dapat menjadi semakin parah. Sebaliknya, jika penatalaksanaan dilakukan dengan cepat dan tepat dapat mencegah kematian atau perburukan kondisi korban. Kecelakaan di rumah tangga cukup tinggi, seperti jatuh dari tangga/pohon, tersayat pisau/pecahan gelas; tersiram air/minyak panas, kemasukan benda asing ke dalam hidung/telinga, salah minum obat, dan sebagainya. Untuk melakukan pertolongan pertama, peralatan dan obat-obatan di rumah sangat terbatas sehingga untuk melakukan pertolongan pertama diperlukan pengetahuan dan keterampilan sederhana yang tidak memperparah kondisi korban. Selain itu, diperlukan ketepatan dalam menentukan kapan dirujuk ke rumah sakit.
Makalah ini akan memaparkan secara ringkas tentang pertolongan pertama kecelakaan di rumah tangga dan pengelolaan obat yang baik dirumah tangga.
a.Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Kecelakaan di rumah tangga dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar:
• murni kecelakaan ( trauma fisik, panas, kimia, dll)
• kedaruratan medik ( umumnya karena penyakit yang diderita seperti kejang, tidak sadar, ngamuk, dan sebagainya ).
b.Murni Kecelakaan
Beberapa kejadian yang sering dijumpai di rumah tangga:
1.Memar
Memar terjadi karena trauma/benturan benda keras. Jatuh ke lantai terbentur meja tembok. Tanda yang terlihat adanya benjolan pada bagian yang terantuk, kadang disertai wama kebiruan ( dapat muncul esok hari ). Benjol dan kebiruan disebabkan karena pembuluh darah pada bagian yang terkena benturan pecah dan darah masuk kejaringan sekitarnya. Cara mengatasinya jika tidak ada luka langsung dikompres dingin pada bagian yang terbentur. Hal ini untuk mencegah bertambah banyak darah yang merembes ke jaringan. Pengompresan juga akan mengurangi udema (pembengkakan). Pada hari berikut dilihat kondisi pembengkakan berkurang atau tidak. Pada periode ini penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi/menghilangkan pembengkakan. Cara yang digunakan dengan memberikan kompres panas selama 3-5 menit, untuk melebarkan pembutuh darah setempat, setelah itu dikompres dingin selama 1-2 menit. Hal ini dilakukan 4 - 5 kali sehari sampai bengkak menghilang. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan kompres panas yakni suhu panas jangan sampai menimbulkan luka bakar. Kompres panas dapat menggunakan air panas dalam kantong atau dengan obat pemanas kulit ( salep/ krim / balsam ). Penggunaan obat yang ditempatkan pada kulit perlu diperhatikan efeknya.
Memar dapat terjadi di semua bagian tubuh. Untuk memar yang terjadi di sekitar mata, misalnya terkena tinju. Cara penatalaksanaan sama yakni dalam 24 jam pertama diberikan kompres dingin, selanjutnya kompres panas dingin berganti-ganti. Hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dan kondisi memar mata yang dapat menimbulkan penyulit, misal tulang dasar kepata retak atau tulang sekitar bola mata retak/patah. Untuk memastikan biasanya diawali dengan melihat ukuran trauma, ada tidaknya gangguan penglihatan. Jika diduga terjadi keadaan semacam ini maka harus segera dirujuk ke rumah sakit.
2.Laserasi atau Luka Parut
Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh saat berlari. Permukaan kulit yang rusak mengakibatkan terjadi perdarahan. Banyaknya perdarahan tergantung dari lokasi luka, dalam dan luas luka. Luka parut di kepala ( misal terantuk ) umumnya minimbulkan perdarahan lebih banyak dibanding di tempat lain. Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi.
3.Terpotong atau Teriris
Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam, bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah arteri yang putus terpotong. Cara mengatasinya pertama, menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila ada pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet. Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara luka dan jantung secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang (lihat gambar 1). Tujuan cara ini untuk menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan rujuk ke rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.
4.Luka Bakar
Luka Bakar sering terjadi di rumah tangga di antaranya terkena api, tersiram air panas, minyak panas, sampai kuah masakan yang panas. Berat ringan luka bakar sangat tergantung pada luas dan dalam luka bakar tersebut. Luka bakar dibedakan atas, luka bakar kering umumnya karena api, sengatan listrik, logam panas; luka bakar karena cairan panas, air mendidih, uap panas, minyak panas, dll; luka bakar karena zat kimia, asam pekat, alkali pekat, dll. Tanda-tanda luka bakar sesuai tingkat keparahannya, yakni luka bakar ringan rasa panas dan nyeri, kemerah-merahan pada bagian yang terkena panas, kadang-kadang ada pembengkakan. Luka bakar sedang cirinya bagian yang terkena lebih dalam dari permukaan kulit, rasa panas dan nyeri lebih hebat, selain kemerahan juga timbul gelembung yang berisi cairan. Luka bakar berat cirinya jaringan yang terkena lebih dalam sampai jaringan di bawah kulit, tampak ada jaringan yang mati ( kehitaman ). Hal yang perlu diperhatikan selain kedalaman luka bakar juga luas permukaan kulit yang terkena trauma panas. Semakin luas permukaan kulit yang terkena semakin membahayakan jiwa korban.
Penatalaksanaan luka bakar tergantung pada tingkat keparahannya.
1. Luka bakar ringan
Derajat ringan jika luas kurang dari 50% atau derajat sedang dengan dengan luas kurang dari 15 % atau derajat berat kurang dari 2%. Bagian yang terkena panas dikompres dengan air dingin atau dialiri air dingin. Bila terlalu luas segera rujuk kerumah sakit. Bagian yang melepuh jangan dipecah, tetapi ditutupi. Tidak dianjurkan mengolesi luka bakar dengan odol/kamfer, keadaan ini justru akan memperberat kondisi luka bakar dan akan menambah penderitaan, sebab saat membersihkan akan terasa sakit.
2. Luka Bakar Sedang.
Derajat ringan dengan luas lebih dari 50%, derajat sedang dengan luas c15-30%, atau derajat berat dengan luas lebih dari 2 % perlu segera dirujuk ke rumah sakit dengan menutupi bagian yang terkena panas.
3. Luka bakar berat.
Lebih parah dan lebih luas dari kondisi luka bakar sedang, segera rujuk ke rumah sakit yang lengkap.
Obat-obatan yang diperlukan pada luka bakar, terutama bila permukaan kulit terbuka, adalah anti infeksi yang diberikan secara oles/topikal untuk mencegah kemungkinan terinfeksi. Hal lain yang perlu diperhatikan karena dapat mengancam korban luka bakar adalah kehilangan cairan tubuh (dehidrasi), karena permukaan kulit yang rusak, infeksi, cacat tubuh karena adanya jaringan parut akibat luka bakar (kontraktur). Untuk luka bakar karena zat kimia perlu penatalaksanaan khusus, secara umum luka bakar dialiri air dingin lebih lama ( 20 - 30 menit ), tutup dengan kain halus, dan rujuk ke rumah sakit.
c.Terkilir, Lepas Sendi, dan Patah Tulang
Keadaan ini sering terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Cara mengatasi terkilir, pertama dilakukan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan sendi, kemudian dilakukan pembalutan ketat dua lapis untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan. Istirahatkan sampai bengkaknya hilang. Lepas sendi (luxasio) sering terjadi pada usia lanjut, terutama sendi mandibula. Penatalaksanaan lepas sendi harus dilakukan di rumah sakit oleh ahli ortopedi untuk mengembalikan sendi ke posisi normal. Patah tulang (fracture) dapat tertutup dapat terbuka. Patah tulang terbuka terjadi jika salah satu ujung tulang keluar permukaan kulit sehingga menimbulkan luka. Patah tulang yang banyak terjadi dalam rumah tangga karena jatuh dari atap, dari pohon, atau terpeleset. Pada wanita usia lanjut banyak terjadi patah tulang di leher tulang paha ( colum femur ). Penatalaksanaan patah tulang dilakukan di rumah sakit. Namun demikian, sebelum dirujuk ke rumah sakit dapat dilakukan pertolongan pertama sebagai berikut: korban dibaringkan, bagian tulang yang diperkirakan patah diistirahatkan, jangan sampai bergerak. Untuk itu harus dilakukan pembidaian. Prinsip pembidaian adalah "mematikan" dua persendian yang membatasi bagian tulang yang patah. Pembidaian dilakukan agar bagian yang patah tidak bergerak atau bergeser. Pada patah tulang terbuka selain tindakan seperti di atas, perdarahan dihentikan dan luka ditutupi dengan kain steril atau kain bersih agar tidak terkontaminasi bakteri. Selanjutnya dirujuk ke rumah sakit. Pada fraktur terbuka tidak boleh menarik atau membetulkan bagian yang patah dan/atau memasukan ujung tulang yang mencuat keluar.
d.Mimisan atau Perdarahan Hidung.
Kejadian ini sering terjadi pada anak-anak, baik karena dikorek-korek atau karena hal lain (demam). Cara mengatasi yang paling mudah dengan mendudukkan anak agak menunduk, cuping hidung kanan kiri dipencet bersamaan, dan bernapas melalui mulut. Tunggu sampai 10 menit. Bila darah masih keluar, segera rujuk ke rumah sakit. Penggunaan cara tradisional dengan daun sirih, dapat membantu menghentikan perdarahan karena daun sirih mengandung zat yang menyempitkan pembuluh darah.
1.Pingsan (syncope)
Pingsan adalah suatu keadaan seseorang kehilangan kesadarannya. Hal ini sering terjadi karena kondisi fisik ataupun mental tidak baik. Cara mengatasi keadaan ini, sebelum melakukan tindakan perhatikan pernapasannya. Bila masih bernapas segera baringkan dengan posisi kepala lebih rendah dari dada dan kaki, pakaian yang kencang dilonggarkan. Badan dihangatkan. Pingsan karena kejiwaan agak sulit ditangani sebab biasanya disertai kejang ( misal dalam keadaan histeris ). Bila tidak bernapas, raba nadinya, bila tidak teraba, lakukan resusitasi jantung paru. Bila tidak dapat segera rujuk ke rumah sakit
2.Benda asing
Benda asing adalah benda yang tidak biasa di dalam tubuh, seperti duri menusuk dan tertinggal dalam kulit, biji-bijian yang dimasukkan ke dalam hidung telinga, telinga kemasukan serangga, dan saluran napas tersumbat makanan. Kejadian yang sering dijumpai adalah anak-anak yang memasukkan benda asing ke lubang hidung. Cara mengatasinya, bila benda asing tidak terlalu besar, diusahakan untuk bersin. Caranya dengan mencium bubuk merica. Jika dengan cara tersebut tidak berhasil segera dirujuk ke rumah sakit. Jangan mengkorek atau menyemprot dengan air karena hal ini dapat memperparah keadaan atau benda asing semakin dalam.
Jika ditemukan benda asing di telinga, misalnya serangga harus dikeluarkan dengan meneteskan minyak mineral (gliserin/parafin cair) atau obat tetes telinga, kemudian miringkan dan amati benda asing tersebut keluar atau tidak. Bila tidak keluar, jangan melakukan tindakan apapun sebab dapat merusak saluran atau selaput kendang telinga. Benda asing di mata, prinsip jangan menggosok-gosok kelopak mata. Bila ada darah segera rujuk ke rumah sakit. Bila debu yang halus, dapat dilakukan dengan membalik kelopak mata, dengan ujung kapas atau saputangan yang dibasahi ambil debu yang ada di mata. Dapat juga dilakukan dengan gelas pencuci mata, atau dengan mengaliri air bersih. Bila benda asing menancap pada selaput lendir bola mata, segera rujuk kerumah sakit. Benda asing dikulit, misal duri, bila ujung duri masih teraba cabut dengan alat penjepit yang telah dibersihkan/disucihamakan. Bila halus, duri bambu/kaktus/ulat bulu, dapat dengan cara menempelkan plester pada kulit yang tercancap duri halus, kemudian plester dicabut dengan cepat. Lakukan berulang-ulang sampai duri/bulu halus tercabut semua. Bila Benda asing masuk ke dalam tenggorokan, sehingga menyumbat saluran nafas, perlu dilakukan tindakan yang cepat dan segera. Pada bayi dengan cara mengangkat kedua kaki dan tepuk punggungnya. Pada anak-anak, dengan cara tengkurupkan pada lutut, atau kursi yang dibalik tepuk punggungnya. Pada anak yang besar atau dewasa dengan metode Heimlich. Bila tidak berhasil segera rujuk ke rumah sakit. Duri ikan yang tercancap ditenggorokan dapat diatasi dengan menelan bakpao, atau nasi/ketan yang dikepal kemudian ditelan. Bila tidak berhasil rujuk ke rumah sakit.
3.Keracunan.
Dalam rumah tangga keracunan dapat terjadi karena makanan/minuman misal keracunan singkong, bongkrek, jengkol, minuman lapen atau karena zat kimia seperti baygon, pemutih, racun tikus, dan lainnya. Keracunanan makanan dan minuman ditandai dengan gangguan saluran cerna, mual, muntah, sampai diare, kepala berputar-putar, pada keadaan yang berat dapat terjadi gangguan gangguan pernapasan dan dapat meninggal dunia, misalnya kejadian keracunan bongkrek di daerah Banyumas. Khusus untuk keracunan karena makan jengkol, ditandai dengan gangguan saluran kemih, berupa nyeri dan air seni sedikit. Cara mengatasi secara umum, bila baru terjadi dan korban masih sadar, dengan mengeluarkan bahan makanan dari lambung dengan memacu muntah. Caranya dengan mengorek tenggorokan dengan jari. Bila tidak sadar segera rujuk ke rumah sakit, apalagi telah muncul tanda kebiruan (sianotis) pada daerah-daerah ujung jari dan bibir. Untuk mengatasi keracunan kimiawi diperlukan penatalaksanaan khusus dan hanya dilakukan di rumah sakit. Akan sangat menolong bila korban yang dirujuk ke rumah sakit disertai dengan zat racun yang diminum/dimakan. Beberapa cara tradisional yang dilakukan dengan minum air kelapa muda dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan bila korban sadar. Jangan sekali-kali memasukkan makanan-minuman melalui mulut pada keadaan pasien tidak sadar.
e.Gigitan hewan, Sengatan Serangga dan Racun dari Tumbuh-tumbuhan.
Kejadian gigitan/sengatan dari hewan maupun tumbuhan dapat terjadi pada rumah tangga. Mulai dari hewan kecil, seperti tungau, pinjal, lebah, nyamuk, kaki seribu, kelabang, sampai ular, anjing. Akibat yang nyata terlihat adanya perlukaan pada kulit dan adanya tanda peradangan ( merah bengkak, sakit/nyeri ). Pada kondisi yang lebih buruk dapat terjadi kekakuan / kelumpuhan bagian yang terluka. Khusus pada gigitan ular yang beracun ada dua lubang bekas masuknya taring ular berbisa. Cara mengatasi gigitan hewan ( anjing, kucing, kera ) korban ditenangkan luka dicuci dengan air bersih dan sabun, beri antiseptik balut, dan rujuk ke rumah sakit. Bila ada perdarahan hentikan perdarahan dengan cara seperti luka potong atau luka sayat. Jika luka karena sengatan serangga, segera lepas serangga dari tempat gigitannya, dengan menggunakan minyak pelumas, atau terpentin atau minyak cat kuku. Setelah terlepas (kepala dan tubuh serangga) luka dibersihkan dengan sabun dan diolesi calamine atau krim antihistamin. Bila tersengat lebah, ambil sengatnya dengan jarum halus, bersihkan dan oleskan krim antihistamin atau kompres es bagian yang tersengat. Bila menunjukkan adanya tanda-tanda membahayakan, seperti kepala berputar-putar, mual-muntah, pucat apalagi sampai sesak napas, segera rujuk ke rumah sakit. Sementara, penanganan gigitan ular beracun dengan melakukan torniquet antara bekas gigitan dengan jantung, istirahatkan bagian yang tergigit, seperti kita menangani patah tulang. Rujuk ke rumah sakit. Jangan melakukan sayatan silang dan menghisap darah dari luka sayatan tersebut, sebab selain membahayakan diri bagi yang menghisap darah, juga akan menimbulkan luka infeksi pada korban.
2.Pengelolaan Obat dalam Rumah Tangga
Kita telah minum obat, mengoleskan obat, bahkan mendapat suntikan obat. Apa sebenarnya obat itu? Obat adalah suatu senyawa/bahan kimia yang berasal dari luar tubuh dan akan mengakibatkan perubahan fungsi biologi jaringan atau organ jika masuk ke dalam tubuh manusia. Tujuan meminum obat adalah untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit. Untuk mencapai tujuan pengobatan dan penatalaksanaan kejadian-kejadian di rumah tangga, perlu disediakan obat sederhana. Walaupun obat yang tersedia sederhana, namun perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan yang tidak baik selain menyebabkan biaya terbuang percuma juga dapat membahayakan jiwa. Salah satu contoh seorang intelektual meninggal dunia karena meminum racun serangga yang diletakkan di tempat menyimpan obat. Secara umum pengelolaan obat di rumah tangga mencakup jenis obat dan alat kesehatan yang harus tersedia; jumlah yang harus disediakan; dimana membelinya; cara menyimpannya; cara mengetahui obat yang rusak; dan cara penggunaan yang benar. Pengelolaan obat di rumah tangga dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga karena yang paling sering tinggal di rumah, mengenal seisi rumah, dan yang pasti seorang ibu sangat peka terhadap kesehatan seisi rumah. Penyediaan obat tidak harus selengkap di rumah sakit, tetapi cukup untuk mengatasi keadaan darurat rumah tangga. Obat-obat yang harus tersedia dapat dikelompokkan sebagai berikut obat-obat luar, obat-obat yang dibeli sendiri, dan obat-obat khusus yang didapat dari resep dokter. Ketiga golongan obat harus jelas dan disimpan dalam tempat yang terpisah.Pengelompokan yang paling mudah adalah dengan memisahkan obat luar dengan obat yang diminum. Obat yang diminum untuk bayi dipisahkan dari obat anak dan obat untuk dewasa. Cara pemisahan ini minimal dapat mencegah salah penggunaan.
a. Jenis Obat dan Alat Kesehatan yang Perlu Tersedia
Jenis persediaan obat dan alat kesehatan di rumah tangga sangat tergantung pada kejadian yang sering dialami di rumah tangga, misalnya demam, anak kejang (stuip), dan perlukaan. Obat dan alat kesehatan yang disediakan harus berkaitan dengan hal tersebut. Secara umum berdasar angka kejadian obat dan alat kesehatan yang perlu disediakan adalah obat batuk ( anak dan dewasa ): Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP), tablet antibatuk; obat sakit perut/diare: oralit, carbon adsorbent (norit®), tablet maag; obat pengurang rasa nyeri/demam: parasetamol sirup dan tablet, aspirin tablet (khusus dewasa); obat untuk alergi: ctm, dan salep antihistamin; obat anti mabuk (khusus bagi yang sering bepergian); obat yang digunakan secara topikal (dioleskan pada kulit): cairan antiseptik (mercurochrom, povidon iodine), salep/krim anti histamin, salep/krim pengurang rasa nyeri (kayu putih, minyak telon, balsern dll.), dan tetes mata. Alat kesehatan yang diperlukan di rumah tangga antara lain adalah kasa pembalut, pembalut elastis, kasa steril, plester biasa maupun yang sudah ada anti infeksinya, pembalut segitiga (mitela), peniti, pinset, termometer, dan gelas pencuci mata.
b. Jumlah yang Harus Tersedia
Jumlah obat dan alat kesehatan yang harus tersedia sangat tergantung pada situasi. Besar kecil lemari obat tergantung dari jauh tidaknya rumah dengan fasilitas kesehatan, kemudahan mencapainya, serta kejadian di rumah tangga. Kecelakaan yang sering terjadi di rumah tangga dan kesulitan mencapai fasilitas kesehatan menyebabkan ketersediaan obat dan alat kesehatan di rumah tangga harus lengkap jenis dan jumlahnya.
c. Tempat Mendapatkan Obat dan Alat Kesehatan
Pengadaan obat tidak menjadi persoalan sebab banyak toko obat/apotik yang menyediakan obat dan alat kesehatan. Usahakan membeli pada toko obat yang telah mendapat izin resmi dari departemen kesehatan (ada asisten apoteker), perhatikan kemasannya, dan mintalah petunjuk penggunaan.
d. Cara Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
Kotak/lemari obat ditempatkan pada tempat yang mudah terjangkau, namun tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Jangan ditempatkan di daerah yang terkena cahaya matahari langsung, hindari penempatan pada tempat yang lembab dan basah. Bahan kotak/lemari obat dapat bermacam-macam, dapat terpisah sendiri (yang ideal), dapat bersama dengan barang lain, namun harus jelas pemisahannya. Setiap obat yang disimpan harus diberi etiket/label yang jelas, nama obat, cara penggunaan, dan tanggal dibeli. Bedakan label penggunaan obat luar dan obat dalam (yang diminum). Penyimpanan yang baik dapat mencegah salah penggunaan dan mencegah kerusakan obat. Agar penyimpanan tetap baik perlu dikontrol dan dibersihkan secara periodik.
e. Obat Rusak
Penyimpanan yang baik dapat mencegah kerusakan. Obat cepat menjadi rusak bila terpapar sinar matahari, kelembaban udara, dan udara yang sangat kering. Ciri obat rusak antara lain adanya perubahan warna, bentuk ( pecah, tumbuh kristal, lembab); bila berupa sirup/campuran saat dikocok tidak tercampur, sudah lewat batas kadaluwarsa. Dalam kondisi tersebut obat harus dibuang dan jangan digunakan. Perlu diperhatikan pembuangan obat sebaiknya memperhatikan lingkungan, sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu.
f. Cara Penggunaan
Obat dapat merugikan jika digunakan secara tidak tepat. Untuk menggunakan obat secara aman ketahui aturan pakainya, dosis yang harus diminum dan frekuensi minum dalam sehari (24 jam), lama minum obat. Untuk pengobatan sendiri atau self-medication dibatasi tidak lebih dari 2 X 24 jam jika gejala tidak berkurang segera ke dokter. Jenis obat yang harus diminum sesudah makan jika obat tersebut merangsang lambung sehingga timbul rasa pedih. Hal ini terutama karena obat yang diminum bersifat asam. Dalam kondisi semacam ini memang dianjurkan meminum obat 1-2 jam sesudah makan. Obat seperti vitamin dan obat yang mengandung enzim pencernaan, sebaiknya diminum bersama makan. Obat -obat resep dokter bila tidak ada informasinya tanyakan pada dokter yang memberi resep atau pada apoteker yang memberikan obat. Dengan cara demikian penjelasan yang lengkap tentang cara menggunakan obat yang benar dan rasional didapatkan. Jika timbul gejala yang asing setelah minum obat seperti gatal, buyer, lemes, mual-muntah, ataupun diare, segeralah ke dokter/rumah sakit. Hal tersebut disebabkan timbulnya efek samping obat. Efek samping dapat terjadi pada setiap orang, berupa reaksi alergi (gatal, biduren, diare, sesak nafas atau shock), karena efek obat tersebut atau efek ikutan (ngantuk, mual, lemes). Alergi tidak dapat diduga sebelumnya, sedangkan efek ikutan obat dapat diduga sebelumnya.
Daftar Pustaka
1. Darwis, A., dkk. Buku Pedoman Pertolongan Pertama. Jakarta: Kantor Pusat PMI; 2001.
2. Dwipahasto, I; Suryawati, S; Santo, S; Pemakaian dan Pengelolaan Obat di Rumah Tangga. Yogyakarta: Lab. Farmakologi Klinik Fak Kedokteran UGM;1988.
3. Shryock, H., Modern Medical Guide. Bandung: Indonesian Publishing House; 1982.
4. Smerdon, G, P3K untuk Orang Tua. Jakarta: Arcan;1994.
BAB III
PENUTUP
Alhamdulillah, penulis telah dapat berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Semoga dengan disusunnya tugas ini akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak. terlepas dari pihak-pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada penulis.
Dengan penuh harapan penulis mohon saran dan kritik dalam penyusunan tugas ini, agar menjadi suatu pengalaman dalam melakukan penyusunan selanjutnya. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Guru bidang studi Olah Raga Bapak Nana yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan terhadap. P3k. (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
PENDAHULUAN
Terjadi atau tidak terjadi perilaku seks pranikah sangat tergantung pada wawasan mereka tentang perilaku tersebut. Remaja mampu mempunyai wawasan dan berkepribadian yang mantap sangan dipengaruhi oleh pola asuh atau cara pendidikan yang diterapkan dalam keluarga. Anak yang dididik dengan cara yang baik akan melahirkan remaja dengan moral yang baik pula.
Bagi seorang individu moral merupakan landasan dalam perilaku. Tinggi rendahnya orientasi moral seseorang berpengaruh terhadap perilakunya, termasuk perilaku seksnya. Berperilaku seks yang tidak sesuai dengan moral akan menimbulkan perasaan bersalah pada diri si pelaku.
Di samping itu, meningkatnya kasus perilaku reproduksi di kalangan remaja, karena mereka tidak mengerti kalau perilaku tersebut merupakan perilaku yang melanggar norma adat. Hal ini terjadi karena sosialisasi tentang norma dengan maslah perilaku reproduksi sangant kurang. Kecenderungan seperti ini banyak ditemukan di daerah perkotaan. Keadaan tersebut adalah salah satu faktor yang mungkin menyebabkan remaja mempunyai kesempatan untuk melakukan hubungan seks pranikah di rumah mereka sendiri. Peranan anggota keluarga lain seperti paman, bibi, kakek, nenek, saudara sepupu dan sebagainya dalam suatu keluarga, tidak hanyadapat menjadi tempat mengadu bagi anak-anak bermasalah, tetapi juga dapat menjadi pengawas dalam suatu keluarga. Keberadaan mereka dapat mengontrol perilaku remaja. Dengan kata lain remaja yang tinggal dalam keluarga batih mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk melakukan hubungan seks pranikah, terlebih bila kedua orang tuanya berkerja.
Ketika teknologi di bidang komunikasi dan informasi berkembang sarana hiburan film, baik yang ditonton di bioskop maupun yang ditayangkan televisi disinyalir sebagai salah satu faktor yang mendorong perilaku reproduksi tidak sehat di kalangan remaja, selain gambar dan film porno. tempat hiburan ( diskotik, karaoke, bar, pub, dan cafe). Pusat pertokoan seperti Matahari dan McDonal di Kuta merupakan alternatif baru yang dipilih ABG ( remaja ) sebagai tempat “nongkrong”. Selain itu pusat pertokoan juga merupakan tempat yang menjadi pilihan remaja untuk berkumpul, mencari kemungkinan mendapatkan pasangan, tempat berjanji bertemu pasangan, atau kemungkinan untuk melakukan transaksi seks.
BAB II
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT KELAMIN
Badan kesehatan sedunia atau WHO berpendapat bahwa penularan AIDS hanya dapat dicegah bila semua negara didunia ikut serta secara aktif melakukan pencegahan dan pemberantasan terhadap AIDS. Pada tanggal 1 Pebruari 1987 dibentuk suatu wadah dengan nama SPA atau special programme on AIDS, yang kemudian diubah namanya menjadi GPA atau Global programme on AIDS, yang artinya suatu program mencakup semua negara didunia. Wadah ini disahkan berdirinya oleh sidang WHA ( World Health Assembly ) ke-40 pada bulan Mei 1987 dan disahkan pula oleh sidang UNGA
( United Nation General Assembly ) ke-42 pada bulan Oktober 1987 di Jenewa ( Swiss ).
A. Ada beberapa dasar pertimbangan pembentukan wadah ini, adalah :
1. AIDS Telah menjadi masalah Internasional, penyebaranya telah menyeluruh ( pandemi ), dan telah dianggap sebagai kedaruratan seluruh dunia ( atau “ Worlwide global emergency” ).
2. Pandemi ini dapat dihentikan dan penularanya dapat dicegah, walapun obat maupun vaksin antinya sampai saat ini belum ditemukan.
3. Penyuluhan kesehatan kepada petugas kesehatan maupun masyarakat umum, dan golongan resiko tinggi, masih merupakan upaya penting dalam pencegahan dan pemberantasan AIDS.
4. Pencegahan dan pemberantasan AIDS memerlukan upaya dan keterlibatan (“Commitment” ) jangka panjang dan berkesinambungan.
5. Pencegahan dan pemberantasan AIDS perlu diintegrasikan melalui primary Health Care
(Pelayanan kesehatan tingkat awal) dalam sistem pelayanan kesehatan yang ada (baik Puskesmas, poliklinik, pos kesehatan, unit pelayanan kesehatan terdepan).
B. Tujuan dari progran ini adalah :
1.Mencegah penularan HIV
2.Pemberian nasehat ( Counseling ) kepada mereka penghidap HIV.
3.Mempersatukan upaya nasional dan internasional dalam pencegahan dan pemberantasan AIDS.
C. Komponen utama GPA ( = Global Programme on AIDS ) adalah :
1. bantuan teknis dan keuangan program nasional pencegahan dan pemberantasan AIDS.
2. Kerjasama dan pertukaran informasi mengenai IADS di bawa koordinasi dan pimpinan GPA Internasional.
D. Beberapa pandangan (Perspektif) megenai masalah AIDS :
1. Besar masalah sebenarnya belum pesti. (Jumlah penderita maupun angka kematian AIDS).
2. Penularan HIV di masyarakat akan terus berlangsung dan tak dapat dielakkan.
3. Dimensi akhir akibat AIDS Belum diketahui
4. Diperkirakan dalam 5 Tahun mendatang, obat atau vaksin anti AIDS belum diketemukan.
5. Tidak ada satu negara didunia ini yang bebas dari AIDS atau infeksi HIV, hanya khususnya tidak dilaporkan.
BAB III.
GAMBAR KLINIK AIDS
1. Tumor.
Dapat berupa sarkoma kaposi pada AIDS yang sifatnya :
Multipel, progresif, dapat terjadi pada semua bagian kulit dan organ tubuh, pendarahan paru-paru, dan pendarahan dalam perut ( Intra abdoninal ). Penyebabnya belum jelas, prognese ditentukan oleh penyakit dasar, dan dijumpai pada : 36-50 % kasus AIDS kelompok homoseksual. Jarang dijumpai pada heteroseksual. 4,3 % pada penyalah-guna narkotika suntik. 0-2 % pada hemofilia, atau penerima transfusi darah. Dapat pula berupa limpoma ganas. Sering sesudah sarkoma kaposi. Terdapat pada susunan saraf pusat (otak), sumsum tulang, saluran pencernaan, pelepasan (rectum), jaringan kulit dan selaput lendir,dan pada stasium lanjut, ada : demam, riwayat infeksi dan penyularan berat badan (disebut “B symptoms”). Prognosis kurang baik, walaupun sembuh dengan khemoterapi tinggi, kambuh lagi sesudah 1 tahun.
2. Infeksi oportunistik ( Kesempatan mendapat infeksi ).
a. Manifestasi pada paru-paru dapat berupa infeksi oportunistik, infiksi bukan oportunistik maupun bukan infeksi. 50 % berupa gejala pertama.
Manisfestasi paru-paru ini dapat berupa “ pneumonia “ ( dikenal sebagai paru-paru basah ), PCP = Pneumonia Pneumocystis carinii denagn gejala klinis :
• Sesak nafas sejak lama atau langsung berat, batuk kering, tidak dapat menarik nafas dalam, demam ( tidak tinggi ), 70 % sembuh pada pengobatan pertama, kekambuhan 20 % ; harapan hidup 9 bulan sampai 1 tahun, jarang sampai 2 tahun.
• Dapat pula berupa Cytomegalo Virus ( CMV ), yang hidup diparu-paru secara komensil ( 50 % ) dengan gejala sesak nafas, batuk, biasanya bersama dengan PCP.
• Atau dapat berupa Mycobacteria ( infeksi jamur ) yang sulit di sembuhkan, biasanya muncul pada stadium akhir.
b. Pada saluran pencernahan dan hati ( ;iver ), dengan gejala tidak enak diulu hati dan tidak ada nafsu makan. Dapat pula gejala tidak enak dimulut dan kerongkongan, tidak mau makan, sukar menelan dan rasa nyeri diulu hati. Gejala lain diare ( sering buang air besar, mencret ), gangguan penyerapan makanan dalam usus, pengurangan berat badan, karena diare yang terus-menerus, bertahan, kolik perut ( mulas ), tinja lembek sampai encer, hingga kekurangan cairan.
3. Manifistasi pada saraf, denga infiksi HIV :
10 % manifestasi saraf ; 75 % ada penyakit saraf. Dapat berupa encefalitis ( infeksi otak ), miningitis ( infeksi selaput otak ), infeksi selaput jala mata ( retinitis ), dan gangguan saraf tepi ( neoropati perifer ).
Gejala encepalitisnya dapat berupa :
Kebingugan, lupa ( amnesia ), lamban berpikir, hilang kemampuan konsentrasi, letih, tidak ada nafsu seksual, hilang keseimbangan badan, tungkai lemah, ataxia ( gerakan anggota tubuh tidak terarah ) tulisan kacau, peninggian refleks-refleks ( hyperreflexia ). Gejala mental, antara lain : marah-marah, suka gaduh, respon berbicara lambat, lupa (
©2004 Digitized by USU digital library 3 kejadian baru ), berlanjut dengan demensia ( bodoh ), berlanjut tergeletak, dan besar ( incontinentia urinae ).
Gejala encefalitisnya dapat berupa :
Kebigungan, lupa ( amnesia ), lamban berfikir hilang kemampuan konsentrasi, litih, tidak nafsu seksual hilang, keseimbangan badan, tungkai lemah, ataxia ( gerakan anggota tubuh tidak berarah ), tulisan kacau, peninggian refleks-refleks ( hyperreflexia ). Gejala mental, antara lain : marah-marah, suka gaduh, respons berbicara lambat, lupa ( kejadian baru ), berlanjut dengan dimensia ( bodoh ), berlanjut tergeletak, dan beser ( incontinentia urinae ). Gejala meningitisnya berupa keletihan, deman, berat badan menurun, sakit kepala, mau muntah, kaku kuduk, dan fotofobia ( tidak tahan melihat cahaya ). Infeksi toxoplasma, jamur, TBC, tomor lain, dengan gejala klinik letih dan bingung, kejang, lumpuh sebagai tubuh, sampai ataxia, disfungsi batang otak dll. 4. Retinitis ( infeksi selaput jala mata = retina ). Gejala klinis dapat berupa : penyempitan lapangan pandang, kabur, nyeri dalam mata, perdarahan dala mata, bisa sampai buta.
BAB IV .
CARA PENULARAN AIDS ( TRANSMISI ).
Untuk penularan diperlukan antara lain :
1. sumber penyakit.
2. alsat embawa agent penyakit (“ vehikulum” ).
3. host ( tuan rumah ) yang rentan.
4. adanya jalan keluar.
5. adanya jaln masuk (“ port d’entrée” ).
Yang diketahui sampai saat ini sebangai sember penyakit AIDS adalah virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus ). Sebagai pembawa penyakit ( vehikulum ) diketahui adalah : berbagai cairan tubuh, seperti sperma, cairan alat kelamin wanita ( vagina dan cerviks ), dan darah. Selain itu, HIV dapat dijumpai pada penderita yang mengandung HIV dari air susu ibu, air mata, air liur, air ludah, tapi tidak terbukti dapat menularkan.
A 1. Transmisi suksual
1. cara hubungan suksual ano-genital merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi penularan HIV. Karena mukosa rectum dan anus ( pelapisan ) yang sangat tipis dan mudah luka dan mendapat infeksi HIV.
2. Cara hubungan oro-ginital merupakan resiko tingkat kedua sesedah ano-genital. ( terrmasuk menelan sperma dari mitra seks pengidap HIV ).
3. Tingkat resiko ketiga adalah hubungan genito-genital ( hetero suksual ). Hasil sebuah penelitian membuktikan bahwa resiko penularan suami pengidap HIV kepada istrinya adalah 22 % dan dari isteri pengidap HIV kepada suaminya adalah 8 %.
A 2. Transmisi non- seksual
1. Transmisi perenteral, penggunaan alat suntik atau alat tusuk lainya yang sudah tertular dengan virus HIV. Contoh paling populer adalah : para penyalah guna narkotika dengan suntik, terutama dinegara maju, di Asia terkenal di Thailand.
Selain itu juga penggunaan alat suntik oleh para medis untuk banyak orang, atau diperguanakan berkali-kali dan sudah tertular virus HIV. Juga pada penggunaan alat tindik, baik daun teliga, hidung maupun di tempat lain, sedang alatnya sudah tertular virus HIV Resiko tertular dengan alat tusuk seperti ini, sekitar 1 %. Dari data CDC-NIH ( Centers for Disease Control and National Institute for Health ) Amerika Serikat, dari sejumlah 973 orang yang tertusuk dengan jarum suntik yang sudah tertular dengan virus HIV, hanya 4 orang yang tertular dengan virus HIV.
2. Hal yang lain perlu diperhatikan adalah tertular dari darah transfusi, dari donor yang sudah tertular virus HIV. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, diman prevalensi HIV sedemikian tingginya, setiap donor darah sudah harus diskrin bebas virus HIV. Di Indonesia hal ini masih belum diperlulakan, karena relevansi HIV masih rendah. Resiko tertular infeksi HIV melalui transfusi darah adalah lebih dari 90 %.
3. Resiko transplasental, dari ibu hamil kepada anaknya 50 %.
A 3 . Transmisi yang belum terbukti.
Antara lain : walapun HIV telah dapat diisolasikan dari air susu ibu, namun belum terbukti penularanya. Dari air liur ( ludah), dapat diisolasi virus HIV, kemungkinan infeksi terjadi kalau saat berciuman dengan pengidap HIV, luka dibibir atau mukosa mulut.
Transmisi lain ynag belum terbukti adalah :
Transmisi lewat air mata, lewat air seni ( urine ), maupun transmisi sosial , seperti serumah, satu kelas disekolah dll. Transmisi melalui serangga penggigit manusia, antara lain nyamuk, kutui busuk, tidak terbukti.
Walaupun cara-cara yang disebutkan tadi belum terbukti merupakan transmisi infeksi virus HIV, namun dianjurkan agar :
1. Ibu pengidap HIV agar tidak menyusukan anaknya.
2. Mengurangi kontraminasi dengan saliva ( air liur, ludah), baik sewaktu “ resusitasi”
( merangsang jantung sewaktu serangan mogok jantung ), atau dikala berciuman ( sebainya jangan berciuman mulut-mulut dengan pengidap HIV ), dan juga hati-hati pada penderita sakit jiwa yang pengidap HIV yang suka menggigit ( anak penderita sakit jiwa ).
3. untuk dokter ahli mata harus berhati-hati terhadap air mata pasien pengidap HIV.
BAB V.
ASPEK KEJIWAAN PENDERITA AIDS.
Begitu seseorang mengakui ia menderita AIDS ( atas pemberitahuan dokter ), penderita mengalami scock. Bisa putus asa ( karena shock berat ). Penderita mengalami “ depressi berat “. Dengan berkembangnya penyakit, makin lama makin berat, timbul berbagai infeksi opotunistik, penderita makin tersiksa. Biaya pengobatan tambah besar, macam penyakit tambah banyak, obat yang di beri harus tambah banyak dan tambah keras, dengan berbagai efek samping, ysng memperparah keadaan penderita. Masyarakat sekitar turut pula memperburuk keadaan kejiwaan penderita, dengan segala macam isu dan ejekan yang dilontarkan.
Adanya rasa takut pada AIDS.
Orang yang melakukan kegiatan yang dinyatakan sebagai resiko tinggi tertular AIDS, sepertii para homoseksual, atau mereka yang suka gonta-ganti pasangan seksualnya, maupun yang propesinya denagn aktivitas seksual dan termasuk resiko tinggi, tentu saja sesudah mendengar informasi tentang AIDS jadi takut..
Orang yang takut ini, menjadi panik, gelisah, susah tidur, merasa sudah tertular AIDS, akibatnya tidak dapat bekerja, lemah, dan menjadi sakit karena dinyatakannya sendiri ia sakit. Padahall sebenarnya ia belum tertular AIDS. Hal seperti ini disebut : “ PSEUDO AIDS “ atau “ AIDO PHOBIA “. Gejala-gejalanya menyerupai AIDS pada fase ringan. Orang ini kawatir dirinya menderita AIDS, malahan percaya bahwa dirinya sudah menderita AIDS, karena apa yang didengarnya tentang gejala AIDS, dirasakanya ada pada dirinya. Oleh sebab itu, yang penting adalah menjauhi semua kegiatan yang tidak normal, berlaku wajar, dan kalua memeng merasa telah tertular, sebaiknya memeriksakan diri kepada dokter untuk menyakinkan diri sendiri.
Demikian makalah ini, untuk mempertinggi kewaspadaan kita terhadap AIDS. Semoga setelah mendapat informasi tentang AIDS ini, kita lebih meningkatkan kewaspadaan, lebih terbuka, tetapi tidak menjadi menderita “ PSEUDO AIDS “ atau “ AIDO PHOBIA “
DAFTAR KEPUSTAKAAN
BING WIBISONO, Epidemiologi AIDS. Subdirektorat Pemberantasan Penyakit Kelamin / Frambusia, Direktorat Jenderal PPM & PLP Depertemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989.
IDA BAGUS MANTRA, Kebijaksanaan Penyuluhan Kesehatan Dalam Program Aids Di Indonesia. Pusat Penyuluhan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta , 1989.
NAEK L. TOBING, Pendekatan Kejiwaan terhadap Penderita AIDS. Subdirektorat Rehabilitasi Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depertemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989.
NYOMAN SUESEN, GPA ( Global Programme on AIDS ) dalam kaitanya dengan program nasional pencegahan dan pemberantasan AIDS.
BAB VI
PENUTUP
Alhamdulillah, penulis telah dapat berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Semoga dengan disusunnya tugas ini akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak. terlepas dari pihak-pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada penulis.
Dengan penuh harapan penulis mohon saran dan kritik dalam penyusunan tugas ini, agar menjadi suatu pengalaman dalam melakukan penyusunan selanjutnya. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Guru bidang studi Olah Raga Bapak Nana yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan terhadap. Dampak Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang (Narkoba) terhadap : Penyakit Hubungan Kelamin.
Bandung, April 2010
Penulis
Dean Pranata Akhri
Multi Media X.R
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya.
Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya. Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.
Pelayanan publik dewasa ini telah menjadi isu yang semakin strategis, karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan kinerja birokrasi akan bisa memperbaiki iklim ekonomi yang amat diperlukan oleh bangsa Indonesia untuk bisa keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia yang sering mendapat sorotan dari masyarakat menjadi faktor penentu yang penting dari penurunan minat investasi. Dalam kehidupan politik, perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik akan mempunyai implikasi luas, terutama dalam tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kurang baiknya kinerja birokrasi menjadi salah satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dengan adanya perbaikan kinerja pelayanan publik diharapkan mampu memperbaiki kembali citra pemerintah di mata masyarakat, karena dengan kualitas pelayanan yang semakin baik, kepuasan dan kepercayaan masyarakat bisa dibangun kembali sehingga pemerintah bisa meningkatkan legitimasi yang lebih kuat di mata publik.
Kondisi pelayanan yang dilaksanakan pemerintah dalam berbagai jenis pelayanan masih dianggap belum sesuai harapan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari adanya berbagai pengaduan maupun keluhan, baik yang disampaikan langsung kepada institusi unit pelayanan maupun melalui media cetak ataupun elektronika. Di sisi lain, masyarakat sendiripun belum memberikan kontrol yang efektif untuk mendorong peningkatan pelayanan publik. Oleh sebab itu, untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, upaya-upaya peningkatan pelayanan publik terus ditingkatkan melalui berbagai pembenahan yang menyeluruh baik dari aspek kelembagaan, kepegawaian, tatalaksana dan akuntabilitas. Diharapkan, hal ini dapat menghasilkan pelayanan yang prima yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah, aman, berkeadilan dan akuntabel.
2. Tujuan
1. Mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan selamat;
2. Mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif;
3. Mewujudkan laboratorium yang berkualitas dan terpercaya;
4. Mewujudkan sistem informasi hiperkes dan keselamatan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Hygene Industrial
Industrial Hygiene adalah ilmu tentang antisipasi, mengenal, mengevaluasi serta mengontrol kondisi lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi tenaga kerja [menyebabkan sakit, gangguan kesehatan atau ketidaknyamanan pada pekerja
Yang dapat dilakukan oleh seorang Industrial Hygienist adalah menerapkan ilmu Medical Scientist, Detective, dan Engineer. Pengetahuan yang luas mengenai ilmu kesehatan sangat membantu seorang Industrial Hygienist dalam memandang permasalahan di tempat kerja.
Seorang Industrial hygienist adalah detektif, sebab kita diharuskan mengetahui informasi lebih mengenai bahaya-bahaya di dalam tempat kerja. Monitor lingkungan kerja dan menganalisa metodenya yang nanti digunakan untuk menganalisa dampaknya terhadap pekerja yang terpapar.
Analisa bahaya di tempat kerja merupakan tahap pertama terpenting dari seorang Industrial Hygienist untuk mengetahui potensi bahaya di tempat kerja terhadap pekerja. Pengenalan lapangan kerja yang merupakan daerah tanggung jawab Kita harus dikontrol setiap waktu, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi di area kerja dapat termonitor setiap saat.
Dalam memonitor lingkungan kerja, selain lingkungan fisik, perlu juga dilakukan monitoring terhadap para pekerja dengan melakukan interview untuk menanyakan apakah ada isu-isu kesehatan yang terjadi di areanya. Sebelumnya kita harus memberikan informasi kedatangan Kita kepada Foreman atau Supervisor yang berwenang di area tersebut. Sehingga apabila ditemukan hal-hal yang substandard bisa dilakukan klarifikasinya kepada mereka. Ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan informasi antara kondisi lapangan dengan keterangan dari mereka.
2. Selama proses menganalisa seorang Industrial Hygienist melakukan:
1. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi, permasalahan-permasalahan kerja serta resikonya. Menganalisa kondisi-kondisi yang dapat diukur untuk mencari permasalan yang timbul.
2. Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan sampling yang dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di tempat kerja.
3. Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber bahaya kimia dan fisika dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan melakukan pengukuran.
4. Membandingkan hasil sampling dengan standart atau petunjuk yang relevan untuk menentukkan apakah pengontrolan khusus diperlukan.]
3 . Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
1. Engineering kontrol.
1. Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
2. Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya.
3. Work proses ditempatkan terpisah.
4. Menempatan ventilasi local/umum.
2. Administrasi kontrol.
1. Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya.
3. Praktek kerja.
1. Mengikuti prosedur yang sesuai untuk meminimalisasi pemaparan ketika pengoperasian.
2. Inspeksi secara reguler dan perawatan peralatan.
4. APD
1. Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
4.Peran Tenaga Kesehatan Dalam Perusahaan
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan banyak buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara maju. Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kitapun harus mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk menghadapi persaingan global.
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan menjadi pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi. Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit pekerja dapat diperbaiki kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama berdirinya rumah sakit tersebut harus kita kritisi bersama.
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.
Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja; kewajiban manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun 2000 tentang ketenagakerjaan, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pada dekade belakangan ini perkembangan dunia industri berjalan dengan pesat, demikian juga tuntutan terhadap kualifikasi pekerjaannya serta pelayanan kesehatan pada kelompok pekerja di industri. Konsep pelayanan kesehatan kerja bagi pekerja juga mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan dunia industri. Perusahaan adalah tempat bertemunya dua pihak yang berkepentingan. Di satu pihak owner mengusahakan keuntungan dan efisiensi sebesar mungkin, di lain pihak tenaga kerja memperjuangkan kesejahteraan termasuk kesehatan dan keluarga mereka. Di Indonesia, pemerintah membantu kelompok kedua dengan memberlakukan peraturan dan perundangan. Undang-undang yang memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Permenaker No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Atas dasar inilah maka peran tenaga kesehatan kerja sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk melaksanakan Undang-undang tersebut di atas.
Tenaga Kesehatan yang bekerja di perusahaan merupakan Ahli Kesehatan Kerja (occuptional health specialist) yang bekerja dalam komunitas pekerja dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan tempat kerja dan berfokus pada keselamatan kerja, serta menggunakan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian efek yang merugikan selama interaksi pekerja dengan tempat kerja.
Tenaga kesehatan yang bekerja di perusahaan selain harus mahir dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit-penyakit akibat kerja, mengetahui cara-cara pencegahan, diagnosis dini dan usaha-usaha lain dalam memberantas penyakit akibat kerja, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hubungan kerja yang kurang baik, berkurangnya gairah kerja, serta hal-hal lain, ia juga harus mempunyai etika tenaga kesehatan dalam tugas mereka.
Etika Ahli Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli Kesehatan Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan masyarakat pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau dari segi norma-norma/ nilai-nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka absensi, menurunnya angka produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja, hukum, agama dan masyarakat luas.
Sebagai pemberi pelayanan yang berhubungan dengan bidang kesehatan dan keselamatan kerja maka mudah dipahami bahwa seseorang Ahli Kesehatan Kerja memerlukan etika tenaga kesehatan karena harus bekerja sama dengan bidang-bidang lain yaitu misalnya dokter, ahli higine perusahaan, ergonomi, psikolog, ahli gizi dan yang paling penting adalah tenaga kerja.
Fungsi seorang Ahli Kesehatan Kerja di perusahaan sebenarnya sangat bergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup upaya kesejahteraan dan keselamatan kerja. Posisi Ahli Kesehatan Kerja kesehatan kerja disini unik dan merupakan posisi Ahli Kesehatan Kerja seringkali lebih dekat dan lebih akrab dengan pekerja-pekerja dibandingkan dengan pihak manajemen perusahaan,
Etika tenaga kesehatan kerja yang didalamnya dikuti adanya kesadaran akan pilihan dari pihak manajemen, pihak tenaga kerja, dan dari masyarakat sekitar perusahaan.
Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :
1. Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
1. Jaringan elektrik dan komunikasi.
2. Kualitas udara.
3. Kualitas pencahayaan.
4. Kebisingan.
5. Pemeliharaan.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting yakni indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain mengenai penggunaan komputer.
Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi factor fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam melaksanakanpekerjaannya.(2) Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal mengevaluasi dalam mengendalikan semua factor-faktor dan stress lingkungan ditempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteran, kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat
Mencegah timbulannya kecerdasan dan penyakit akibat kerja melalui usaha-kungan usaha pengenalan (recognition), penilaian (evaluasi), dan pengendalian (contol) bahaya lingkungan kerja atau accupational health hazards
Menciptakan kondisi tempat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman, memberikan keuntungan baik kepada perusahan maupun kepada karyawan, guna meningkatkan derajat kesehatan, moral dan produktivitas kerja karyawan.
1. Saran – saran
1. Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat poster/leaflet.’
2. Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja.
3. Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja.
4. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur. Sejarah dan Hari Depan Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja in : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung. Jakarta. 1996. p:22-25.
Thalib, D. Higene Perusahaan-Industrial Hygiene in: Kebijakan Keseamatan dan Kesehatan Kerja Pertamina. Jakarta. p:1-21.
Buraena, S. Program Kesehatan Lingkungan in: Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. 2004. p:1-5.
BAB IV
PENUTUP
Alhamdulillah, penulis telah dapat berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Semoga dengan disusunnya tugas ini akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak. terlepas dari pihak-pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada penulis.
Dengan penuh harapan penulis mohon saran dan kritik dalam penyusunan tugas ini, agar menjadi suatu pengalaman dalam melakukan penyusunan selanjutnya. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Guru bidang studi Olah Raga Bapak Nana yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan terhadap Keselamatan Kerja
Bandung, April 2010
Penulis
Dean Pranata Akhri
Multi Media X.R
BAB I
PENDAHULUAN
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.
Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja; kewajiban manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun 2000 tentang ketenagakerjaan, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dalam paparan ini sengaja mengambil Cara pertolongan pertama secara menyeluruh hal ini dimagsudkan menambah wawasan dan memudahkan apabila menemukan kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
1.Obat untuk Pertolongan Pertama dan Pengelolaan Obat
Obat dalam rumah tangga sangat penting dalam penatalaksanaan kesehatan. Ketaktersediaan obat dasar /sederhana di rumah dapat mengakibatkan kesakitan menjadi lebih parah, apalagi jika penatalaksanaannya tidak tepat dan lambat. Kecelakaan merupakan peristiwa tidak terduga yang menimpa seseorang. Peristiwa tersebut terjadi begitu saja, tidak direncanakan, tidak mengenal waktu, tidak mengenal tempat, dan tidak memilih siapa yang akan mendapatkannya. Kecelakaan dapat berakibat fatal, menimbulkan cacat tubuh atau bahkan tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini sangat tergantung dari faktor penyebab, peristiwa itu sendiri, dan daya tahan korban.
Penanganan yang tepat dan cepat menentukan keberhasilan penanganan kecelakaan. Jika penanganan tidak tepat dan lambat kondisi pasien dapat menjadi semakin parah. Sebaliknya, jika penatalaksanaan dilakukan dengan cepat dan tepat dapat mencegah kematian atau perburukan kondisi korban. Kecelakaan di rumah tangga cukup tinggi, seperti jatuh dari tangga/pohon, tersayat pisau/pecahan gelas; tersiram air/minyak panas, kemasukan benda asing ke dalam hidung/telinga, salah minum obat, dan sebagainya. Untuk melakukan pertolongan pertama, peralatan dan obat-obatan di rumah sangat terbatas sehingga untuk melakukan pertolongan pertama diperlukan pengetahuan dan keterampilan sederhana yang tidak memperparah kondisi korban. Selain itu, diperlukan ketepatan dalam menentukan kapan dirujuk ke rumah sakit.
Makalah ini akan memaparkan secara ringkas tentang pertolongan pertama kecelakaan di rumah tangga dan pengelolaan obat yang baik dirumah tangga.
a.Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Kecelakaan di rumah tangga dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar:
• murni kecelakaan ( trauma fisik, panas, kimia, dll)
• kedaruratan medik ( umumnya karena penyakit yang diderita seperti kejang, tidak sadar, ngamuk, dan sebagainya ).
b.Murni Kecelakaan
Beberapa kejadian yang sering dijumpai di rumah tangga:
1.Memar
Memar terjadi karena trauma/benturan benda keras. Jatuh ke lantai terbentur meja tembok. Tanda yang terlihat adanya benjolan pada bagian yang terantuk, kadang disertai wama kebiruan ( dapat muncul esok hari ). Benjol dan kebiruan disebabkan karena pembuluh darah pada bagian yang terkena benturan pecah dan darah masuk kejaringan sekitarnya. Cara mengatasinya jika tidak ada luka langsung dikompres dingin pada bagian yang terbentur. Hal ini untuk mencegah bertambah banyak darah yang merembes ke jaringan. Pengompresan juga akan mengurangi udema (pembengkakan). Pada hari berikut dilihat kondisi pembengkakan berkurang atau tidak. Pada periode ini penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi/menghilangkan pembengkakan. Cara yang digunakan dengan memberikan kompres panas selama 3-5 menit, untuk melebarkan pembutuh darah setempat, setelah itu dikompres dingin selama 1-2 menit. Hal ini dilakukan 4 - 5 kali sehari sampai bengkak menghilang. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan kompres panas yakni suhu panas jangan sampai menimbulkan luka bakar. Kompres panas dapat menggunakan air panas dalam kantong atau dengan obat pemanas kulit ( salep/ krim / balsam ). Penggunaan obat yang ditempatkan pada kulit perlu diperhatikan efeknya.
Memar dapat terjadi di semua bagian tubuh. Untuk memar yang terjadi di sekitar mata, misalnya terkena tinju. Cara penatalaksanaan sama yakni dalam 24 jam pertama diberikan kompres dingin, selanjutnya kompres panas dingin berganti-ganti. Hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dan kondisi memar mata yang dapat menimbulkan penyulit, misal tulang dasar kepata retak atau tulang sekitar bola mata retak/patah. Untuk memastikan biasanya diawali dengan melihat ukuran trauma, ada tidaknya gangguan penglihatan. Jika diduga terjadi keadaan semacam ini maka harus segera dirujuk ke rumah sakit.
2.Laserasi atau Luka Parut
Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh saat berlari. Permukaan kulit yang rusak mengakibatkan terjadi perdarahan. Banyaknya perdarahan tergantung dari lokasi luka, dalam dan luas luka. Luka parut di kepala ( misal terantuk ) umumnya minimbulkan perdarahan lebih banyak dibanding di tempat lain. Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi.
3.Terpotong atau Teriris
Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam, bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah arteri yang putus terpotong. Cara mengatasinya pertama, menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila ada pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet. Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara luka dan jantung secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang (lihat gambar 1). Tujuan cara ini untuk menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan rujuk ke rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.
4.Luka Bakar
Luka Bakar sering terjadi di rumah tangga di antaranya terkena api, tersiram air panas, minyak panas, sampai kuah masakan yang panas. Berat ringan luka bakar sangat tergantung pada luas dan dalam luka bakar tersebut. Luka bakar dibedakan atas, luka bakar kering umumnya karena api, sengatan listrik, logam panas; luka bakar karena cairan panas, air mendidih, uap panas, minyak panas, dll; luka bakar karena zat kimia, asam pekat, alkali pekat, dll. Tanda-tanda luka bakar sesuai tingkat keparahannya, yakni luka bakar ringan rasa panas dan nyeri, kemerah-merahan pada bagian yang terkena panas, kadang-kadang ada pembengkakan. Luka bakar sedang cirinya bagian yang terkena lebih dalam dari permukaan kulit, rasa panas dan nyeri lebih hebat, selain kemerahan juga timbul gelembung yang berisi cairan. Luka bakar berat cirinya jaringan yang terkena lebih dalam sampai jaringan di bawah kulit, tampak ada jaringan yang mati ( kehitaman ). Hal yang perlu diperhatikan selain kedalaman luka bakar juga luas permukaan kulit yang terkena trauma panas. Semakin luas permukaan kulit yang terkena semakin membahayakan jiwa korban.
Penatalaksanaan luka bakar tergantung pada tingkat keparahannya.
1. Luka bakar ringan
Derajat ringan jika luas kurang dari 50% atau derajat sedang dengan dengan luas kurang dari 15 % atau derajat berat kurang dari 2%. Bagian yang terkena panas dikompres dengan air dingin atau dialiri air dingin. Bila terlalu luas segera rujuk kerumah sakit. Bagian yang melepuh jangan dipecah, tetapi ditutupi. Tidak dianjurkan mengolesi luka bakar dengan odol/kamfer, keadaan ini justru akan memperberat kondisi luka bakar dan akan menambah penderitaan, sebab saat membersihkan akan terasa sakit.
2. Luka Bakar Sedang.
Derajat ringan dengan luas lebih dari 50%, derajat sedang dengan luas c15-30%, atau derajat berat dengan luas lebih dari 2 % perlu segera dirujuk ke rumah sakit dengan menutupi bagian yang terkena panas.
3. Luka bakar berat.
Lebih parah dan lebih luas dari kondisi luka bakar sedang, segera rujuk ke rumah sakit yang lengkap.
Obat-obatan yang diperlukan pada luka bakar, terutama bila permukaan kulit terbuka, adalah anti infeksi yang diberikan secara oles/topikal untuk mencegah kemungkinan terinfeksi. Hal lain yang perlu diperhatikan karena dapat mengancam korban luka bakar adalah kehilangan cairan tubuh (dehidrasi), karena permukaan kulit yang rusak, infeksi, cacat tubuh karena adanya jaringan parut akibat luka bakar (kontraktur). Untuk luka bakar karena zat kimia perlu penatalaksanaan khusus, secara umum luka bakar dialiri air dingin lebih lama ( 20 - 30 menit ), tutup dengan kain halus, dan rujuk ke rumah sakit.
c.Terkilir, Lepas Sendi, dan Patah Tulang
Keadaan ini sering terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Cara mengatasi terkilir, pertama dilakukan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan sendi, kemudian dilakukan pembalutan ketat dua lapis untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan. Istirahatkan sampai bengkaknya hilang. Lepas sendi (luxasio) sering terjadi pada usia lanjut, terutama sendi mandibula. Penatalaksanaan lepas sendi harus dilakukan di rumah sakit oleh ahli ortopedi untuk mengembalikan sendi ke posisi normal. Patah tulang (fracture) dapat tertutup dapat terbuka. Patah tulang terbuka terjadi jika salah satu ujung tulang keluar permukaan kulit sehingga menimbulkan luka. Patah tulang yang banyak terjadi dalam rumah tangga karena jatuh dari atap, dari pohon, atau terpeleset. Pada wanita usia lanjut banyak terjadi patah tulang di leher tulang paha ( colum femur ). Penatalaksanaan patah tulang dilakukan di rumah sakit. Namun demikian, sebelum dirujuk ke rumah sakit dapat dilakukan pertolongan pertama sebagai berikut: korban dibaringkan, bagian tulang yang diperkirakan patah diistirahatkan, jangan sampai bergerak. Untuk itu harus dilakukan pembidaian. Prinsip pembidaian adalah "mematikan" dua persendian yang membatasi bagian tulang yang patah. Pembidaian dilakukan agar bagian yang patah tidak bergerak atau bergeser. Pada patah tulang terbuka selain tindakan seperti di atas, perdarahan dihentikan dan luka ditutupi dengan kain steril atau kain bersih agar tidak terkontaminasi bakteri. Selanjutnya dirujuk ke rumah sakit. Pada fraktur terbuka tidak boleh menarik atau membetulkan bagian yang patah dan/atau memasukan ujung tulang yang mencuat keluar.
d.Mimisan atau Perdarahan Hidung.
Kejadian ini sering terjadi pada anak-anak, baik karena dikorek-korek atau karena hal lain (demam). Cara mengatasi yang paling mudah dengan mendudukkan anak agak menunduk, cuping hidung kanan kiri dipencet bersamaan, dan bernapas melalui mulut. Tunggu sampai 10 menit. Bila darah masih keluar, segera rujuk ke rumah sakit. Penggunaan cara tradisional dengan daun sirih, dapat membantu menghentikan perdarahan karena daun sirih mengandung zat yang menyempitkan pembuluh darah.
1.Pingsan (syncope)
Pingsan adalah suatu keadaan seseorang kehilangan kesadarannya. Hal ini sering terjadi karena kondisi fisik ataupun mental tidak baik. Cara mengatasi keadaan ini, sebelum melakukan tindakan perhatikan pernapasannya. Bila masih bernapas segera baringkan dengan posisi kepala lebih rendah dari dada dan kaki, pakaian yang kencang dilonggarkan. Badan dihangatkan. Pingsan karena kejiwaan agak sulit ditangani sebab biasanya disertai kejang ( misal dalam keadaan histeris ). Bila tidak bernapas, raba nadinya, bila tidak teraba, lakukan resusitasi jantung paru. Bila tidak dapat segera rujuk ke rumah sakit
2.Benda asing
Benda asing adalah benda yang tidak biasa di dalam tubuh, seperti duri menusuk dan tertinggal dalam kulit, biji-bijian yang dimasukkan ke dalam hidung telinga, telinga kemasukan serangga, dan saluran napas tersumbat makanan. Kejadian yang sering dijumpai adalah anak-anak yang memasukkan benda asing ke lubang hidung. Cara mengatasinya, bila benda asing tidak terlalu besar, diusahakan untuk bersin. Caranya dengan mencium bubuk merica. Jika dengan cara tersebut tidak berhasil segera dirujuk ke rumah sakit. Jangan mengkorek atau menyemprot dengan air karena hal ini dapat memperparah keadaan atau benda asing semakin dalam.
Jika ditemukan benda asing di telinga, misalnya serangga harus dikeluarkan dengan meneteskan minyak mineral (gliserin/parafin cair) atau obat tetes telinga, kemudian miringkan dan amati benda asing tersebut keluar atau tidak. Bila tidak keluar, jangan melakukan tindakan apapun sebab dapat merusak saluran atau selaput kendang telinga. Benda asing di mata, prinsip jangan menggosok-gosok kelopak mata. Bila ada darah segera rujuk ke rumah sakit. Bila debu yang halus, dapat dilakukan dengan membalik kelopak mata, dengan ujung kapas atau saputangan yang dibasahi ambil debu yang ada di mata. Dapat juga dilakukan dengan gelas pencuci mata, atau dengan mengaliri air bersih. Bila benda asing menancap pada selaput lendir bola mata, segera rujuk kerumah sakit. Benda asing dikulit, misal duri, bila ujung duri masih teraba cabut dengan alat penjepit yang telah dibersihkan/disucihamakan. Bila halus, duri bambu/kaktus/ulat bulu, dapat dengan cara menempelkan plester pada kulit yang tercancap duri halus, kemudian plester dicabut dengan cepat. Lakukan berulang-ulang sampai duri/bulu halus tercabut semua. Bila Benda asing masuk ke dalam tenggorokan, sehingga menyumbat saluran nafas, perlu dilakukan tindakan yang cepat dan segera. Pada bayi dengan cara mengangkat kedua kaki dan tepuk punggungnya. Pada anak-anak, dengan cara tengkurupkan pada lutut, atau kursi yang dibalik tepuk punggungnya. Pada anak yang besar atau dewasa dengan metode Heimlich. Bila tidak berhasil segera rujuk ke rumah sakit. Duri ikan yang tercancap ditenggorokan dapat diatasi dengan menelan bakpao, atau nasi/ketan yang dikepal kemudian ditelan. Bila tidak berhasil rujuk ke rumah sakit.
3.Keracunan.
Dalam rumah tangga keracunan dapat terjadi karena makanan/minuman misal keracunan singkong, bongkrek, jengkol, minuman lapen atau karena zat kimia seperti baygon, pemutih, racun tikus, dan lainnya. Keracunanan makanan dan minuman ditandai dengan gangguan saluran cerna, mual, muntah, sampai diare, kepala berputar-putar, pada keadaan yang berat dapat terjadi gangguan gangguan pernapasan dan dapat meninggal dunia, misalnya kejadian keracunan bongkrek di daerah Banyumas. Khusus untuk keracunan karena makan jengkol, ditandai dengan gangguan saluran kemih, berupa nyeri dan air seni sedikit. Cara mengatasi secara umum, bila baru terjadi dan korban masih sadar, dengan mengeluarkan bahan makanan dari lambung dengan memacu muntah. Caranya dengan mengorek tenggorokan dengan jari. Bila tidak sadar segera rujuk ke rumah sakit, apalagi telah muncul tanda kebiruan (sianotis) pada daerah-daerah ujung jari dan bibir. Untuk mengatasi keracunan kimiawi diperlukan penatalaksanaan khusus dan hanya dilakukan di rumah sakit. Akan sangat menolong bila korban yang dirujuk ke rumah sakit disertai dengan zat racun yang diminum/dimakan. Beberapa cara tradisional yang dilakukan dengan minum air kelapa muda dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan bila korban sadar. Jangan sekali-kali memasukkan makanan-minuman melalui mulut pada keadaan pasien tidak sadar.
e.Gigitan hewan, Sengatan Serangga dan Racun dari Tumbuh-tumbuhan.
Kejadian gigitan/sengatan dari hewan maupun tumbuhan dapat terjadi pada rumah tangga. Mulai dari hewan kecil, seperti tungau, pinjal, lebah, nyamuk, kaki seribu, kelabang, sampai ular, anjing. Akibat yang nyata terlihat adanya perlukaan pada kulit dan adanya tanda peradangan ( merah bengkak, sakit/nyeri ). Pada kondisi yang lebih buruk dapat terjadi kekakuan / kelumpuhan bagian yang terluka. Khusus pada gigitan ular yang beracun ada dua lubang bekas masuknya taring ular berbisa. Cara mengatasi gigitan hewan ( anjing, kucing, kera ) korban ditenangkan luka dicuci dengan air bersih dan sabun, beri antiseptik balut, dan rujuk ke rumah sakit. Bila ada perdarahan hentikan perdarahan dengan cara seperti luka potong atau luka sayat. Jika luka karena sengatan serangga, segera lepas serangga dari tempat gigitannya, dengan menggunakan minyak pelumas, atau terpentin atau minyak cat kuku. Setelah terlepas (kepala dan tubuh serangga) luka dibersihkan dengan sabun dan diolesi calamine atau krim antihistamin. Bila tersengat lebah, ambil sengatnya dengan jarum halus, bersihkan dan oleskan krim antihistamin atau kompres es bagian yang tersengat. Bila menunjukkan adanya tanda-tanda membahayakan, seperti kepala berputar-putar, mual-muntah, pucat apalagi sampai sesak napas, segera rujuk ke rumah sakit. Sementara, penanganan gigitan ular beracun dengan melakukan torniquet antara bekas gigitan dengan jantung, istirahatkan bagian yang tergigit, seperti kita menangani patah tulang. Rujuk ke rumah sakit. Jangan melakukan sayatan silang dan menghisap darah dari luka sayatan tersebut, sebab selain membahayakan diri bagi yang menghisap darah, juga akan menimbulkan luka infeksi pada korban.
2.Pengelolaan Obat dalam Rumah Tangga
Kita telah minum obat, mengoleskan obat, bahkan mendapat suntikan obat. Apa sebenarnya obat itu? Obat adalah suatu senyawa/bahan kimia yang berasal dari luar tubuh dan akan mengakibatkan perubahan fungsi biologi jaringan atau organ jika masuk ke dalam tubuh manusia. Tujuan meminum obat adalah untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit. Untuk mencapai tujuan pengobatan dan penatalaksanaan kejadian-kejadian di rumah tangga, perlu disediakan obat sederhana. Walaupun obat yang tersedia sederhana, namun perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan yang tidak baik selain menyebabkan biaya terbuang percuma juga dapat membahayakan jiwa. Salah satu contoh seorang intelektual meninggal dunia karena meminum racun serangga yang diletakkan di tempat menyimpan obat. Secara umum pengelolaan obat di rumah tangga mencakup jenis obat dan alat kesehatan yang harus tersedia; jumlah yang harus disediakan; dimana membelinya; cara menyimpannya; cara mengetahui obat yang rusak; dan cara penggunaan yang benar. Pengelolaan obat di rumah tangga dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga karena yang paling sering tinggal di rumah, mengenal seisi rumah, dan yang pasti seorang ibu sangat peka terhadap kesehatan seisi rumah. Penyediaan obat tidak harus selengkap di rumah sakit, tetapi cukup untuk mengatasi keadaan darurat rumah tangga. Obat-obat yang harus tersedia dapat dikelompokkan sebagai berikut obat-obat luar, obat-obat yang dibeli sendiri, dan obat-obat khusus yang didapat dari resep dokter. Ketiga golongan obat harus jelas dan disimpan dalam tempat yang terpisah.Pengelompokan yang paling mudah adalah dengan memisahkan obat luar dengan obat yang diminum. Obat yang diminum untuk bayi dipisahkan dari obat anak dan obat untuk dewasa. Cara pemisahan ini minimal dapat mencegah salah penggunaan.
a. Jenis Obat dan Alat Kesehatan yang Perlu Tersedia
Jenis persediaan obat dan alat kesehatan di rumah tangga sangat tergantung pada kejadian yang sering dialami di rumah tangga, misalnya demam, anak kejang (stuip), dan perlukaan. Obat dan alat kesehatan yang disediakan harus berkaitan dengan hal tersebut. Secara umum berdasar angka kejadian obat dan alat kesehatan yang perlu disediakan adalah obat batuk ( anak dan dewasa ): Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP), tablet antibatuk; obat sakit perut/diare: oralit, carbon adsorbent (norit®), tablet maag; obat pengurang rasa nyeri/demam: parasetamol sirup dan tablet, aspirin tablet (khusus dewasa); obat untuk alergi: ctm, dan salep antihistamin; obat anti mabuk (khusus bagi yang sering bepergian); obat yang digunakan secara topikal (dioleskan pada kulit): cairan antiseptik (mercurochrom, povidon iodine), salep/krim anti histamin, salep/krim pengurang rasa nyeri (kayu putih, minyak telon, balsern dll.), dan tetes mata. Alat kesehatan yang diperlukan di rumah tangga antara lain adalah kasa pembalut, pembalut elastis, kasa steril, plester biasa maupun yang sudah ada anti infeksinya, pembalut segitiga (mitela), peniti, pinset, termometer, dan gelas pencuci mata.
b. Jumlah yang Harus Tersedia
Jumlah obat dan alat kesehatan yang harus tersedia sangat tergantung pada situasi. Besar kecil lemari obat tergantung dari jauh tidaknya rumah dengan fasilitas kesehatan, kemudahan mencapainya, serta kejadian di rumah tangga. Kecelakaan yang sering terjadi di rumah tangga dan kesulitan mencapai fasilitas kesehatan menyebabkan ketersediaan obat dan alat kesehatan di rumah tangga harus lengkap jenis dan jumlahnya.
c. Tempat Mendapatkan Obat dan Alat Kesehatan
Pengadaan obat tidak menjadi persoalan sebab banyak toko obat/apotik yang menyediakan obat dan alat kesehatan. Usahakan membeli pada toko obat yang telah mendapat izin resmi dari departemen kesehatan (ada asisten apoteker), perhatikan kemasannya, dan mintalah petunjuk penggunaan.
d. Cara Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
Kotak/lemari obat ditempatkan pada tempat yang mudah terjangkau, namun tidak mudah dijangkau oleh anak-anak. Jangan ditempatkan di daerah yang terkena cahaya matahari langsung, hindari penempatan pada tempat yang lembab dan basah. Bahan kotak/lemari obat dapat bermacam-macam, dapat terpisah sendiri (yang ideal), dapat bersama dengan barang lain, namun harus jelas pemisahannya. Setiap obat yang disimpan harus diberi etiket/label yang jelas, nama obat, cara penggunaan, dan tanggal dibeli. Bedakan label penggunaan obat luar dan obat dalam (yang diminum). Penyimpanan yang baik dapat mencegah salah penggunaan dan mencegah kerusakan obat. Agar penyimpanan tetap baik perlu dikontrol dan dibersihkan secara periodik.
e. Obat Rusak
Penyimpanan yang baik dapat mencegah kerusakan. Obat cepat menjadi rusak bila terpapar sinar matahari, kelembaban udara, dan udara yang sangat kering. Ciri obat rusak antara lain adanya perubahan warna, bentuk ( pecah, tumbuh kristal, lembab); bila berupa sirup/campuran saat dikocok tidak tercampur, sudah lewat batas kadaluwarsa. Dalam kondisi tersebut obat harus dibuang dan jangan digunakan. Perlu diperhatikan pembuangan obat sebaiknya memperhatikan lingkungan, sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu.
f. Cara Penggunaan
Obat dapat merugikan jika digunakan secara tidak tepat. Untuk menggunakan obat secara aman ketahui aturan pakainya, dosis yang harus diminum dan frekuensi minum dalam sehari (24 jam), lama minum obat. Untuk pengobatan sendiri atau self-medication dibatasi tidak lebih dari 2 X 24 jam jika gejala tidak berkurang segera ke dokter. Jenis obat yang harus diminum sesudah makan jika obat tersebut merangsang lambung sehingga timbul rasa pedih. Hal ini terutama karena obat yang diminum bersifat asam. Dalam kondisi semacam ini memang dianjurkan meminum obat 1-2 jam sesudah makan. Obat seperti vitamin dan obat yang mengandung enzim pencernaan, sebaiknya diminum bersama makan. Obat -obat resep dokter bila tidak ada informasinya tanyakan pada dokter yang memberi resep atau pada apoteker yang memberikan obat. Dengan cara demikian penjelasan yang lengkap tentang cara menggunakan obat yang benar dan rasional didapatkan. Jika timbul gejala yang asing setelah minum obat seperti gatal, buyer, lemes, mual-muntah, ataupun diare, segeralah ke dokter/rumah sakit. Hal tersebut disebabkan timbulnya efek samping obat. Efek samping dapat terjadi pada setiap orang, berupa reaksi alergi (gatal, biduren, diare, sesak nafas atau shock), karena efek obat tersebut atau efek ikutan (ngantuk, mual, lemes). Alergi tidak dapat diduga sebelumnya, sedangkan efek ikutan obat dapat diduga sebelumnya.
Daftar Pustaka
1. Darwis, A., dkk. Buku Pedoman Pertolongan Pertama. Jakarta: Kantor Pusat PMI; 2001.
2. Dwipahasto, I; Suryawati, S; Santo, S; Pemakaian dan Pengelolaan Obat di Rumah Tangga. Yogyakarta: Lab. Farmakologi Klinik Fak Kedokteran UGM;1988.
3. Shryock, H., Modern Medical Guide. Bandung: Indonesian Publishing House; 1982.
4. Smerdon, G, P3K untuk Orang Tua. Jakarta: Arcan;1994.
BAB III
PENUTUP
Alhamdulillah, penulis telah dapat berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas Makalah ini. Semoga dengan disusunnya tugas ini akan mendatangkan manfaat bagi semua pihak. terlepas dari pihak-pihak yang memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada penulis.
Dengan penuh harapan penulis mohon saran dan kritik dalam penyusunan tugas ini, agar menjadi suatu pengalaman dalam melakukan penyusunan selanjutnya. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Guru bidang studi Olah Raga Bapak Nana yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan untuk menambah pengetahuan terhadap. P3k. (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
Langganan:
Postingan (Atom)