BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi
bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam bahasadikenal empat keterampilan
berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat
keterampilan tersebut salah satu pemerolehan bahasa yang diperoleh anak dimulai
dari keterampilan mendengar dan dilanjutkan pada keterampilan berbicara. Kedua
keterampilan itu pemerolehannya dari lingkungan keluarga. Keterampilan selanjutnya adalah membaca dan
menulis. Kedua keterampilan itu diperoleh anak pada pendidikan formal atau di
sekolah.
Keterampilan
mendengar salah satu alat komunikasi
yang sangat penting dimiliki setiap
orang terutama dalam menjalankan kontak sosial dengan orang lain. Kepandaian
mendengar tidak terbatas hanya dalam pengertian pandai atau terampil saja,
melainkan kepandaian itu harus dikaitkan dengan
sopan santun dan sesuai dengan
tatacara atau tatanilai yang kita anut sebagai bangsa yang memiliki moral agama
dan moral kebangsaan.
Untuk
mendapatkan hasil yang baik dalam keterampilan mendengarkan maka dalam
pembelajaran bahasa Indonesia harus diajarkan secara baik sesuai dengan standar
isi. Keberhasilan guru dalam
pembelajaran mendengarkan sangat
ditentukan oleh kompetensi atau kemampuan guru, diantaranya harus menguasai
teori atau konsep mendengarkan, metodologi atau teknik pembelajaran mendengarkan, media,
dan penilaian pembelajaran mendengarkan. Dengan mempunyai kompetensi tersebut, maka guru dalam melakukan proses
belajar mengajar dapat mengarahkan siswa
dengan baik.
Agar
proses pembelajaran mendengarkan
berhasil dengan baik, selain menguasai proses belajar mengajar, seorang guru juga harus dapat memilih bahan.
Bahan atau materi di dalam pembelajaran mendengarkan diharapkan haruslah aktual
artinya bahan yang sedang ramai dibicarakan baik di masyarakat ataupun melalui
media elektronik dan sesuai dengan usia siswa.. Apabila bahannya menarik, maka siswa akan tertarik untuk mendengarkannya.
Kedudukan
pembelajaran mendengarkan dalam
Kurikulum Tingkat Satua Pendidikan (KTSP)
sudah sama kedudukannya dengan aspek
berbicara, membaca, menulis.
Dalam pembelajarannya sama dengan kurikulum sebelumnya dilakukan secara terpadu
atau terintegrasi dengan mata pelajaran
lainnya (lintas kurikulum). Selain itu mendengarkan dalam KTSP yang diutamakan
adalah bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan baik
dari kemampuan berbahasa maupun
bersastra. Jadi bukan pada kemampuan teori mendengarkan karena siswa diharapkan mampu mendengarkan bukan disiapkan
menjadi ahli dalam bidang bahasa. Oleh sebab itu, guru dituntut selain memahami konsep atau teori
juga harus menguasai bagaimana proses pembelajarannya. Untuk menguasai proses
pembelajaran mendengarkan guru perlu
memahami apa sesungguhnya mendengarkan dan bagaimana mendengarkan itu
diajarkan.
B. Alokasi Waktu
Adapun
waktu dan skenario pembelajaran yang
digunakan dalam pembahasan modul suplemen ini adalah 4 jam dengan rincian sebagai berikut.
No.
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
10 menit
20 menit
4X45 menit
3X45 menit
5X45 menit
10 menit
5 menit
|
Pendahuluan
Apersepsi
(Tanya jawab tentang materi yang ada kaitannya dengan konsep dan pembelajaran
yang telah dilaksanakan di sekolah).
Penyampaian konsep
dan pembelajaran mendengarkan.
Rancangan
pembelajaran mendengarkan
Penugasan
(Secara berkelompok/perorangan membuat silabus pembelajaran mendengarkan).
a. Berlatih pembelajaran mendengarkan berdasarkan
silabus yang telah dibuat.
b.
Mengomentari hasil latihan.
Menyimpulkan
hasil kegiatan
Refleksi
|
C. Tujuan
Sesuai dengan dasar-dasar kompetensi yang perlu dimiliki
dan dikembangkan oleh guru Sekolah Menengah Pertama, modul ini bertujuan agar
guru memiliki dan mampu mengembangkan:
1. Memahami konsep mendengarkan
2.
Mampu menjelaskan konsep pembelajaran mendengarkan
3.
Mampu merancang pembelajaran mendengarkan.
D. Sasaran
Sasaran
penulisan modul ini adalah guru SMP yang berada di MGMP dari 16 propinsi dan 75
kebupaten yang bergabung dalam program BERMUTU.
BAB II
MATERI
PEMBELAJARAN MENDENGARKAN
Mendengarkan
merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan
pembelajaran bahasa, kita menjumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak.
Namun, dalam mengartikannya sering muncul perbedaan pendapat. Untuk itu perlu
kita beri penekanan arti dari
masing-masing kata tersebut.
Mendengar adalah kegiatan manangkap bunyi secara tidak sengaja
(secara kebetulan saja).
Contoh: Ketika sedang
belajar, saya mendengar piring
jatuh. Saya menoleh ke arah
suara itu, kemudian saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 12)
Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan
disengaja tetapi belum memahami.
Contoh: Kartika sedang
belajar di kamar, saya mendengarkan lagu kesenangan saya yang disiarkan
melalui radio. Kemudian, saya sejenak berhenti belajar untuk menikmati lagu
tersebut sampai selesai. Setelah selesai, saya melanjutkan belajar kembali.
(Tarigan: 14)
Menyimak adalah proses
menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami,
diinterpretasi, diapresiasi, dievaluasi,
ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
Contoh: Setiap hari Selasa pukul 18.30 WIB, saya
mendengarkan siaran pembinaan bahasa Indonesia yang disiarkan melalui TVRI. Sebelum
siaran dimulai, saya menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat hal-hal yang
saya anggap penting. Saat siaran berlangsung, sesekali saya mencatat dan
mengangguk-anggukan kepala bahwa saya memahami pembicaraan yang berlangsung.
Setelah selesai, saya merasa puas bahwa persoalan yang saya hadapi selama ini
telah terjawab. (Tarigan: 15)
Tujuan Mendengarkan
Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada pembicara dan ada pula pendengarnya.
Dalam mendengarkan seseorang selalu mempunyai tujuan. Menurut Hunt dalam HG Tarigan (1981: 14), tujuan mendengarkan
ada empat yaitu:
a.
untuk memperoleh informasi yang ada hubungan dengan profesi.
b.
agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.
c.untuk
mengumpulkan data dalam membuat keputusan.
d.
memberikan
respon yang tepat.
Menurut Logan dalam HG Tarigan (1972: 42) tujuan
orang dalam mendengarkan ada beberapa hal yaitu:
a.
Untuk
memperoleh pengetahuan atau mendengarkan untuk belajar.
Hal ini didapatkan dari nara sumber langsung atau melalui audio visual.
b.
Menikmati
keindahan audio
Ini didapatkan dari apa yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
c.Mengevaluasi
Dalam
mengevaluasi, para penyimak ingin mengevaluasi apa yang disimak itu benar,
tidak benar, jelek, logis, dan tidak logis.
d.
Mengapresiasi bahan simakan
Dalam mendengarkan ada orang mendengarkan
dengan maksud dan tujuan agar dapat menikmati serta menghargai apa yang
disimak.
e.
Mengkomunikasikan ide-ide sendiri
Ada
orang yang mendengarkan dengan maksud agar dia dapat
mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan,
maupun perasaannya
kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f.
Membedakan bunyi-bunyi
Dalam membedakan bunyi ini, biasanya ketika
orang belajar bahasa asing.
g.
Memecahkan masalah
Biasanya penyimak mempunyai masalah yang
sedang dihadapi.
h.
Untuk meyakinkan
Seseorang mendengarkan
dengan tekun karena untuk
meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan mendengarkan dari seseorang tidaklah sama dan ini sesuai dengan apa yang
dibutuhkan mulai dari memperoleh
informasi sampai pada pemecahan masalah.
Tujuan Mendengarkan dalam Kurikulum Satuan Pendidikan
Dalam KTSP pembelajaran mendengarkan
dapat dilihat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar sedangkan
pengembangan indikator diserahkan pada guru
sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah masing-masing. Pada saat
mengembangkan kompetensi dasar, guru
dapat memilih salah satu kompetensi dasar apakah mendengarkan dari segi
kemampuan berbahasa ataupun mendengarkan dari segi sastra. Yang membedakan
kedua kemampuan ini adalah bahan ajarnya
dan fokus kompetensi yang mau dicapai yaitu ilmu bahasa atau ilmu sastra. Ada beberapa tujuan
dan standar kompetensi pembelajaran
mendengarkan yang perlu diperhatikan guru
dalam KTSP yaitu;.
a.
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan
etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
b.
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
c.
Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan
d.
Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial
e.
Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f.
Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Jenis-Jenis Mendengarkan
Berikut
ini dibahas jenis-jenis mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan
yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan
situasinya. Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan
menjadi dua jenis yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan
intensif. Kedua jenis mendengarkan ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu
tampak dalam prosesnya. Adapun jenis mendengarkan yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
Mendengarkan
ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar,
pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan mendengarkan ekstensif:
1)
Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya
seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan
percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara
tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh
suara tersebut.
2)
Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial dilakukan oleh masyarakat dalam
kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan
sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada factor status sosial, dan
tingkatan dalam masyarakat.
3)
Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika sering disebut mendengarkan
apresiatif. Mendengarkan estetika ialah kegaiatan mendengarkan untuk menikmati
dan menghayati sesuatu, misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, mendengarkan
rekaman drama, mendengarkan cerita, mendengarkan syair lagu, dan sebagainya.
4)
Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang
dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya; dalam kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarkan
bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir
menggunakan bahasa daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut
dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat
menggunakan bahasa dengan baik.
Mendengarkan intensif merupakan kegiatan mendengarkan
yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk
menangkap makna yang dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada dua hal yang
perlu diperhatikan yaitu ciri mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan
intensif.
Ciri-Ciri
Mendengarkan Intensif
Menurut
(Kamidjan dan Suyono, 2002: 12) dalam mendengarkan intensif ada beberapa ciri
yang harus diperhatikan yaitu:
a.
Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek.
Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan.
Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada
dasarnya orang melakukan kegiatan mendengarkan intensif bertujuan untuk
memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan
ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan
intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
b. Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua
perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek.
Dalam mendengarkan intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang
disimak.
Agar mendengarkan
dapat dilakukan dengan konsentrasi yang
tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga
pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c)
perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu
menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan mendengarkan, baik
internal maupun eksternal.
c. Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi
formal (resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya. Bahasa
yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang
lebih menekankan pada makna.
d.
Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan
simakan
Reproduksi ialah kegiatan
mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b)
lisan (berbicara).
Reproduksi
dilakukan setelah mendengarkan. Fungsi reproduksi antara lain: (a) mengukur
kemampuan integratif antara mendengarkan dengan berbicara, (b) untuk mengukur
kemampuan integratif antara mendengarkan
dengan menulis atau mengarang, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan
(d) untuk mengetahui timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.
Jenis-Jenis Mendengarkan Intensif
Setelah
kita mempelajari ciri-ciri mendengarkan intensif, sekarang akan dibahas jenis-jenis mendengarkan intensif.
Jenis-jenis mendengarkan intensif adalah mendengarkan kritis, mendengarkan
konsentratif, mendengarkan eksploratif, mendengarkan
interogatif, mendengarkan selektif, dan mendengarkan kreatif (HG. Tarigan,
1983; 42)
.a Mendengarkan kritis
Mendengarkan kritis ialah kegiatan mendengarkan
yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara
objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta
kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan kritis:
(a) mengamati ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan
“mengapa mendengarkan”, (c) dapatkah mendengarkan membedakan antara fakta dan
opini dalam mendengarkan, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil
mendengarkan, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan
majas dalam kegaiatan mendengarkan. (Kamidjan, 2002: 13).
b. Mendengarkan konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah
kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh
pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan.
Kegiatan
mendengarkan konsentratif bertujuan untuk: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk,
misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran, (b) mencari hubungan
antarunsur dalam mendengarkan, misalnya; unsur-unsur dalam bahasa, (c) mencari
hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, (d) mencari hal-hal
penting dalam kegiatan mendengarkan, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan mendengarkan,
dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak. Kamidjan, 2002:
14)
c. Mendengarkan eksploratif
Mendengarkan
eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian
untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, penyimak;
(a) menemukan gagasan baru, (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan
dari bidang tertentu, (c) penyimak dapat menemukan topik-topik baru yang dapat
dikembangkan pada masa yang akan datang, (d) penyimak dapat menemukan unsur-unsur
bahasa yang bersifat baru.
d. Mendengarkan interogatif
Mendengarkan interogatif ialah
kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi
tersebut.
Kegiatan
mendengarkan interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat fakta-fakta
dari pembicara, (b) mendengarkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi
sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan informasi apakah
bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
e. Mendengarkan selektif
Mendengarkan selektif ialah kegiatan
mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus untuk mengenal
bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase,
kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari.
Mendengarkan
selektif mempunyai ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan mendengarkan
yang lain. Adapun ciri mendengarkan selektif ialah: (a) mendengarkan dengan
seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) mendengarkan
dengan memperhatikan topik-topik tertentu,
(c) mendengarkan dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
f. Mendengarkan kreatif
Mendengarkan kreatif ialah kegaiatan mendengarkan yang
bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas belajar.
Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) menirukan lafal atau
bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya; bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan
sebagainya, (b) penyimak dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara,
namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) penyimak dapat
merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) penyimak dapat
menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
Tahap-Tahap
Mendengarkan
Dalam
proses mendengar, mendengar dilakukan
secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil mendengarkan
yang tujuannya akhirnya apakah si penyimak memahami apa yang telah disampaikan.
Berikut
ini tahap-tahap dalam mendengarkan menurut
(Tarigan: 1990: 58) ada lima yaitu:
a. Tahap
mendengar
Tahap mendengar merupakan proses yang dilakukan oleh
pembicara dalam ujaran atau pembicaraan, hal ini barulah tahap mendengar
atau berada dalam tahap hearing.
b. Tahap memahami
Setelah proses mendengarkan pembicaraan disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu
dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.
c. Tahap
menginterpretasi
Pendengar yang baik, cermat, dan
teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara
tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan
isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.
d. Tahap
mengevaluasi
Tahap mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam
kegiatan mendengarkan. Pendengar menerima pesan, ide, dan pendapat yang
disampaikan oleh pembicara maka pendengar pun pada tahap terakhir ini
menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dalam Mendengarkan
Dalam
keberhasilan mendengarkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Hunt dalam
HG Tarigan (1981: 19-20) mengemukakan.
a. Sikap
b.
Motivasi
c.
Pribadi
d.
Situasi kehidupan
e.
Peranan dalam masyarakat.
Sedangkan HG Tarigan; 1986: 99-107,
mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mendengarkan adalah
sebagai berikut.
a. Faktor
Fisik
Pada waktu mendengarkan faktor fisik
adalah faktor penting yang turut menentukan kefektifan dalam mendengarkan. Di sekolah guru hendaklah
dengan cermat dan teliti menyiapkan suasana
belajar yang tidak mudah
mendatangkan gangguan bagi kegiatan mendengarkan
Apabila siswa ada yang bermasalah dengan telinga atau pendengaran maka siswa
tersebut duduknya harus di depan agar simakan jelas.
b. Faktor
Psikologis
Di samping faktor fisik yang telah
dikemukakan di atas ada hal yang sangat sulit diatasi yaitu faktor psikologis.
Faktor tersebut mencakup masalah antara lain:
1)
Berprasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
2)
Egois
terhadap masalah pribadi.
3)
Berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan.
4)
Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya
perhatian terhadap pokok pembicaraan.
5)
Sikap yang tidak senang terhadap pembicara.
c. Faktor
Pengalaman
Pengalaman adalah faktor yang sangat
penting dalam mendengarkan. Apabila seseorang berpengalaman dalam mendengarkan
maka bahan simakan akan dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Selain
itu kosakata yang dimiliki si penyimak pun sangat banyak dan jika menyampaikan
kembali sangatlah lancar.
d. Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia hidup
mempunyai dua sikap utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang akan bersikap
menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan
bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan
baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan
negatif.
e. Faktor
Motivasi
Motivasi
merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat
untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil
mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan. .Dalam kegiatan
mendengarkan kita melibatkan sistem penilaian kita sendiri. Kalau
kita memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan maka kita akan
bersemangat mendengarkannya.
f. Faktor Jenis
Kelamin
Gaya mendengarkan pria pada umumnya
bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau
tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan
gaya mendengarkan wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah
dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi.
g. Faktor
Lingkungan
Dalam faktor lingkungan dapat
dibagi dua yaitu (1) lingkungan fisik.
Lingkungan fisik yang penting adalah ruangan kelas yaitu sarana pendukung di antaranya
akustik. Guru harus mengarahkan dengan
jelas dan juga membangkitkan motivasi siswa agar mereka dapat mendengarkan
dengan baik. (2) Lingkungan sosial; dalam mendengarkan sebaiknya wacana yang dibacakan mendorong siswa untuk
mengalami, mengekspresikan serta mengevaluasi ide-ide yang didengarkan.
h. Faktor Peranan
dalam Masyarakat
Mendengarkan tidak terlepas dari
masyarakat dan lingkungannya. Informasi yang didapat bisa melalui radio, TV, nara sumber, dan
masyarakat sekitarnya.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi mendengarkan sangat banyak mulai dari diri sendiri sampai pada
masyarakat luas. Yang penting sebagai pendengar yang baik kita harus menghindari faktor-faktor yang
menyebabkan kita gagal dalam mendengarkan.
Konsep Pembelajaran Mendengarkan
Menurut Sagala (2003: 61) yang
dimaksud pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik. Corey dalam Sagala (2003:61) menjelaskan
bahwa konsep pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Sedangkan menurut UUSPN No,20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Mengajar adalah mengorganisasikan
aktivitas siswa dalam arti yang luas. Pembelajaran mengandung arti setiap
kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan
atau nilai yang baru. Dalam proses
pembelajaran atau pengajaran di kelas menurut Dunkin dan Biddle (1974:38) ada
empat variabel interaksi, yaitu: (1) variabel pertanda (presage variables) yaitu pendidik,(2) variabel konteks (contex variables) yaitu peserta didik, (3)
variabel proses (process variables)
yaitu berupa interaksi peserta didik dan pendidik, dan (4) variabel produk (product variable) yaitu berupa perkembangan peserta didik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Menurutnya proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik jika pendidikan mempunyai dua kompetensi utama, yaitu
(1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran
dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran.
Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan
dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasi, latar
belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya dan lain sebagainya.
Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan
modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
salah satu keterampilan yang diajarkan adalah mendengarkan. Mendengarkan adalah
keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Ini berarti
pembelajaran mendengarkan bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa
melainkan sekaligus memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan,
yaitu mendengarkan secara interaktif dan mendengarkan secara noninteraktif
(Mulyati, 2007:10) Mendengarkan interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka
dan percakapan di telepon dan sejenisnya sedangkan situasi mendengarkan
noninteraktif yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah atau mendengarkan
dalam acara-acara seremonial.
Ada tiga
tahapan proses pembelajaran mendengarkan yang dilakukan siswa. Pertama, menerima masukan auditori (auditory input). Pendengar menerima
pesan lisan, mendengar pesan saja tidak menjamin berlangsungnya pemahaman. Kedua, memperhatikan masukan auditori.
Pendengar berkonsentrasi secara fisik dan mental pada apa yang disajikan
penutur. Ketiga, menafsirkan dan
berinteraksi dengan masukan auditori. Pendengar tidak hanya mengumpulkan dan
menyimpan pesan, akan tetapi juga mengklasifikasi, membandingkan, dan
menghubungkan pesan dengan pengetahuan awal (previous knowledge).
Karakteristik
Pembelajaran Mendengarkan
Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan,
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis. Keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca bersifat
reseptif sedangkan keterampilan membaca dan menulis bersifat ekspresif. Keterampilan mendengarkan adalah kegiatan berbahasa
yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan
(dan atau pendengaran).
Pembelajaran mendengarkan dalam
pelaksanaannya mempunyai karakteristik dan tidak sama dengan keterampilan
lainnya. Pada awal pembelajaran, pembacaan materi harus dilakukan atau
diperdengarkan guru. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyerap atau memahami informasi.
Menurut Clark dan Clark,
1977:133-179) dalam proses mendengarkan
dimulai dengan menyerap rentetan bunyi bahasa (melalui syaraf sentrifugal)
diteruskan menuju otak yang disebut ”perangkat ingatan pendek” untuk diproses
dan dianalisis. Alat itu ialah pengetahuan bahasa. Apabila pemrosesan atas
rentetan bunyi bahasa (bunyi, kosakata, struktur) berhasil berarti pendengar
mengerti akan makna pesan atau isi informasi yang terkandung dalam rentetan
bunyi bahasa tersebut. Selanjutnya isi informasi atau pesan tadi disimpan dalam
bagian otak lain yang disebut perangkat ingatan jangka panjang. Oleh karena itu,
yang disimpan itu bukan lagi rentetan bunyi bahasa atau lambang bahasa mentah,
melainkan lambang bahasa yang telah terproses menjadi konsep.
Pembelajaran mendengarkan
dapat berhasil dengan baik apabila guru memusatkan perhatian siswa pada apa
yang akan dibacakan atau diperdengarkan. Selain itu juga siswa sambil
mendengarkan dapat membuat catatan sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Mendengarkan
Pemilihan dan pengembangan
bahan dalam pembelajaran mendengarkan disusun dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa hal. Adapun prinsip pemilihan bahan kajian tersebut
antara lain:
a.
Bahan
harus disusun dari yang mudah ke yang sukar.
b.
Dari
lingkungan yang paling dekat ke yang jauh.
c.
Dari
bahan yang sederhana menuju kepada kajian yang rumit.
d.
Dari
bahan yang sudah diketahui siswa menuju kepada bahan yang belum diketahui
siswa.
e.
Dari
bahan kajian kongkrit menuju pada kajian yang bersifat abstrak. (Sabarti: 12)
Selain bahan
kajian, hal lain yang perlu diperhatikan adalah sumber belajar. Dalam KTSP menentukan sumber belajar siswa harus
menganut prinsip keanekaan (bervariasi) dalam hal ini guru dapat mencari dari
berbagai sumber. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa sumber atau bahan yang
dapat digunakan dalam pengajaran mendengarkan yakni:
a.
Buku-buku
1) Buku-buku
pelajaran yang diwajibkan.
2) Buku
pelajaran yang pernah dipakai dan masih relevan.
3) Buku pelengkap yang disahkan oleh Departemen
Pendidikan .
4) Buku bacaan baik berupa saduran atau bukan saduran.
b. Media Cetak
1)
Surat
kabar.
2)
Majalah.
c. Media
Elektronika
1)
Radio.
2)
Kaset.
3) Televisi.
4) CD
5) DVD
Dalam menentukan
bahan yang diambil dari media elektronik
hal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesulitan penggunaan bahasa,
panjangnya materi, dan tingkat kesukaran pemahaman materi. Oleh sebab itu, sebaiknya pengggunaan bahan mulailah dari
sederhana sampai pada siswa dapat mendengarkan informasi melalui TV.
Metode
Pembelajaran Mendengarkan
Untuk
meningkatkan pengajaran mendengarkan, di
bawah ini akan dijelaskan beberapa metode pengajaran mendengarkan. Tujuannya adalah:
a.
Bagi
guru yang belum mengenal, mengetahui atau memahami maka contoh ini adalah hal
baru yang perlu dipahami.
b.
Bagi
guru yang sudah memahami atau mengetahuinya atau sudah mempraktekkannya, maka
contoh ini sebagai penyegaran kembali terhadap hal yang sudah diketahui.
Oleh sebab itu, di bawah ini dipaparkan beberapa metode yaitu
Dalam
teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan sebuah wacana singkat
(diperdengarkan cukup satu kali). Siswa mendengarkan dengan baik.
Guru menyuruh siswa mendeskripsikan
suatu benda yang diperdengarkan atau dibacakan oleh guru. Siswa mendengarkan
dengan ekun.
Guru
menyebutkan sebuah kalimat, siswa
menyebutkan kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata
atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata
yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya adalah kalimat yang sudah
diperluas dengan menambahkan kata atau kelompok kata yang telah diucapkan.
Seorang
siswa berperan sebagai Simon dan maju ke depan kelas. Setiap mengatakan Simon
berkata “Silakan duduk” siswa lain menurutinya. Tetapi apabila Simon mengatakan
“Simon” Siswa lainnya tidak boleh
mengikutinya. Kecermatan mendengarkan ucapan Simon menentukan pemberian reaksi
yang tepat atau salah. Siswa yang salah mendapat hukuman.
Bisik berantai ini dapat dilakukan
secara berkelompok atau beberapa siswa. Apabila dilakukan oleh beberapa siswa
maka guru membisikkan pada siswa pertama, siswa pertama membisikkan pada siswa
kedua dan seterusnya, siswa terakhir harus menuliskan di papan tulis atau
menyebukann kalimat tadi dengan nyaring.
Menyelesaikan
Cerita
Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3 – 4 orang. Guru
memanggil anggota kelompok pertama, misalnya kelompok 1, ke depan kelas. Kelompok tersebut disuruh
bercerita, judulnya bebas atau boleh juga ditentukan oleh guru. Setelah
bercerita, beberapa menit kemudian, guru mempersilakannya untuk duduk. Cerita
tersebut dilanjutkan oleh kelompok kedua, dan selanjutnya sampai selesai (kelompok empat).
Model ini boleh juga dilakukan dengan cara perorangan
dengan cara yang sama.
Dalam
sebuah wacana atau bacaan selalu memiliki sejumlah kata yang mengungkapkan isi
keseluruhan kalimat, paragraf atau wacana. Kata-kata yang dapat mewakili
seluruh isi tersebut disebut kata kunci
(Key word).
Dalam mendengarkan suatu kalimat,
paragraf atau wacana, kita tidak perlu menangkap semua kata-kata tetapi cukup
diingat kata-kata kunci yang merupakan inti dari pembicaraan karena melalui
kata-kata kuncilah menjadi kalimat-kalimat yang utuh sehingga sampai pada bahan
simakan yang mempunyai makna yang lengkap.
Dalam sebuah wacana terdiri dari
beberapa paragraf. Setiap paragraf minimal mengandung dua unsur yaitu kalimat
topik dan kalimat pengembang. Kalimat
topik bisa terdapat di awal, tengah dan
akhir paragraf
Mendengarkan bahan simakan yang agak
panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah melalui
menyingkat atau merangkum. Menyingkat atau merangkum berarti merangkum
bahan yang panjang menjadi sesedikit
mungkin. Namun, kalimat yang singkat tersebut dapat mewakili kalimat yang
panjang.
Suatu cara yang digunakan orang dalam
memahami isi puisi adalah dengan cara mengutakan isi puisi dengan kata-kata
sendiri dalam bentuk prosa. Puisi
yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Setelah
selesai, siswa mengutakan kembali dalam bentuk prosa.
Menjawab
Pertanyaan
Cara
lain untuk mengajarkan mendengarkan yang efektif ialah melalui latihan dengan
menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa,
di mana, mana, dan bilamana yang diajukan sesuai dengan bahan simakan.
Media pembelajaran pada dasarnya
merupakan alat bantu yang dapat mempermudah pembelajaran. Gange (1978)
mengatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Heinich dan Russel (1989)
mengartikan media sebagai sebuah saluran untuk komunikasi yang berasal dari
bahasa Latin yang berarti ”antara” yang digunakan untuk menyalurkan informasi
antara pengirim dan peneriman. Dari batasan di atas dapat dirumuskan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada diri siswa.
Dalam pembelajaran mendengarkan,
media pembelajaran dapat berupa guru atau elektronik misalnya, membacakan
pidato atau laporan, maka media yang digunakan adalah media guru. Guru harus
membacakannya dengan tepat dengan memperhatikan kejelasan suara, ucapan, lafal,
intonasi, dan jeda. Selain media guru, tape recorder, TV, dan VCD dapat
digunakan sebagai media mendengarkan. Dari beberapa media di atas, tingkat keberhasilan dalam mendengarkan adalah dengan menggunakan
media Tape Recorder, TV dan VCD karena selain mendengarkan informasi si penyimak juga dalam mendengarkan
dibantu oleh gambar. Fungsi gambar tersebut adalah memperjelas pemahaman siswa
dalam memahami informasi yang disimak.
Dari penjelasan di atas, maka dapat
simpulkan bahwa fungsi media dalam pembelajaran mendengarkan sangatlah penting.
Dengan menggunakan media siswa akan tertarik dan mudah dalam memahami
informasi.
Berkaitan dengan penjelasan di atas,
berikut dikemukakan beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran mendengarkan. Menurut Sumadi (2001, 35-36),
mengatakan prinsip untuk menentukan media dalam bahasa adalah sebagai berikut.
a.
Fungsional
Cocok dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan dan
benar-benar menunjang ketercapaian tersebut.
b. Tersedia
Media
yang akan digunakan ada dan sudah disiapkan.
c. Murah
Media
yang digunakan tidak harus mahal tetapi terjangkau dan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
d. Manarik
Media
yang digunakan adalah media menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Setidaknya ada beberapa kriteria untuk menentukan media yang menarik bagi siswa
yaitu: (1) sesuai dengan kebutuhan siswa, (2) sesuai dengan dunia siswa, (3)
baru, dan (4) menantang.
Di
bawah ini contoh media pembelajaran yang dapat digunakan dalam mendengarkan
sesuai dengan Kompetensi Dasar.
No.
|
Kelas/Semester
|
Kompetensi Dasar
|
Media
|
1.
|
VII/1
|
1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam
beberapa kalimat
|
Guru, Tape Recorder, TV, CD, DVD
|
2.
|
VII/1
|
5.1 Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng
yang diperdengarkan
|
Guru, Tape Recorder, CD, DVD
|
3.
|
VII/2
|
9.1 Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan
gagasan seorang tokoh/narasumber
yang disampaikan dalam wawancara
|
Tape Recorder,
CD, DVD
|
4.
|
VII/2
|
13.1 Menanggapi cara pembacaan
puisi
|
Guru, DVD, CD, Tape Recorder
|
5.
|
VIII/1
|
1.2 Menanggapi isi laporan
|
Guru, Tape Recorder, CD, DVD
|
6.
|
VIII/1
|
5.1 Menanggapi unsur pementasan drama
|
CD, DVD
|
7.
|
VIII/2
|
9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana,
kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan atau ditonton melalui radio/televisi
|
Guru, Tape Recorder, CD, DVD
|
8.
|
VIII/2
|
13.1 Mengidentifikasi karakter
tokoh novel remaja (asli atau
terjemahan) yang dibacakan
|
Guru
|
9.
|
IX/1
|
1.1 Menyimpulkan isi dialog
interaktif beberapa narasumber pada tayangan televisi/siaran radio
|
TV, Radio, Tape Recorder, CD, DVD
|
10.
|
IX/1
|
5.1 Menemukan tema dan pesan syair yang diperdengarkan
|
Guru, Tape
Recorder, DVD
|
11.
|
IX/2
|
9.1 Menyimpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah
yang didengar
|
Guru, tape
Recorder, DVD, TV
|
12.
|
IX/2
|
13.1 Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang dibacakan
|
Guru, Tape
Recorder
|
Sesuai dengan namanya tes
mendengarkan, bahan tes yang diujikan disampaikan secara lisan dan
diterima siswa melalui sarana
pendengaran.
.Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penilaian mendengarkan dapat dilakukan dengan
berbagai cara.
a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan mendengarkan pada
tingkat ingatan untuk mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang
terdapat dalam wacana yang diperdengarkan, dapat bberupa nama, peristiwa,
angka, dan tahun. Tes bisa berbentuk tes
objektif isian singkat atau pilihan ganda.
2. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut
siswa ubtuk memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang
dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antaride, antarfaktor,
antarkejadian, hubungan sebab akibat. Akan tetapi kemampuan pemahaman pada
tingkat pemahaman (C 2) ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif
tingkat tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat yang sederhana. Dengan
kata lain, butir-butir tes tingkat ini
belum sulit.
3. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan
mendengarkan yang dapat dikategorikan tes tingkat penerapan adalah butir tes
yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai
alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas.
4. Tingkat Analisis
Tes kemampuan mendengarkan pada
tingkat analisis pada hakikatnya juga merupakan tes untuk memahami informasi
dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi,
untuk memahami informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban
yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan
analisis wacana, jawaban yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan
demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir
tes pada tingkat pemahaman.
Analisis yang dilakukan berupa
analisis detail-detail informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan
tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan
lain-lain.
Menurut Power dalam Safari ( 1997: 61) ada tiga jenis pertanyaan pemahaman dalam
ujian mendengarkan yaitu:
Siswa memlih satu
pertanyaan yang sama maksudnya dengan pernyataan yang didengar. Didengarkan
percakapan singkat dari dua orang kemudian ditanyakan tentang isi percakapan
yang telah diperdengarkan (pernyataan hanya diperdengarkan satu kali).
Didengarkan
pidato/percakapan/bacaan kemudian
ditanyakan beberapa pertanyaan dari cerita tersebut.
a. Aspek yang Dinilai
Aspek yang dinilai dalam mendengarkan
didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta
Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan di dalam Kurikulum khususnya dalam
indikator. Bagi siswa, dapat diketahui
bahwa aspek yang belum dikuasai dalam pengalaman belajar yang dikembangkan dari
indikator. Sedangkan bagi guru dapat diketahui aspek apa yang belum diajarkan pada siswa. Selain itu penilaian pembelajaran
mendengarkan ini tujuannya adalah untuk mengetahui apakah semua yang telah
dialami siswa dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan kompetensi dasar
khususnya dalam indikator.
Secara umum aspek yang dinilai dalam
pembelajaran mendengarkan adalah sebagai berikut.
1) Aspek Kebahasaan
a) Pemahaman isi
b) Kelogisan penafsiran
c) Ketepatan penangkapan isi
d) Ketahanan konsentrasi
e) Ketelitian menangkap dan
kemampuan memahami
2). Aspek Nonkebahasaan:
a) Pelaksanaan dan Sikap
b) Menghormati
c) Menghargai
d) Konsentrasi /kesungguhan
mendengarkan
e) Kritis
b. Bentuk-bentuk pertanyaan Mendengarkan
Dalam penilaian mendengarkan, guru
dapat memilih bentuk pertanyaan sebagai berikut.
a). Mengucapkan kembali (menirukan) hal yang
didengar.
Contoh: Soal :
Diperdengarkan kata “pasif”
(Siswa menirukan/menuliskan)
b). Melaksanakan petunjuk/perintah yang
diperdengarkan
Contoh: Soal: Diperdengarkan sebuah
petunjuk/perintah
“Pelajaran
di kelas dimulai pukul 7.05”.
(Siswa menuliskan)
c). Menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di
mana, bagaimana (berdasarkan pertanyaan yang didengar)
Contoh: Apakah
yang dikerjakan siswa?
d).
Menerka nama benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan deskripsi
yang disampaikan.
Contoh: Seekor binatang yang merajai hutan, bertaring dan ganas dalam
memangsa hewan tangkapan.
e).
Menerima dan menyampaikan pesan atau hal-hal penting yang diperoleh melalui
telepon.
Contoh: Sejak tanggal 21 sampai dengan 30 Oktober 2001, kami berlibur ke
Bandung.
f). Menanyakan berbagai hal berdasarkan tema atau
topik yang didengar.
Contoh: Bagaimana sifat tokoh A
dalam cerita yang kamu simak
tadi?
g) Menentukan satu diantara empat gambar (A, B,
C, D) berdasarkan karangan yang didengar.
Contoh: Setelah
diperdengarkan beberapa kata atau kalimat, siswa disuruh menunjukkan nama atau
kegiatan yang tepat berdasarkan gambar dari kata atau kalimat yang diperdengarkan.
Misal: (a) Nani makan pisang
(b) Darlis menulis surat
(c) Kakak membaca koran
(d)
Ibu menanak nasi
BAB III
RANCANGAN PEMBELAJARAN MENDENGARKAN
A. Konsep dan Landasan Hukum
Setiap kegiatan mesti ada perencanaan. Perencanaan itu ditata secara sistematis dan hierakis. Sistematika
perencanaan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah dibaca, dipahami, dan
dipedomani dalam pelaksanaan kegiatan. Hierarki kegiatan juga diurut sedemikian
rupa sehingga jelas pekerjaan yang harus didahulukan dan dikemudiankan. Khusus
untuk pembelajaran, perencanaan itu dituangkan ke dalam perangkat-perangkat
pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut pada
hakikatnya adalah instrumen atau alat dari perencanaan. Instrumen itu dapat
juga disebut sebagai bagian dari perencanaan. Pada dasarnya, aktualisasi
(tampilan) dari perencanaan pembelajaran adalah perangkat pembelajaran.
Haruskah pendidik (guru)
membuat perencanaan pembelajaran? Jawabnya, ya. Kenapa? Pendidik adalah
tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses
pembelajaran. Hal itu dilandasi oleh dasar hukum yang tegas dan jelas, yakni:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, bab
XI, pasal 39, ayat (2) menyatakan, “Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian masyarakat, tertuama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.”
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Satandar Nasional Pendidikan, bab IV, pasal 19, ayat (3) menyatakan, “Setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembeljaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.” Pada pasal
20 dinyatakan, “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian
hasil relajar.”
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22/2006 tentang Standar isi,
Nomor 23 /2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Nomor 20/2007 tentang
Standar Penilaian, dan Nomor 41/2007 tentang Standar Proses.
Perencanaan pembelajaran adalah silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran
adalah rancangan pembelajaran yang harus dibuat oleh guru. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 41/2007 tentang Standar Proses menegaskan
prinsip-prinsip penyusunan RPP seperti berikut ini.
1. Memperhatikan perbedaan individu
peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta
didik
Proses pembelajaran dirancang dengan
berpusat pada peserta
didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP
memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan
keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.
B.
Penjabaran
KD ke Indikator
Kompetensi
Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi dasar
mendengarkan adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek mendengarkan. Kompetensi dasar ini
menjadi rujukan penyusunan indikator pencapaian
kompetensi dalam pembelajaran mendengarkan.
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
Ada beberapa tahapan penjabaran kompetensi dasar ke
indikator.
1. Tahap pertama membaca dan memahami substansi kompetensi
dasar.
2. Tahap kedua menganalisis kompetensi dasar. Kompetensi
dasar jika dianalisis ditemukan dua hal di dalamnya. Kedua hal itu adalah
kompetensi dan bahan ajar. Kompetensi ditandai dengan kata kerja dan bahan ajar
ditandai dengan kata benda.
3. Tahap ketiga adalah merumuskan indikator. Indikator
dirumuskan dengan cara menjabarkan kompetensi (kata kerja) menjadi kata kerja
operasional (KKO). Kemudian dilanjutkan dengan menjabarkan bahan ajar menjadi
lebih spesifik. Perhatikan contoh berikut!
Kompetensi Dasar Mendengarkan: 1.1Menyimpulkan
isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat
Kompetensi (Kata kerja) Mendengarkan
Bahan Ajar (Kata benda): Isi berita yang dibacakan dalam
beberapa kalimat
Kata ”menyimpulkan”
diubah menjadi kata kerja operasional yang lebih khas.
C.
Tujuan
Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran menggambarkan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Proses belajar merupakan
aktifitas belajar yang menggambarkan pengalaman belajar peserta didik.
Pengalaman belajar itulah yang memungkinkannya mencapai hasil belajar. Hasil
belajar adalah capaian peserta didik setelah mengikuti aktifitas. Capaian itu
dapat berupa pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Ketika pendidik merumuskan tujuan, tentu saja proses dan hasil belajar tampil di dalam
rumusan. Selain itu, tujuan juga mengacu kepada indikator pencapaian kopetensi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Perhatikan contoh berikut!
D.
Penentuan Materi
Bahan ajar atau materi ajar adalah materi yang
harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar (Depdiknas, 2003). Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan materi pembelajaran adalah:
a.
potensi peserta didik;
b.
relevansi dengan karakteristik daerah,
c.
tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d.
kebermanfaatan bagi peserta didik;
e.
struktur keilmuan
f.
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran;
g.
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan; dan
h.
alokasi waktu.
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk
butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi. Indikator merupakan acuan untuk menentukan
materi ajar (pembelajaran). Indikator diturunkan dari kompetensi dasar. Pada
setiap kompetensi dasar ada materi pokok. Dengan demikian, di dalam penyiapan
materi ajar ada dua kategori materi yakni materi pokok dan materi ajar. Materi
pokok diturunkan dari kompetensi dasar dan materi ajar diturunkan dari
indikator.
Menurunkan materi ajar
(pembelajaran) dari indikator dilakukan dengan cara mencoret atau membendakan
kata kerja operasional yang ada pada indikator. Sisanya atau hasilnya merupakan
materi ajar (pembelajaran). Perhatikan contoh berikut ini!
Indikator
|
Materi Ajar (Pembelajaran)
|
(1) Menuliskan hal-hal penting yang terdapat dalam berita
|
Hal-hal penting yang terdapat dalam berita
(setelah
dihilangkan kata menuliskan – kata kerja)
|
(2) Mengembangkan
hal-hal penting dalam beberapa
kalimat sederhana
|
Pengembangan hal-hal penting dalam beberapa kalimat sederhana
berdasarkan hasil mendengarkan berita yang dibacakan oleh guru. (setelah kata
kerjanya diubah menjadi kata benda- mengembangkan menjadi pengembangan)
|
(3) Menyimpulkan isi berita
dalam beberapa kalimat secara tertulis
|
Simpulan isi berita dalam beberapa kalimat secara tertulis (setelah kata kerja
dibendakan)
|
E.
Penentuan
Metode
Metode pembelajaran
digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada
setiap mata pelajaran.
Banyak
metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran mendengarkan. Metode-metode itu
adalah metode langsung, metode integratif, metode konstruktivistik,
dan metode kontekstual. Konsep-konsep teoretis tentang metode ini telah dibahas
pada bab sebelumnya.
F.
Pengembangan
Langkah/ Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Ada beberapa hal
yang perlu menjadi perhatian dalam merancang kegiatan pembelajaran. Setiap
pembelajaran merupakan pengalaman peserta didik, bukan pengalaman guru.
Pengalaman itu melibatkan proses pisik dan mental, wujudnya berupa interaksi.
Interaksi bisa terjadi antasiswa, pendidik-peserta didik, peserta didik dengan
lingkungan, dan peseta didik dengan lengkungan belajar. Hal yang paling penting
adalah, setiap merumuskan langkah pembelajaran harus dimulai dari peserta
didik, bukan dari pendidik atau guru. Kegiatan tersebut dibagi atas tiga babak seperti berikut
ini.
a. Kegiatan
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Eksplorasi,
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari
informasi yang
luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam, jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi
antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya;
4)
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5)
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan.
Elaborasi,
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1)
membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2)
memfasilitasi
peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis;
3)
memberi
kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4)
memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5)
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar;
6)
rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis,
secara individual maupun kelompok;
7)
memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
8)
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk
yang dihasilkan;
9)
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan
umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai
sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan,
4) memfasilitasi
peserta didik untuk memperoleh pengalaman
yang bermakna dalam mencapai kompetensi
dasar:
5) berfungsi
sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan
bahasa yang baku dan benar;
6) membantu menyelesaikan masalah;
7) memberi
acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi
8) memberi
informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
9) memberikan
motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif.
c.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik,
dan tindaklanjut.
(contoh langkah-langkah pembelajaran dapat dilihat pada
RPP terlampir)
G.
Penentuan
Sumber dan Media
Penentuan sumber belajar didasarkan
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
Materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator merupakan fokus utama dalam
penentuan sumber belajar.
Sumber
belajar dapat berupa buku, jurnal, media massa
cetak atau elektronik, dan sumber lain yang relevan. Jika sumbernya buku,
dianjurkan buku-buku yang diyakini tingkat keabsahannya dari sudut pandang
keilmuan. Tidak dianjurkan memanfaatkan buku pelajaran siswa sebagai sumber
belajar. Begitu pula halnya dengan sumber-sumber belajar lain.
Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Contoh media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk pembelajaran mendengarkan adalah audio-visua, VCD, DVD,
Tape Recorder, TV, karya sastra, dan
sebagainya.
H.
Penilaian
Penilaian
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik. Mengumpulkan informasi tentang hasil belajar
peserta didik bertolak dari indikator pencapaian kompetensi. capaian yang
ditetapkan oleh indikator menjadi patokan untuk menetapkan teknik dan bentuk
penilaian.
Teknik
penilaian adalah prosedur formal yang dilakasanakan dalam penilaian. Teknik itu
meliputi tes dan nontes. Teknik tes tertulis misalnya akan menggunakan bentuk
penilaian seperti uraian dan pilihan ganda. Kalau teknik nontes observasi,
bentuk penilaiannya adalah pedoman observasi. Untuk pembelajaran mendengarkan
teknik dan bentuk tersebut dapat dipakai. Perhatikan contoh berikut ini.
Indikator : Menuliskan
hal-hal penting yang terdapat dalam berita
Teknik Penilaian: tes
tertulis
Bentuk Instrumen: Tuliskanlah
hal-hal penting yang terdapat dalam berita tadi (tes bentuk uraian)
Pada bagian penilaian di dalam RPP dituliskan teknik atau
prosedur penilaian, instrument penilaian, kunci atau kriteria penilaian, dan
pedoman pensekoran
I.
Rancangan
Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah
kegiatan yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Tindak lanjut itu
meliputi tiga kegiatan penting. Ketiga kegiatan itu adalah;
Kegiatan pertama adalah menganalisis tingkat ketuntasan
belajar. Ketuntasan ditentukan dengan mengacu kepada kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Dengan melihat ketuntasan akan diperoleh informasi siswa yang
tuntas dan siswa yang tidak tuntas.
Kegiatan kedua adalah menyusun rancangan program remedial
(perbaikan) untuk siswa yang tidak tuntas. Rancangan itu disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan siswa, ruang, waktu, dan tenaga yang ada.
Kegiatan ketiga adalah menyusun rancangan program
pengayaan bagi siswa yang tuntas. Program pengayaan juga disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan seperti program perbaikan.
Program perbaikan dan pengayaan disusun berdasarkan
indikator yang dirumuskan. Program perbaikan berpatokan kepada
inidkator-indikator yang belum dicapai siswa. Program pengayaan disusun berdasarkan
indikator yang telah diselesaikan. Cara berikut dapat digunakan untuk merancang
program perbaikan dan pengayaan.
No
|
KD dan Indikator
|
Ketuntasan
|
Program
|
Ket.
|
||
TT
|
TakTT
|
Pengayaan
|
Perbaikan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
Kolom 1 diisi dengan nomor urut, kolom
2 diisi dengan kompetensi dasar dan indikator yang dinaunginya. Kolom 3
diisi V jika tidak tuntas, kolom 4 diisi V jika tuntas. Kolom 5 dan 6 diisi
dengan bentuk program yang akan dilaksanakan untuk pengayaan atau perbaikan.
Bentuk-bentuk program pengayaan dan perbaikan dapat bervariasi. Guru dapat
merancangnya sesuai keadaan dan kebutuhan. Misalnya, mengadakan tatap muka
kembali, pemberian tugas, tugas mengarang, tugas membaca dan membuat laporan
bacaan, dan sebagainya
J. Contoh Rencana Pelaksanaan Ppembelajaran Mendengarkan
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri ........
Mata
Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas /
Semester/Unit : IX / 1/1
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A.
Standar Kompetensi
Memahami dialog interaktif pada tayangan
televisi / siaran radio.
B.
Kompetensi Dasar
Menyimpulkan isi dialog
interaktif beberapa narasumber pada
tayangan televisi / siaran radio.
C.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mendengarkan dialog interaktif pada
tayangan televisi/siaran radio siswa dapat:
1.
menentukan tema
dialog interaktif,
2.
menyimpulkan isi
dialog interaktif dengan alasan yang logis.
D.
Materi Pokok
Berikut ini disampaikan pokok-pokok materi
mendengarkan dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio. Secara
rinci materi disampaikan pada lampiran.
1.
Mendengarkan dialog interaktif pada tayangan
televise/siaran radio
2.
Menentukan
tema dialog interaktif
3.
Menyimpulkan isi dialog interaktif dengan alasan yang
logis
4.
Menilai kemampuan mendengarkan dialog interaktif
E.
Metode Pembelajaran
1.
Pemodelan
2.
Inquiri
3.
Konstruktivis
4.
Tanya
jawab
5.
Diskusi
Kelompok
6.
Pemetaan
Pikiran (Mind Mapping)
F.
Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah
kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
|
Waktu
|
Kegiatan awal
a.
Siswa dan guru bertanya jawab tentang siaran televisi /
radio
b.
Siswa dan guru bertanya jawab tentang kegiatan dialog
pada siaran televisi / radio
c.
Siswa menyebutkan siaran dialog yang pernah dilihat
pada televisi / radio
|
10’
|
Kegiatan Inti
a.
Siswa mendengarkan siaran rekaman atau tayangan /
siaran dialog interaktif
b.
Siswa mendiskusikan pokok-pokok dialog
c.
Siswa menentukan tema dialog (misalnya tentang
kedisiplinan, lingkungan dll)
d.
Siswa mengembangkan pokok dialog ke dalam beberapa
kalimat
e.
Siswa menyimpulkan isi dialog dengan alasan yang
logis
|
60’
|
Kegiatan Akhir
a.
Salah satu siswa mengungkapkan isi dialog secara logis
b.
Guru menegaskan hasil pembelajaran
c.
Guru menutup kegiatan pembelajaran
|
10’
|
G.
Sumber Pembelajaran
-
Contoh tayangan interaktif pada siaran televisi/radio
dari media elektronik
-
Rekaman dialog interaktif
-
Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMP
kelas IX karangan ..... halaman ....
-
LKS
H.
Penilaian
Indikator
|
Teknik
|
Bentuk
|
Instrumen
|
1. Menentukan tema dialog interaktif yang
diperdengarkan
|
Tes
|
Llisan
|
Tentukan tema dialog interaktif yang akan diperdengarkan ini !
|
2. Menentukan poko-pokok dialog
|
Tes
|
Tulisan
|
Tentukan pokok-pokok dialog yang kalian dengar!
|
3.Mengembangkan pokok dialog ke dalam beberapa kalimat
|
Tes
|
Tulisan
|
Kembangkan pokok-pokok dialog yang kalian tulis ke
dalam beberapa kalimat
|
4. Menyimpulkan isi dialog interaktif
|
Tes
|
Lisan
|
Berdasarkan pemetaan pikiranmu, Simpulkan isi dialog
yang kamu dengar !
|
a. Tentukan tema dialog
interaktif yang akan diperdengarkan ini
!
Pedoman penskoran : Bobot 2
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Bobot
|
|
2
1
0
|
|
Tentukan pokok-pokok dialog yang
kalian dengar
, Pedoman
penskoran : Bobot 2
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Bobot
|
|
2
1
0
|
|
Kembangkan pokok-pokok dialog yang
kalian tulis ke dalam beberapa kalimat
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Bobot
|
1.
Keefektifan kalimat
a.
Semua kalimat efektif
b.
Terdapat satu kalimat tidak efektif
c.
Terdapat 3 – 3 kalimat tidak efektif
d.
Semua kalimat tidak efektif
|
3
2
1
0
|
|
Pedoman
penskoran : Bobot 2
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Bobot
|
2.
Penggunaan ejaan
a.
Semua ejaan ditulis dengan benar
b.
Terdapat beberapa ejaan yang tidak benar
c.
Terdapat banyak ejaan yang tidak benar
d.
Semua ejaan tidak benar
|
3
2
1
0
|
|
Simpulkan isi dialog yang kamu
dengar !
Pedoman
penskoran : Bobot 2
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
Bobot
|
3.
Kesesuaian
simpulan yang ditulis dengan isi dialog interaktif
a.
Sangat sesuai
b.
Kurang sesuai
c.
Tidak sesuai
|
2
1
0
|
|
Perhitungan nilai akhir dalam skala
0 – 100 adalah sebagai berikut :
Nilai Akhir =
|
Perolehan Skor
|
x Skor Ideal ( 100 ) =
|
Skor Maksimum ( 10 )
|
Mengetahui, ........,.................,
2009
Kepala SMP Negeri ..... Guru Mata Pelajaran
BAB IV
RANGKUMAN
Kita mengenal istilah mendengar,
mendengarkan dan mendengarkan. Ketiga istilah ini memiliki pengertian yang
berbeda. Mendengar adalah kegiatan menangkap bunyi secara tidak sengaja. Mendengarkan
adalah proses menangkap bunyi bahasa
dengan disengaja tetapi belum memahami, dan menyimak adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan
dengan penuh perhatian, dipahami, diinterpretasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
Tujuan
Mendengarkan menurut Hunt dalam Tarigan, yaitu;
a)
untuk memperoleh informasi yang ada hubungan dengan profesi.
b)
agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.
c)
untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan
d)
memberikan respon yang tepat.,
Sedangkan Logan mengatakan tujuan mendengarkan adalah:
a.
Untuk memperoleh pengetahuan atau mendengarkan untuk
belajar.
b.
Menikmati keindahan audio
c.
Mengevaluasi
d.
Mengapresiasi bahan simakan
e.
Mengkomunikasikan ide-ide sendiri
f.
mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun
perasaannya kepada orang lain dengan
lancar dan tepat.
g.
membedakan bunyi-bunyi
h.
memecahkan masalah
i.
untuk meyakinkan
Ada beberapa tujuan dan standar kompetensi pembelajaran mendengarkan
yang perlu diperhatikan guru dalam KTSP
yaitu;.
a.
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan
etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
b.
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
c.
Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan
d.
Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial
e.
Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f.
Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dalam
mendengarkan ada dua jenis mendengarkan yaitu (1) mendengarkan ekstensif, yang
termasuk ke dalam jenis ini; mendengarkan sekunder, mendengarkan sosial, mendengarkan estetika, mendengarkan pasif, dan (2) mendengarkan
intensif, yang termasuk ke dalam jenis ini; mendengarkan kritis, mendengarkan
konsentratif, mendengarkan eksploratif, mendengarkan
interogatif, mendengarkan selektif, dan mendengarkan kreatif .
a. Mendengarkan
Intensif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Mendengarkan
intensif adalah mendengarkan pemahaman
b)
Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
c)
Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
d)
Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan
simakan
b.
Mendengarkan melalui beberapa tahapan, antara lain:.
a)
Tahap mendengar (hearing)
b)
Tahap memahami (understanding)
c)
Tahap menginterpretasi (interpreting)
d)
Tahap mengevaluasi (evaluating)
c. Menurut
Hunt kemampuan mendengarkan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan,
dan peranan dalam masyarakat. Sedangkan
menurut Tarigan yaitu, fisik,
psikologis, pengalaman, sikap,
motivasi, jenis kelamin, lingkungan, , dan peranan dalam
masyarakat
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik. Menurut UUSPN No,20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. kelas
Menurut Dunkin dan Biddle (1974:38)
ada empat variabel interaksi, yaitu: (1) variabel pertanda (presage variables) yaitu pendidik,(2)
variabel konteks (contex variables) yaitu peserta didik, (3) variabel proses (process variables) yaitu berupa interaksi peserta didik dan
pendidik, dan (4) variabel produk (product variable) yaitu berupa
perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Ada tiga tahapan proses pembelajaran
mendengarkan yang dilakukan siswa, yaitu (1) menerima masukan auditori (auditory input). (2) memperhatikan masukan auditori. (3)
menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditori.
Dalam
pemilihan bahan mendengarkan harus memperhatikan prinsip-prinsip:
a. bahan harus disusun dari yang mudah ke yang sukar.
b. dari lingkungan yang
paling dekat ke yang jauh.
c. dari bahan yang sederhana menuju kepada kajian yang
rumit.
d. Dari bahan yang sudah diketahui siswa menuju kepada bahan
yang belum diketahui siswa.
e. Dari bahan kajian kongkrit menuju pada kajian yang
bersifat abstrak. (Sabarti: 12)
Dalam pembelajaran mendengarkan guru
dapat menggunakan buku- buku, media cetak,
media elektronik. Adapun metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran
mendengarkan antara lain: simak tulis
(dikte), simak terka, memperluas kalimat, Simon berkata, bisik berantai,
menyelesaikan cerita, identifikasi kata kunci, identifikasi kalimat topik,
menyingkat/ merangkum, pharafrase, menjawab pertanyaan.
Media pembelajaran pada dasarnya
merupakan alat bantu yang dapat mempermudah pembelajaran. Dalam pembelajaran
mendengarkan, media pembelajaran dapat berupa guru atau elektronik. Hal yang
perlu diperhatikan guru saat membacakan pidato atau laporan ketepatan,
kejelasan suara, ucapan, lafal, intonasi, dan jeda.
Fungsi media dalam pembelajaran mendengarkan
sangatlah penting. Beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran mendengarkan menurut Sumadi adalah:sebagai
berikut.
a.
Fungsional
b.
Tersedia
c.
Murah
d.
Menarik (sesuai dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan dunia
siswa, baru, dan
menantang)
Menurut Burhan
Nurgiyantoro penilaian mendengarkan
dapat dilakukan dengan berbagai cara(tingkatan)
a. Tingkat ingatan
b. Tingkat pemahaman
c. Tingkat Penerapan
d. Tingkat Analisis
Aspek yang dinilai dalam mendengarkan
didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta
Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan di dalam Kurikulum khususnya dalam
indikator. Secara umum aspek yang
dinilai dalam pembelajaran mendengarkan adalah sebagai berikut: (1). Aspek
Kebahasaan yang meliputi pemahaman isi, kelogisan penafsiran, ketepatan
penangkapan isi, ketahanan konsentrasi, ketelitian menangkap dan kemampuan
memahami, dan (2) aspek nonkebahasaan yang meliputi pelaksanaan dan sikap, menghormati,
menghargai, konsentrasi/kesungguhan mendengarkan, kritis.
Bentuk pertanyaan yang dapat dipilih
guru dalam penilaian mendengarkan antara lain:
- Mengucapkan kembali (menirukan) hal yang didengar
- Melaksanakan petunjuk/perintah yang diperdengarkan
- Menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana
- Menerka nama benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan deskripsi yang disampaikan.
- Menerima dan menyampaikan pesan atau hal-hal penting yang diperoleh melalui telepon.
- Menanyakan berbagai hal berdasarkan tema atau topik yang didengar.
- Menentukan satu diantara empat gambar (A, B, C, D) berdasarkan karangan yang didengar.
BAB V
PENILAIAN
I. Sudahkah Anda menguasai materi dan latihan di atas? Untuk menguji
kemapuan Anda, pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang Anda anggap tepat
dengan cara menyilang (X).
1. Mendengarkan
adalah ….
a. proses
bunyi yang disengaja dan dipahami serta dievaluasi
b. proses
bunyi yang disengaja, dipahami dan ditindaklanjuti
c. proses
bunyi bahasa yang direncanakan, dipahami, dan ditindaklanjuti
d. proses
bunyi bahasa yang direncanakan tetapi belum dipahami
2. . Tahap
dalam mendengarkan adalah ….
a. tahap berkonsentrasi
b. tahap tanya jawab
c. tahap mengerjakan soal
d. tahap menginterpretasi
3. Salah satu fungsi reproduksi dalam mendengarkan intensif adalah ….
a. untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa tentang bahan yang
telah disimak
b. untuk mengukur sejauh mana keberhasilan guru dalam
mengajarkan mendengarkan
c. mengetahui apakah siswa yang telah
melakukan proses mendengarkan
telah dapat menyampaikan informasi kepada orang lain
d. untuk mengukur dalam menjawab soal
4.
Mendengarkan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh untuk memberikan
penilaian secara objektif disebut mendengarkan ….
a. konsentratif
b. intensif
c. eksploratif
d. kritis
5. Dalam menilai pembelajaran mendengarkan, penilaian yang dilakukan harus
sama dengan ….
a. standar kompetensi
b. indikator
c. materi pokok
d. kompetensi dasar
6. Mendengarkan kreatif dapat dilakukan dengan cara …
a. menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah
b. menentukan
pilihan pada bagian yang diinginkan
c. penyimak
dengan memperhatikan lafal dan intonasi
d. penyimak
dengan mempunyai pengalaman yang sudah ada
7. Mengevaluasi dalam mendengarkan
termasuk ….
a. tahap-tahap
mendengarkan
b. ciri-ciri
penymak yang baik
c. tujuan mendengarkan
d. jenis
mendengarkan
8. Prinsip dalam pemilihan bahan ajar pembelajaran mendengarkan adalah ….
a. bahan
mudah didapat
b. bahan
harus panjang
c. dari
bahan sederhana menuju kepada bahan kajian yang rumit
d. dari
bahan yang sulit agar siswa mempunyai kosakata yang banyak
9. Proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraan adalah tahap …
a. mendengarkan
b. akhir
c. mendengar
d. mendengarkan
10. Fungsi reproduksi dalam mendengarkan intensif adalah ….
a. untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak
b. untuk mengukur sejauh mana keberhasilan guru dalam
mengajarkan mendengarkan
c. mengetahui
apakah siswa yang telah melakukan proses mendengarkan
telah dapat menyampaikan informasi kepada orang lain
d.
untuk mengukur dalam menjawab soal
II. Buatlah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) mendengarkan dengan menggunakan
Kompetensi Dasar berikut ini.
Kompetensi Dasar: Mendengarkan informasi dari pembacaan langsung dan memberikan tanggapan.
Kunci Jawaban
1.
C
2.
D
3.
A
4.
D
5.
B
6.
A
7.
A
8.
C
9.
C
10. A
DAFTAR PUSTAKA
Dozer, Carol Van. Improving
ESL Leaners Listening:
At The Work Place and Beyond Project in Adult Immigrat Educational. Internet.
Kurikulum 2004. 2003.
Standar Kompetensi. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sekolah menengah
Pertama dan Tsanawiyah. Departemen Pendidikan Nasional.
Kamidjan dan Suyono.
2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Pelajaran Menyimak. Jakarta: Depdiknas,
Ditjen Dikdasmen, Direktorat PLP.
Mulyati, Yeti, dkk. 2007.
Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Nurgiyantoro, Burhan.
2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. PT BPFE Yagyakarta.
Safari. 1997. Pengujian
Dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Jembatan.
Tarigan, Henry Guntur.
1983. Menyimak Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
______. 1987. Teknik
Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Angkasa.
______.
1993. Pengajaran dan Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa
Underwood, Mary. 1989. Teaching
Listening. London:
Longman.
Undsteem, Carrol. 1994.
Reasons for Listening. Cambridge
University Press.
Ur, Penny. 1984. Teaching Listening
Comprehension. Cambridge:
University Press.
GLOSARIUM
Auditory
Infut : Masukan auditori pada saat
proses pembelajaran
Contex Variables :
Variabel konteks yang dilakukan dalam proses pembelajaran
Eksploratif :
Kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian
Hearing :
Proses ujaran atau pembicaraan yang dilakukan oleh pembicara dengan penyimak
dalam suatu pembicaraan
Introgatif :
Pemerolehan informasi dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan hasil
pendengaran
Interpreting :
Menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran. Dalam
kegiatan ini diperlukan pengetahuan dan pengalaman.
Key Word : Kata-kata kunci yang terdapat dalam wacana
atau bacaan. Kata kunci terdapat pada awal, akhir, awal dan akhir
Konsentratif : Penuh perhatian
untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan.
Mendengar :
Kegiatan manangkap bunyi secara tidak sengaja
(secara kebetulan)
Mendengarkan :
Proses menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami.
Menyimak : Proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian,
dipahami, diinterpretasi, diapresiasi,
dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
Presage Variables : Variabel
pertanda yang dilakukan dalam pembelajaran
Previous Knowledge : Dalam
mendengarkan, pendengar tidak hanya mengumpulkan dan menyimpulkan pesan akan tetapi juga
mengkliasifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan
awal.
Produktif : Bersifat menghasilkan
Process Variables : Variabel
proses yang berlangsung dalam pembelajaran
Product Variables : Variabel produk hasil yang didapat dari
hasil proses pembelajaran
Reseptif : Bersifat menerima
Understanding : Isi pembicaraan perlu dimengerti atau
dipahami dengan baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar