KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Ucapan
terimakasih saya sampaikan kepada pihak yang telah membantu hingga selesainya
tugas makalah ini. pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada teman sekelompok saya atas kerja keras dan kerjasamanya yang telah mencurahkan
segala upaya kemampuannya selama penyusunan makalah ini.
Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Cempae, April
2018
(Tim Penyusun)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Weber, perilaku manusia yang merupakan perilaku sosial harus
mempunyai tujuan tertentu, yang terwujud dengan jelas.Artinya, perilaku itu
harus mempunyai arti bagi pihak-pihak yang terlibat, yang kemudian berorientasi
terhadap perilaku yang sama dengan pihak lain.Bentuk perilaku sosial yang
paling penting adalah perilaku sosial timbal-balik atau resiprokal.Suatu
hubungan sosial ada apabila para individu secara mutual mendasarkan perilakunya
pada perilaku yang diharapkan oleh pihak-pihak lain.
Beberapa tipe hubungan sosial yang penting adalah perjuangan,
komunalisasi, agregasi, dan kelompok korporasi. Perjuangan merupakan suatu
bentuk hubungan soaial yang menyangkut perilaku individual sedemikian rupa
sehingga salah satu pihak memaksakan kehendaknya terhadap perlawanan pihak
lain.
Komunalisasi merupakan hubungan sosial yang didasarkan pada perasaan subyektif,
baik yang bersifat emosional atau tradisional atau kedua-duanya. Agregasi
merupakan hubungan sosial yang didasarkan pada keserasian motivasi rasional
atau keseimbangan berbagai kepentingan. Kelompok korporasi merupakan suatu
bentuk hubungan sosial yang berkaitan dengan wewenang yang dilandaskan pada
kegiatan seorang pemimpin dan suatu staf administrasi. Ketiga tipe hubungan
sosial tersebut di atas mungkin terbuka atau tertutup, tergantung pada dasar
peran sertanya, yaitu apakah kesukarelaan atau paksaan. Suatu pengartian yang
agak sulit dipahami adalah pengartian “pemahaman” atau “verstehen”.Bagi Weber
pentingnya “pemahaman” dalam arti teknis murni adalah bahwa hal itu memberikan
petunjuk pada pengamatan dan penafsiran teoritis terhadap keadaan kejiwaan
subyektif manusia yang sedang dipelajari perilakunya.Dengan lain kata,
“pemahaman” merupakan sarana penelitian sosiologis yang bertujuan untuk
memberikan pengartian yang lebih mendalam, mengenai hubungan antara keadaan
tertentu dengan proses perilaku yang terjadi.
Tingkat kepekaan mempengaruhi kemampuan pemahaman hawa nafsu manusia
maupun perilaku irasional suatu konstruksi perilaku yang berorientasi pada
tujuan menjelaskan pemahaman dan kepastian secara faktor rasional dan irasional.
Metode pada sosiologi dianggap rasionalistis karena efisiensi metodologis,
namun hal ini tidak dapat dianggap sebagai penonjolan rasionalisme dalam
eksistensi manusia
Pada ilmu-ilmu perilaku manusia terdapat proses dan gejala yang tidak
mempunyai arti subyektif, tanpa mengacu pada obyek hal tersebut sama sekali
tidak berarti
Penafsiran kausal yang benar terhadap proses perilaku yang kongkrit akan
diperoleh apabila perilaku nyata dan motif-motifnya dipastikan adanya secara
benar dan hubungannya memiliki makna tertentu
B.
Rumusan
Masalah
Di
dalam Paper ini, kita akan membahas beberapa hal yang tentunya sangat berkaitan
erat dengan Ilmu Sosiologi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Konsep
Dasar Sosiologi
2. Hubungan
Konsep Dasar Sosiologi Dari Berbagai Aspek Kehidupan Sosial
C.
Tujuan
Penulisan
a) Memenuhi
salah satu tugas mata mata pelajaran Sosiologi
b) Menambah
pengetahuan tentang pendidikan Sosiologi
c) Membahas
secara sederhana Hubungan Antara Konsep-Konsep Dasar Sosiologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan
Konsep Dasar Sosiologi Dengan Konsep Perilaku Sosial
1) Konsep Dasar Sosiologi Dan Hubungan
Sosial
Dalam
memahami kehidupan masyarakat sebagai obyek studi sosiologi, kita perlu kiranya
mempelajari konsep dasar yang terkait.
Individu
merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, bukan
manusia sebagai keseluruhan. Individu dapat dikatakan sebagai manusia yang
memiliki peranan khas dalam kepribadiannya. Aspek yang dimiliki individu adalah
aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial.
Keluarga
merupakan satuan sosial terkecil dalam masyarakat, terbentuk akibat adanya
ikata perkawinan atau pernikahan. Keluarga terdiri atas ayah, ibu dan
anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga dibedakan atas keluarga inti dan
keluarga luas. Keluarga luas adalah kelompok kekerabatan yang merupakan satuan
kesatuan erat yang terdiri atas lebih dari satu keluarga.
Kelompok
Sosial Manusia akan banyak berinteraksi dalam kelompok sosialnya. Kelompok yang
dimaksud adalah suatu kehidupan bersama individu datu satu ikatan kebersamaan.
Dalam ikatan hidup tersebut dijumpai adanya interaksi dan interelasi sosial
yang memungkinkan timbulnya perasaan bersama atau some degree of fellow
feeling.
Soerjono Soekanto mengemukakan
syarat kelompok sosial sebagai berikut :
·
Setiap
anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelomppok yang
bersangkutan.
·
Ada
hubungan timbal balik antara anggota satu dengan anggota yang lain.
·
Ada
faktor pengikat (kesamaan kepentingan, ideologi atau nasib) yang dimiliki
bersama, sehingga hubungan di antara mereka bertambah erat.
·
Berstruktur,
berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
·
Bersistem
dan berproses.
Masyarakat
Secara sosiologis, masyarakat merupakan sejumlah individu yang telah relatif
lama tinggal di suatu lokasi tertentu dimana mereka saling berinteraksi dan
memiliki aturan/ pranata sosial yang ditaati warganya.
Manusia
dalam realitas kehidupan sehari-hari tidak lepas sendiri-sendiri, melainkan
membentuk kesatuan sosial, misal keluarga, kekerabatan, perkumpulan.
Hal ini sesuai dengan naluri dan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tanpa berinteraksi dan bekerjasama serta bersaing dengan manusia lainnya, tidak akan bisa berkembang menjadi manusia yang sempurna.
Hal ini sesuai dengan naluri dan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tanpa berinteraksi dan bekerjasama serta bersaing dengan manusia lainnya, tidak akan bisa berkembang menjadi manusia yang sempurna.
Masyarakat
merupakan suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain.
Sedangkan kebudayaan merupakan suatu sistem norma dan nilai yang menjadi
pegangan bagi masyarakat. Dengan demikian masyarakat dan kebudayaan merupakan
suatu sistem dan saling terkait.
Interaksi
SosialInteraksi sosial adalah hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut
hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok atau
antara kelompok dengan kelompok, dalam bentuk kerjasama, persaingan maupun
pertikaian.
Manusia
selalu membutuhkan orang lain (gregoriousness). Manusia membutuhkan banyak hal
dalam hidupnya. Semua kebutuhan hidup itu terpenuhi dengan jalan mengadakan
hubungan sosial. Melalui hubungan seseorang menyampaikan maksud, tujuan dan
keinginannya untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain. Muncul hubungan
timbal balik yang sering disebut interaksi sosial, yaitu adanya aksi dan reaksi
diantara orang dengan orang maupun dengan kelompok lain.
Dalam
memahami interaksi sosial dalam masyarakat, perlu kiranya diketahui ciri
sebagai berikut :
·
Jumlah
pelaku lebih dari satu orang.
·
Ada
komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial.
·
Tujuan
dan maksud dari suatu tindakan jelas.
·
Dilaksanakan
melalui suatu pola sistem sosial tertentu.
Nilai
dan Norma Sosial Nilai merupakan sesuatu yang diperoleh melalui proses yaitu
terbentuk dari apa yang benar, pantas, dan luhur untuk dikerjakan dan
diperhatikan yang berstfat subyektif. Selain itu nilai dapat pula didefinisikan
sebagai ukuran, harga, perbandingan, dan kadar. Tolok ukur nilai sosial adalah
daya guna fungsional suatu nilai dan kesungguhan penghargaan, penerimaan, atau
pengakuan yang diberikan oleh seluruh atau sebagian besar masyarakat terhadap
nilai tersebut. Secara sosiologis, nilai atau value merupakan suatu ukuran,
patokan, anggapan, dan keyakinan yang dianggap benar atau salah, baik atau
tidak, pantas tidak pantas yang berguna bagi seseorang.
2) Konsep Perilaku Sosial
Perilaku social berorientasi pada masa lampau, oleh karenanya hal itu
mungkin disebabkan adanya rasa dendam pada masa lampau, pertahanan terhadap
bahaya yang menganccam pada saat sekarang maupun masa akan datang. Perilaku
seseorang mungkin terpengaruh karena keanggotaannya akibatnya adanya
kemungkinan bahwa suatu peristiwa tertentu atau cara berperilaku tertentu dapat
membangkitkan emosi dalam situasi kerumunan. Hal itu tidak terjadi apabaila
individu dengan sepenuhnya menyadari keadaan dirinya.
Perbuatan meniru perilau pihak lain seperti dikatakan oleh G. Tarde bukan
merupakan perilaku social apabila hal itu bersifat reaktif dan tidak mempunyai
orientasi yang berarti terhadap pihak yang ditiru perilakunya. Sosiologi tidak
hanya mencakup perilaku social,namun perilaku demikian merupakan ruang lingkup
sentral dan merupakan bagian yang sangat penting dari sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan.
3) Bentuk-Bentuk Karakteristik Perilaku
Sosial
Perilaku yang berorientasi tujuan adalah perilaku yang dapat
diklasifikasikan sebagai rasional dan berorientasi terhadap tujuan yang
didasarkan pada harapan bahwa obyek-obyek dalam situasi eksternal atau pribadi
akan berperilaku tertentu, dan menggunakan harapan seperti kondisiatau sarana
untuk mencapai tujuan.
Perilaku yang terkait dengan nilai adalah kepercayaan secara sadar akan
arti mutlak perilaku sehingga tidak tergantung pada suatu motif tertentu dan
diukur melalui patokan tertentu seperti etika, estetika, agama.
Perilaku sosial yang diklasifikasikan sebagai sesuatu yang bersifat
afektif atau emosional yang merupakan hasil konfigurasi khusus dari perasaan
pribadi.
Perilaku social yang diklasifikasikan sebagai tradisional yang telah
menjadi adat istiadat.
4) Tipe-Tipe Perilaku Sosial
Kebiasaan adalah suatu keseragaman orientasi perilaku social actual
apabila perwujudannya didasarkan pada aktualitas perilaku yang diulang-ulang
dalam bentuk yang sama. Kebiasaan disebut adat istiadat kalau pola tersebut
berlangsung lama sekali sehingga merupakan tradisi. Kebiasaan yang ditentukan
oleh situasi kepentingan diri para pribadi adalah kalau suatu kebiasaan
ditentukan oleh fakta bahwa semua perilaku pihak terarah pada harapan harapan
identik.
Stabilitas adat istiadat secara esensial didasarkan pada fakta apabila
seseorang tidak menyesuaikan perilakunya pada adat istiadat maka akan timbul
kesulitan-kesulitan yang akan mengganggu kehidupannya. Dan stabilitas setiap
perilaku kalau yang bersangkutan tidak memperhitungkan kepentingan pihak lain,
maka dia akan mengundang permusuhan pihak lain tersebut halmana akan
menghancurkan kepentingannya sendiri.
B.
Hubungan
Sosial
1. Konsep Hubungan Sosial
Pengertian hubungan social dipergunakan untuk menggambarkan suatu keadaan
dimana dua orang atau lebih terlibat dalam suatu proses perilaku. Proses
perilaku tersebut terjadi berdasarkan tingkah laku para pihak yang
masing-masing memperhitungkan perilaku pihak lain dengan cara yang mengandung
arti bagi masing-massing. Batasan hubungan social tidak berisikan informasi
mengenai taraf solidaritas (atau gejala yang merupakan lawannya) yang menjadi
ciri pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku tertentu. Hubungan social juga
terdapat dalam kasus-kasus suatu organisasi social seperti Negara, gereja,
asosiasi, perkawinan dan seterusnya, oleh karena itu ada suatu oerilaku atau
perilaku yang akan terjadi pada mas yang akan datang.
Suatu hubungan social mungkian bersifat transitor atau mempunyai derajat
keteraturan yang berbeda-beda. Artinya, mungkin terdapat pengulangan perilaku
yang terkait dengan arti subjektifnya sehingga memang diharapkkan. Akan tetapi
untuk menghindakan terjadinya kesan yang keliru,perlu dicatat bahwa hal itu
hanya merupakan bukti adanya suatu hubungan social. Arti subjektif hubungan social bisa berubah
misalnya, suatu hubungan politis yang semula didasarkan pada solidaritas,
mungkin berubah dasarnya menjadi konflik. Arti dari hubungan social dapat
disepakati atas dasar persetujuan mutual. Artinya, para pihak yang terlibat
dalam suatu hubungan membuat suatu perjanjian mengenai perilakunya di masa
depan.
2.
Konsep
Pejuangan
Suatu hubungan social dinamakan pejuangan apabila perilaku salah satu
pihak secara sengaja berorientasi pada pelaksanaan keinginannya terhadap perlawanan
pihak lain atau pihak-pihak lain. Kalau sarana perjuangan tidak mencakup
kekerasan fisik actual, maka proses tersebut disebut perjuangna damai.
Perjuangna social atau individual yang seringkali bersifat laten untuk
mendapatkan keuntungan atau untuk bertahan yang tidak harus didasarkan pada
konflik kepentingan, disebut seleksi.
Semua bentuk perjuangan dan semua cara bersaing yang terjadi akan
dilanjutkan dengan proses seleksi memilih meraka yang memiliki kualitas
tertinggi yang diperlukan bagi tercapainya suatu keberhsilan. Namun tidak
setiap proses social merupakan sebuah perjuangan. Pengartian perjuangan hanya
ada apabila pertentangan berlangsung secara murni. Secara alamiah perlu
dibedakan antara perjuangan dengan proses seleksi.
3.
Komunalisasi
dan Agregasi Hubungan-hubungan Sosial
Komunalisasi hubungan-hubungan social terjadi apabila proses seleksi
didasarkan pada rasa solidaritas, yang merupakan hasil keterikatan secara
emosional atautradisional. Agregasi hubungan-hubungan social merupakan hasil rekonsiliasi
dan keseimbangan kepentingan-kepentingan yang dimotivasikan oleh penilaian
secara rasional atau kebiasaan.
Bentuk hubungan agregatif yang paling murni dapat ditemukan pada:
·
Kompromi antara kepentingan-kepentinagn yang
bertentangan, namun bersifat komplementer.
·
Perserikatan sukarela yang murni yang didasarkan
pada kepentingan diri yang tujuannya adalah kepentingan material tertentu.
·
Perserikatan sukarela yang didasarkan pada
nilai-nilai ideologis yang mutlak.
Komunikasi mungkin didasarkandalam bentuk hubungan emosional, afektif
ataupun tradisional. Tipe hubungan ini lazimnya dijumpai pada hubungan
kekeluargaan atau kekerabatan. Dengan demikian secara normal pengartian
komunalisasi dipergunakan sebagai lawan perjuangan. Dalam hubungan-hubungan komunal
mungkin juga timbul proses seleksi, yang menimbualkan perbedaan-perbedaan pada
kesempatan dan ketahanan. Perlu dicatat pula bahwa kualitas yang sama atau
situasi yang sama ataupun cara berperilaku yang sama dengan sndirinya merupakan
suatu hubungan komunal. Hubungan komunal hany aterdapat apabila terdapat
perasaan yang sama terhaddap ituasi tertentu dengan segala konskuensinya
berorientasi terhadap perilaku masing-masingterhadap sesamanya.
Komuniti bahasa timbul akibat persamaan tradisi melaluikeluarga dan
lingkungan social. Bahasa sendiri tidak cukup untuk menimbulkan komunalisasi;
fungsinya hanya mempermudah komunikasi sehingga menimbulkan peningkatan taraf
agregatif.
4.
Hubungan
Sosial Terbuka dan Tertutup
Suatu hubungan social baik yang bersifat komunal ataupun agregatif
mungkin bersifat terbuka bagi kalanygan luar, apabila ikut sertanya pihak-pihak
tersebut dalam orientasi perilaku social mutual yang relevan bagi arti
subjektifnya, tidak dilarang oleh wewenang yang berkuasa. Hubungannya bersifat
tertutup, kalau hal itu dilarang, dibatasi atau terikat pada syarat-syarat
tertentu. Suatu hubungan social yang tertutup sifatnya akan dapdt
mempertahankan monopolinya melalui cara-cara:
• Membiarkan terjadinya
persaingan benas antara pihak-pihak dalam kelompok itu.
• Mengatur atau memberikan
alokasi terhadap keuntungan-keuntungan yang diperoleh.
• Mempertahankan keserasian
hubungan yang telah ada.
Cara yang ketiga merupakan suatu upaya untuk menutup diri yang bisanya
disebut hak. Seorang peserta aktif dalam hubungan social tertutup lazimnya
dinamakan anggota; namun apabila partisipasinya diatur sedemikan rupa sehingga
menjamin hak-haknya, maka dia disebut sebagai anggota secarahukum yang
mempunyai hak dan keistimewaan-keistimewaan tertentu. Beberapa contoh yang
perlu dicatat adalah sebagai berikut:
Hubungan komunal yang cenderunga erat karena tradisi, adalah umpamanya,
kelompokyang anggotanya didasarkan pada hubungan kekerabatan
Hubungan-hubungan pribadi yang bersifat emosional, yakni yang didasarkan
pada rasa cinta atau kesetiaan, biasanya bersifat tertutup. Ketertutupan yang
didasarkan pada nilai-nilai merupakan cirri kelompok yang didasarkan pada
kepercayaan atau agama yang sama. Ketertutupan orientasi tujuan merupakan cirri
asosiasi ekonomi yang bersifat monopolis atau plutokratis.
5.
Tanggung
Jawab dalam Hubungan Sosial
Suatu hubungan social, halmana tergantung pada apakah prosesitu dikuasai
wewenang tradisional atau legal, mungkin menghasilkan tipe-tipe perilaku
tertentu oleh mereka yang terlbat dalam hubungan itu, yang mempunyai
akibat-akibatnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hubungn social mungkin
menghasilkan solidaritas kolektif atau perwakilan. Perkembangan hubungan social
menjadi ikatan solidaritas atau perwakilan, tergantung pada kondisi-kondisi
tertentu. Salah satu kondisi yang menentukan adalah sampai sejauh manakan
perilaku kelompok diarahkan pada konflik dengan kekerasan atau kedamaian
sebagai tujuan. Dalam kenyataan, masalah tanggung jawab mencakup baik
solidaritas aktif maupun pasif. Semua pihak dapat dibebani tanggung jawab
terhadap perilaku salah sworang anggot, sebagaimana halnya dengan dirinya
sendiri ,dan anggota-anggota lain mempunyai hak untuk ikut menikmati
kemajuan-kemajuan yang dicapai karena perilaku pribadinya.
C.
Hubungan
Konsep Dasar Sosiologi Dengan Norma Sosial
1. Norma Sosial
Norma
dapat dikatakan sebagai wujud dari nilai sosial. Norma dibangun di atas nilai
dan diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial. Norma merupakan
petunjuk untuk hidup yang berisi perintah atau larangan agar manusia
berperilaku sesuai dengan aturan atau norma, sehingga tercipta ketertiban dan
kedamaian dalam kehidupan bersama dalam masyarakat.
Ciri-ciri norma social
·
Umumnya
tidak tertulis (lisan).
·
Hasil
dari kesepakatan masyarakat.
·
Warga
masyarakat sebagai pendukung sanat mentaatinya.
·
Apabila
norma dilanggar, anggota masyarakat harus menghadapi sanksinya.
·
Norma
sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan perubahan sosial, sehingga norma sosial
bisa mengalami perubahan.
Norma
cara (usage)Usage merupakan aturan yang mengatur bagaimana seseorang atau
sekelompok orang bertindak, misal aturan dalam cara makan, berjalan, berbicara
dan sebagainya. Pelanggaran atas norma ini, misal makan sambil berjalan,
bersendawa. Sanksi yang diperoleh berupa teguran.
Norma
kebiasaan (folkways)Norma kebiasaan memiliki fungsi untuk mengatur segala
bentuk perbuatan manusia yang dilakukan secara berulang-ulang. Sanksi yang
diterima bagi pelanggar norma adalah gunjingan dan celaan.
Norma
tata kelakuan (mores)Norma tata kelakuan atau mores merupakan norma yang
mengatur bagaimana seseorang berperilaku dan bertindak dalam masyarakat. Cara
berperilaku yang diterima adalah kebiasaan yang diterima dan dianggap baik oleh
sebagian besar dalam masyarakat. Misal tidak boleh atau larangan berjudi, minum
minuman keras, berzina, dan sebagainya. Pelanggaran norma ini berupa pemberian
cap oleh masyarakat, seperti penjudi, peminum, pezina, dan sebagainya. Mores
dianggap penting dalam masyarakat, karena :
·
Memberikan
batas-batas pada kelakuan individu.
·
Mengidentifikasikan
individu dengan kelompoknya.
·
Menjaga
solidaritas di antara anggota kelompok/ masyarakat.
Norma
adat (custom)Norma adat mengatur mengenai tata kelakuan yang kekal dalam
masyarakat dengan pola perilaku masyarakat. Pelanggaran norma ini diberi sanksi
berupa dikucilkan atau dikeluarkan dari adat.
Norma
hukum (laws)Norma hukum merupakan tata kelakuan yang bersumber dari
perundang-undangan. Dengan kata lain, norma hukum sebagai aturan yang paling
tegas dan bersifat mengikat dan memaksa. Sanksi yang diperoleh juga paling
berat. Berat ringannya tergantung pada jenis pelanggarannya, misal pidana,
penjara, hukuman mati, hukuman seumur hidup, dan sebagainya.
Sosialisasi
memegang peran penting bagi individu dalam hidup di tengah-tengah masyarakat.
Sosialisasi yang diperoleh seseorang sejak lahir akan turut mewarnai individu
dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sosialisasi
dikenal juga dengan proses penyesuaian diri. Sosialisasi dapat diartikan
sebagai proses belajar seumur hidup seorang individu untuk mengenal dan
menghayati norma dan nilai masyarakat dimana ia menjadi anggota, sehingga
terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan dan perilaku
masyarakatnya.
Sosialisasi
berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan dalam masyarakat. Dalam proses
tersebut, individu mengalami proses pembudayaan, individu mempelajari dan
menyesuaiaknalam pikiran dan sikap dengan adat istiadat, sistem norma dan
peraturan yang berlaku serta hidup dalam kebudayaan masyarakat. Hal ini sering
dinamakan enkulturasi.
Struktur
Sosialstruktur sosial merupakan tatanan dalam kehidupan masyarakat yang
didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas
perangkat unsur sosial yang mengacu pada keteraturan kehidupan sosial di dalam
masyarakat.
Unsur
dalam struktur sosial di dalam masyarakat seperti dikemuakaj Soerjono Soekanto
dapat berupa kelompok sosial, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan
dan wewenang, kebudayaan, norma sosial atau aturan, status dan peran.
Keseluruhan unsur tersebut saling berkaitan. Jika satu unsur mengalami
gangguan/ perubahan, maka unsur yang lain akan mengalami gangguan/ perubahan
pula.
Lembaga
Sosial Dalam setiap kehidupan masyarakat, ada serangkaian norma yang harus
ditaati. Norma yang berlaku dalam masyarakat mengikat untuk dilaksanakan. Hal
ini disebabkan norma dapat menjadi pedoman untuk mengatur kehidupan bersama.
Sekumpulan norma tersebut yang dinamakan pranata sosial. Dengan demikian
pranata sosial memiliki peran penting bagi keberlangsungan hidup suatu
masyarakat.
Pranata
sosial terdapat dalam setiap masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern. Kebutuhan pokok setiap masyarakat akan terhimpun dalam
pranata sosial. Kebutuhan kekerabatan akan menimbulkan pranata keriawinan,
perceraian, keluarga batih, keluarga luas, dan sebagainya.
Perubahan
Sosial Budaya Kehidupan masyarakat dewasa ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat, sejalan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembangunan shopping center (mall), perumahan dari berbagai tingkatan,
perkantoran, meningkatnya tindak kriminal serta perubahan struktur sosial
masyarakat, merupakan beberapa contoh perubahan tersebut. Tuntutan kehidupan
yang lebih layak membawa pengaruh perubahan terhadap lembaga pendidikan yang
ada. Hal ini merupakan gambaran sekilas perubahan sosial yang berlangsung di
sekitar lingkungan kita. Dalam hal ini, perlu kiranya peserta didik memahami
konsep dasar perubahan sosial.
Perubahan
sosial pada hakekatnya merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur sosial
dalam kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut dapat meliputi proses interaksi
sosial, struktur sosial, lapisan, sosial, nilai, norma maupun kontrol sosial
dalam lembaga kemasyarakatan. Pelapisan Sosial stratifikasi sosial adalah
proses pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelas sosial secara bertingkat
dari terendah hingga tertinggi dengan dasar tertentu.
Secara
sosiologis, setiap masyarakat akan menunjukkan adanya pelapisan sosial.
Masyarakat Indonesia yang memiliki ciri masyarakat agraris, juga menunjukkan
kecenderungan tersebut. Munculnya stratifikasi sosial dalam setiap masyarakat
dimungkinkan karena danya sesuatu yang dihargai. Sesuatu tersebut dapat berupa
uang, benda (ekonomi), tanah, kekuasaan, keturunan, iptek dan ketaatan
beragama.
Terbentuknya
pelapisan sosial telah diawali sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama
dalam organisasi sosial. Pada masyarakat sejarah awal, taraf kebudayaannya
masih sederhana. Pelapisan sosial yang disusun didasarkan pada jenis kelamin,
usia, kepandaian atau kekayaan. Sejalan dengan perkembangan kehidupan
masyarakat yang makin kompleks, maka pelapisan sosial yang terbentuk juga makin
beragam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia
menjalani kehidupan di dunia ini tidaklah bisa hanya
mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang
lain, maka dari itu manusia disebut makhluk sosial, sesuai dengan Firman Allah
SWT yang artinya: “Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (bersosialisasi).....”
(Al-Hujurat :13 ). Oleh karena itu kehidupan bermasyarakat hendaklah
menjadi sebuah pendorong atau sumber kekuatan untuk mencapai
cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan di desa maupun di
perkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang kita
saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional
negara ini, kesenjangan Sosial, yang kaya makin Kaya dan yang Miskin
tambah melarat , mutu pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh
saudaranya (dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan masih banyak
lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga
fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita tinggal.
B.
Saran
Dengan semakin berkembangnya zaman, diharapkan
seluruh umat manusia tetap mengedepankan
kehidupan sosial yang baik untuk menciptakan kehidupan yang tentram. Serta
mempergunakan ilmu sosial dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan
sosial.
C.
DAFTAR
PUSTAKA
Hassan
Shadily. 1999. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1993. Sosiologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Kamanto Sunarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: LP. F Ekonomi UI
Soerjono Soekanto. 1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1993. Sosiologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Kamanto Sunarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: LP. F Ekonomi UI
Soerjono Soekanto. 1981. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI
http://cahya-hadi1804.blogspot.co.id/2015/06/sosiologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar