KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusunan makalah PAI dengan judul
“Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Abbasiyah” ini dapat selesai pada waktu yang diinginkan. Tujuan
Penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas PAI .
Dalam penyusunan Makalah ini banyak sekali hambatan dan kesulitan.
Namun berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak , kesulitan tersebut dapat
diatasi. Oleh karena itu penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.
Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah KIR saya ini.
2.
Guru pembimbing, yang telah memberikan
bimbingan materi kepada kita.
Dan penyusun pada
khususnya, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penyusun menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikanm kearah kesempurnaan. Akhir kata penyusun sampaikan terimakasih.
Cempae, 10 Mei 2018
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB
I
LATAR BELAKANG
B.
Sejarah Pertumbuhan Ilmu
Pengetahuan Dalam Islam Sampai Masa Daulah Abbasiyah
Kaum muslimin diperintahkan untuk mencari, mengkaji,
dan mengembangkan ilmu pengetahuan menggunakan akal pikirannya. Atas dasar itu,
umat Islam melakukan berbagai pengkajian dan penelitian terhadap berbagai ilmu,
baik ilmu keagamaan maupun ilmu alam. Sejarah umat manusia mencatat bahwa umat
Islam telah berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di masanya.
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam
Islam terbagi pada empat periode, yaitu sebagai berikut.
C.
Periode Bani Abbasiyah
1. Penjelasan
Awal
Periode ini diakui dunia islam sebagi masa kajayaan
ilmu pengetahuan dan peradabaan dalam islam . masa pemerintahaan
bani abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai bidang, khususnya
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa ini umat islam telah banyak
melakukan kajian kritis tentag tentang berbagai ilmu pengetahuan, sehinga ilmu
pengetahuan, baik aqli(rasional) maupun naqli(tekstual), mengalami kemajuan
secara gemilang. Pada masa dinasti ini, proses transformasi ilmu pengetahuan
dilalakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan bangsa-bangsa
terdahulu, seperti bangsa yunani, romawi, hindu,Persia serta berbagai naskah
yang ada di kawasan timmur tengah, afrika, Mesopotamia, dan mesir.
Meskipun pada waktu itu pusat-pusat tudi ke ilmuan
belum memiliki fasilitas yang memadai seperti saat ini, namun aktivitas ke
ilmuan tetap berjalan dan berkembang dengan penuh semangat. Pada masa ini,
pusat-pusat kajian ilmiah betempat di masjid-masjid, misalnya masjid Basrah. Di
masjid ini terdapat kelompok studi yang disebut Halaqat al jadl, Halaqat al
fiqh, Halqat al-tafsir wal hadist dan lain-lain. Banyak orang dari berbagai
suku bangsa yang datag ke tempat studi ilmu pengetahuan itu. Dengan demikian
berkembanglah kebudayaan dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Di awal berdirinya pemerntahan bani absiyyah, belum
mengenal lemaga pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi. Mereka masih mengikuti tradisi keilmuan para pendahulu mereka,
dinasti Umayyah. Baru pada khalifah Harum Ar-Rasyid, didirikan lembaga
pendidikan formal seperti darul hikmah, yang kemudian dilanjutkan dan
disempurnakan oleh Al-makmuh. Dari lembaga inilah banyak lahir para
sarjana dan para ahl ilmu pengetahuan yang membawa
kejayaan dinasti Abbasiyah dan umat islam pada umumnya.
2. Kelahiran
Daulah Abbasiyah
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam,
atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa
itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi,
peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu
pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa
asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani
Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena
landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang
tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang
kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang
dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah
pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan
yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang
menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak
kerusuhan .
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan
kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa.
Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga
Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah
bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk
menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali
Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase
terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan
dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan
mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa
ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah
Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada
masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan
cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak
masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah
gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya
dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan,
Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam
mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai
makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang
waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya
pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah.
Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah
Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta
kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil
meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil
menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran
Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan
nama kekhalifahan Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah
menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah
(750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar
Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota
Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia
lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki
kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa
Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah
dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri
peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang
mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian
khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
3. Sistem
Politik, Pemerintahan dan Sosial
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang
sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan
Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua
mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di
bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini
muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani
Umayyah di dalam masalah sosial dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah
Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk
menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di
dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari
Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota
Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga
Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan
ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti
Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada
beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
a) Para
Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil
dari kaum mawalli.
b) Kota
Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,
ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk
bangsa dan penganut agama lain.
c) Ilmu
pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang
harus dikembangkan.
d) Kebebasan
berpikir sebagai hak asasi manusia.
4. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari
masa sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi
beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
a)
Tampilnya kelompok mawali dalam
pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan social
b)
Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri
dari beberapa bangsa ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c)
Perkawinan campur yang melahirkan darah
campuran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kejayaan Daulah Abbasiyah
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban
Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan
ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di
dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik
agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan
peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung
dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa
Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam
1) Gerakan
penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak
Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing
terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan
pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari
naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan
daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad.
Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang
astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya
Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang
banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah
astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi,
drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang
bermanfa’at dan dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah
sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu
perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada
masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi Khizanah al-Hikmah (Khazanah
kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada
masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang
dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno
yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India.
Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah
kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat
kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
2) Dalam
bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang
keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga
teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah
Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan
julukan Hujjatul Islam.
3) Perkembangan
Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh
perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri sepertikain linen di Mesir,
sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk
pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil industri
dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan
Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini,
urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang
juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan
perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan
hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah,
Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan
perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
4) Dalam
bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu
keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga
mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bir Ra’i dan Tafsir
bil Ma’tsur. Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan
penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini
pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits
dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama
yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122
H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama
adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi,
karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang
berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang
keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifahberisi pemikiran-pemikirannya
terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.
B.
Imu pengetahuan yang tumbuh dan
berkembang pada masa dinasti Abbasiyah dapat diidefikasi pada dua ketegori,
sebagai berikut ini.
a.
Ilmu
Pengetahuan
1) Ilmu tafsir
Ilmu tafsir pada masa bani abbsiyah berkuasa,
mengalami kemajuan pesat. Tafsir pada zaman ini terdiri atas Tafsir bil ma’sur
yaitu Al-Quran yang di tafsirkan bil ra’yi, yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan
mengunakan akal pikiran manusia. Para ahli tafsir bil masur yang terkenal pada
masa ituh , antara lain ibnu jarir al-thabry, ibnu Athiyah Al-Andalusy dan As
Sundai yang mendasrakan tafsirannya kepada ibnu Abba dan mas’ud; Musqatil bin
Suaiman yang tafsrannya ter pengaruh oleh kitab taurat; dan Muhamad bin Ishak
yang dalam tafsiranya banyak mengutip cerita israiliyat.
2) Ilmu hadis
Hadist merupakan sumber hokum sumber islam ke dua
setelah Al-Qur’an. Pada masa pemerintahan dinasti
abbasiyah, ilmu hadis berkembag dengan pesat. Pada masa banyak lahir para ahli
hadis terkemuka
a) Imam
bukhari, atau Abu Abdullah muhamad bin abli hasan al-bukhari. Iman
yang lahir di Bukhara pada tahun 194H dan wafat pada tahun 256 di Bagdad ini,
banyak melahirkan di bidang ilmu hadis. Di anatara karaya monumental adalah
shih bukhary.
b) Iman
muslim , atau imam abu muslim bin al-hajjaj al-qushairy al-naisjabury.imam yang
wafat pada 261H di nisyabury ini, mempunyai adil dan besar bagi perkembangan
ilmu hadis. Karaya yang tekenal adalah shahih muslim.
3) Ilmu kalam
Sebab-sebab tumbuh dan berkembangnya ilmu kalam di
kalanga umat islam sebagaimana telah di jelaskan di atas, yaitu
karena musuh islam ingin melumpuhkan islam dengan mempergunakab filsafat dan
hampir semua masala, termasuk masalah agama telah berkisar pada pola rasa,
akal, dan ilmu. Sebab itu para ulama islam tentang untk menggal ilmu kalam agar
dapat menadingi filsafat bangsa lain. Di antara pelopor dan ahli ilmu kalam
adalah wasil bin atha. Abu huzail al-allaf, ad-dhaham, abdul hasan, al-asy’ary,
dan imam ghazali.
4) Ilmu tasawuf
Ilmu tawuf ilmu syariat. Inti ajran adalh tekun
beridah dengnan menyarahan diri sepenuhnya kepada allah, meninggalkan
atau menjauhkan diri dari kesenangan dan rahasia dunia, serta
bersembunyi diri untuk beribadah. ilmu ini mengalami kemajuaanya pada saat-saat
akhir pemerintahan Abbasiyah. Meskipun jauh sebelumnya, yakini pada Rasulullah
SAW, khulafaur rasyidin dan bani Umayyah, ilmun ini telah ada, tapi belum
mengalami kemajuan seperti pada masa abbasiyah
5) Ilmu bahasa
Yang dimaksud ilmu bahasa adalah ilmu nahwu, saraf,
bayan ,badi, arud, dan lain-lain. Ilmu bahasa pada masa dinasti
abbasiyah berkembang dengan pesat karna bahasa arab yang semakin berkembag
memerlukan ilmu bahasa yang menyeluruh. Kota basarah dan kufah
merupakan pusat pertumbuhaan dan kegiatan ilmu bahasa(ilmu lugah).
6) Ilmu fikih
Ilmu fikih dan usul fikih juga mengalami puncak
perkmbangan pada masa ini. Banyak para fuqaha yang terkenal dan karaya-karaya
mereka masih banyak kita nikamati sampai saat ini. Diantara para tokoh yang
berjasa dalam mengembangan ilmu fikih , yaitu imam Abu hanifah dengan karaya
fiqhu Akbar, Al-Alim wal Mutaan dan lain-lain; imam malik dengan karyanya
dengan karyanya yang terkenal adalah yakni kitab Al-Muwatha; imam syaf’I dengan
karyanya yang terkenal adalah yakni al um dan usul
fkih imam ahmad bin hanbal dengan karya yang terkenal
yaitu musnad, yang memuat 2.800 sampai 2.900 hadist nabi
.
b. Ilmu-Ilmu Kealaman
Di samping perkembangan ilmu-ilmu keagamaan yang
tadi dijelaskan, ikut berkembang pula ilmu-ilmu alam, seperti ilmu kedokteran,
sosial, perekonomian, pertanian, perindustrian, perdagangan, dan lain-lain.
1) Ilmu
kedokteran
Ilmu ini mulai berkembang dengan pesat pada masa
akhir dinasti Abbasiyah I dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan dinasti
Abbasiyah II, III, IV. Dinasti Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter
kenamaan. Banyak dokter asing yang dipakai untuk praktik dan menjadi guru.
Banyak pula rumah sakit besar dan sekolah tinggi kedokteran yang didirikan. Di
antara para dokter yang berjasa dalam mengembangkan ilmu kedokteran, yaitu Abu
Zakaria Yuhana bin Masiwaih, seorang ahli farmasi di rumah sakit Yundishapur;
Sabur bin Sahal, direktur rumah sakit Yundishapur; Abu Zakaria Al-Razy, kepala
para dokter rumah sakit Bagdad; Ibnu Sina, karyanya yang terkenal adalah al
Qanun fi al Thib.
2) Ilmu
sosial
Ilmu sosial pada masa pemerintahan bani Abbasiyah
mengalami kemajuan sangat pesat. Akibatnya, kehidupan sosial pada masa itu
dibagi ke dalam dua kelas, yaitu;
a)
Kelas khusus, terdiri atas khalifah dan
ahli famili khalifah, yaitu bani Hasyim; para pembesar negara (seperti menteri,
gubernur, panglima, dan para pejabat); para bangsawan yang bukan bani Hasyim
(seperti kaum Quraisy pada umumnya); para petuga khusus; anggota tentara; dan
pembantu-pembantu istana.
b)
Kelas umum, terdiri atas para seniman,
ulama, fuqaha, pujangga, saudagar dan pengusaha, serta tukang (industrialis)
dan petani.
3) Ilmu
ekonomi
Ilmu ekonomi juga mengalami kemajuan yang sangat
pesat pada masa ini. Pada masa awal pemerintahan dinasti Abbasiyah,
perbendaharaan negara mengalami kemajuan yang sangat hebat. Kas negara selalu
penuh. Uang masuk lebih banyak dari pada uang yang keluar. Khalifah Al-mansyur
benar-benar telah meletakkan dasar-dasar ekonomi dan keuangannegara.
4) Ilmu
Pertanian
Ilmu pertanian turut mengalami perkembangan dan
kemajuan yang sangat hebat pada masa dinasti Abbasiyah. Ilmu pertanian sangat
diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah juga sangat menghargai kaum petani dan
meringankan beban pajak hasil bumi mereka. Bahkan, di beberapa tempat, beban
pajak segala dihapuskan. Usaha lain yang dilakukan untuk menunjukan kemajuan
ekonomi pertaniannya adalah dengan membuat bendungan, membangun irigasi,
menggali kanal, dan pembuatan lahan pertanian baru.
5) Ilmu
perindustrian
Ilmu alam seperti ilmu perbintangan, biologi,
fisika, kimia, dan sebagainya sangat menunjang bagi lahirnya ilmu
perindustrian. Para khalifah Abbasiyah banyak mencurahkan perhatiannya pada
sektor industri ini. Oleh sebab itu, selama berkuasa mereka tidak saja
mementingkan sektor pertanian untuk memajukan perekonomian negara, tetapi juga
dengan perhatian yang cukup mereka mengembangkan perindustrian negara. Tenaga
ahli itu adalah parailmuan dan cendekiawan yang ditugasi oleh pemerintah untuk
membimbing masyarakat agar mampu mendirikan home industry. Para
khalifah juga menggunakan berbagai sumber tambang untuk diolah
menjadi barang jadi, seperti emas, perak, perunggu, besi, baja, dan lain-lain.
6) Ilmu
perdagangan
Ilmuperdagangan merupakan salah satu keterampilanbawaan
bagi bangsa Arab, juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan . disamping
perhatian yang demikian besar untuk mengembangkan industri dan pertanian,
pemerintah abbasiyah juga memberikan perhatian yang sangat besar bagi
perkembangan ekonomi perdagangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, para
khalifahmenganjurkan para ulama dan cendekiawan untuk membuka jurusan ekonomi
perdagangan. Selain itu, upaya konkret juga dilakukan, seperti dengan cara
membangun sumur-sumur di tempat-tempat istirahat para khalifah dagang,
membangun armada-armada dagang untuk melindungi para pedagang dari perampokan
bajak laut, dan membanguntempat-tempat perdagangan baru
BAB III
KESIMPULAN
Dinamakan khilafah bani
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman
Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad
ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas dari
keamburadulan Dinasti sebelumny, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera
adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga
setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan
demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa
Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia
mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan
yudikatif.
Puncak perkembangan
dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani
Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan
Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah
mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa
pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.
Pada beberapa dekade terakhir, daulah
Abbasiyah mulai mengalami kemunduran, terutama dalam bidang politiknya, dan
akhirnya membawanya pada perpecahan yang menjadi akhir sejarah daulah
abbasiyah.
DAFTAR PUSTAKA
sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan islam sampai masa
abbasiyah - Google Searchmakalah-v2n2-n2.pdf (application/pdf Object)
makalah sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan islam sampai
masa abbasiyah - Google SearchDunia islam: Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Islam pada masa
Daulah Abbasiyah
Pengetahuan tentang Islam: Sejarah Pertumbuhan Ilmu
Pengetahuan Islam sampai Masa AbbasiyahAneka Informasi & Artikel: Sejarah pertumbuhan ilmu
pengetahuan Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar