Kurikulum Pendidikan

PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Mahasiswa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mahasiswa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Februari 2013

SEJARAH GERAKAN MAHASISWA INDONESIA

04.01

SEJARAH GERAKAN MAHASISWA INDONESIAÃ’
Universitas Pancasila, Lenteng Agung, 15 April 2003: Rina Robiana1
 


I. Zaman Bergerak 1912 s.d 19262

“Berjuang Melawan Kekuasaan Sama Seperti Berjuang Melawan Lupa”

Gerakan Rakyat yang tampil dalam bentuk-bentuk seperti surat kabar dan jurnal, rapat dan pertemuan, serikat buruh dan pemogokan, organisasi dan partai, nyanyian, teater, novel dan pemberontakan, merupakan fenomena yang paling mencolok bagi kebangkitan “Bumiputra” pada awal abad XX. Fenomena yang sampai saat ini disebut sebagai “pergerakan”, dimana “Bumiputra” bergerak mencari bentuk, untuk menampilkan kesadaran politik mereka yang baru, menggerakan pikiran dan gagasan, dan mengahadapi kenyataan di Hindia (Indonesia pada masa itu) dalam dunia dan zaman yang mereka rasakan bergerak.
Dalam Historiografi ortodoks yang diyakini bersama baik oleh orang-orang Indonesia maupun para Indonesianist (ahli tentang Indonesia), pergerakan sering dilihat sebagai gerakan dimana sebuah bangsa yang belum bernama sedang mencari namanya; Indonesia, dan cita-cita nasionalnya; Indonesia merdeka !
Dalam pandangan ini, Pergerakan dimulai dengan surat-surat R.A Kartini dan pembentukan Boedi Oetomo, ketika kebangkitan nasional pertama kali ditampilkan dalam bentuk organisasi, dan berakhir dengan didirikanya Perhimpunan Indonesia dan Partai Nasional Indonesia serta Sumpah Pemuda, ketika para pemuda menyatakan diri Bertanah Air satu, Berbangsa satu dan Berbahasa Satu. Dengan begitu dalam dua puluh lima tahun  pertama abad XX, pergerakan dipandang sebagai sebuah transisi, denagan pengertian bahwa telah ada gagasan Nasional sekalipun belum benar-benar nasionalis. Dalam sejarah dapat dipahami melalui hasil yang kemudian dicapai, yaitu ditemukannya cita-cita nasional; Indonesia merdeka. Hasil lain adalah tradisi yang terbentuk dalam pergerakan yakni sistem pembagian yang berdasarkan ideology dan organisasi menjadi nasionalisme, islam, dan komunisme.3
Pada masa itu lahir berbagai macam organisasi pergerakan. Masing-masing berproses secara mandiri dan dengan tahapan yang baik untuk bisa disebut sebagai Organisasi pergerakan sehingga menjadi organisasi kader berbasis massa. Syarat minimal sebagai tahapan tersebut adalah I.P.O: Ideologi/gagasan, Program perjuangan, dan organisasi. Sebagai contoh: Sarekat Islam (SI). SI tumbuh dan berkembang dari Rekso Roemekso pada awal 1912. Rekso Roemekso, yang didirikan oleh Haji Samanhoedi besama beberapa saudara, teman dan pengikutnya, adalah sebuah perkumpulan tolong-menolong untuk menghadapi para kecu yang membuat daerah Lawean tidak aman, agaknya karena pencurian kain batik yang dijemur dihalaman tempat pembuatan batik. Seperti yang diperlihatkan oleh namanya, “penjaga “, adalah sebuah organisasi ronda untuk keamanan daerah.
Rekso Roemekso, sebuah organisasi ronda dibungkus dalam bahasa modern dan diberi nama baru, Sarekat (Dagang) Islam. Hal itu dikarenakan kasus hukum kolonial pada saat itu yang melarang munculnya organisasi politik sehingga diimbuhi kata dagang. Pendirinya : Tirtoadhisoerjo, K.H Samanhoedi dan beberapa yang lain, pada 9 November 1911. Dalam  bunyi pengantar AD/ART pembentukan SI : “semua orang sudah tahu bahwa sekarang ini adalah zaman kemajuan tidak boleh hanya menjadi omong kosong saja. Untuk itu kami memutuskan untuk membentuk perkumpulan Sarekat Islam. “artikel 1 anggaran dasar ini menyatakan bahwa perkumpulan dapat didirikan dimana saja dengan lima puluh anggota, dan tujuan perkumpulan harus  “membuat anggota perkumpulan sebagai saudara satu sama lain, memperkuat solidaritas dan tolong-menolong  diantara umat Islam, dan mencoba mengangkat rakyat untuk mencapai kemakmuran, kesejahteraan, dan kejayaan raja melaui segala cara yang tidak bertentangan dengan hukum negara dan pemerintahan.”….
Organisasi terus berkembang hingga mencapai Ratusan ribu anggota pada masa itu. Dibagi dalam Afdeling (dewan daerah) masing masing. Dan setiap afdeling mampu melakukan Vergadering (Rapat umum disebuah lapangan luas antara pemimpin organisasi dan Massa simpatisannya) dengan jumlah anggota yang hadir hingga puluhan ribu orang. Melakukan aksi-aksi pemogokan, pemboikotan, penyebaran surat kabar, berkesenian dan lain-lain.
Semua dapat dicapai melalui keseriusan dan disiplin yang baik sebagai modal utama keberhasilan pengorganisasian dan pencapaian program perjuangan yang bertahap dan jangka panjang. Hal itu berkat adanya gagasan yang kuat, organisasi/kerjasama yang baik dan Program perjuangan yang jelas dan bertahap.            
Pada Zaman itu kita mengenal Tokoh-tokoh sebagai motor penggerak perubahan yang terlahir dari kebijakan Politik Etis Kolonial. Para tokoh merupakan kalangan terdidik pada masa itu, mereka adalah pelajar dan mahasiswa lulusan dalam dan luar negeri yang memiliki kesadaran akan nasib bangsa dan tanah airnya. Namun, tidak semua tokoh yang ada merupakan Intelektual Jebolan sekolahan. Kita mengenal nama seperti Semaun yang lahir dari didikan/kader H.O.S Tjokroaminoto. Juga Soekarno. Selain sekolah Ia matang dalam asuhan Tjokro dan Organisasi (Sarekat Islam), satu lagi murid Tjokro adalah Karto Soewirjo. Ketiganya dikemudian hari berhasil menyemaikan tiga pondasi kuat gagasan besar nasionalisme oleh Soekarno Dengan PNI-nya, Semaun dengan Komunismenya (PKI), dan Kartosoewirjo dengan Islamismenya. Hal itu tak terlepas dari didikan Tjokro yang mengarahkan pemahaman sosial masing-masing dengan pengetahuan/gagasan besar seperti Marxisme (Sosialisme dan komunisme), Pemikiran Islam dan tokoh-tokoh pemikir Islam juga gagasan kebangsaan yang sedang berserak dihampir semua negara terjajah (Koloni Imperialis) di wilayah Asia dan Afrika. Juga ada sederet tokoh besar dan legendaris lainnya seperti: Tan Malaka, Hatta, Sjahrir, dll (dapat diketahui dengan membaca buku-buku yang banyak beredar saat ini.)
Itulah sekilas ciri khas pergerakan kaum muda yang dimotori kaum tercerahkan oleh pengetahuan dan pergaulan Organisasi yang membebaskan pada massa Sebelum kemerdekaan.


II. Zaman Revolusi Kemerdekaan

Hasil Dari perjuangan Tokoh penggerak adalah kemerdekaan bangsa dan tanah air dari kolonialis Eropa, dan Jepang. Sesudah kemerdekaan ada dua perubahan yang terjadi yang pertama bersifat nominal: Munculnya cara pandang Indonesia dengan mengganti Kata kunci yang sering didengungkan pada masa kolonialisme. Seperti Hindia Belanda menjadi Indonesia, Inlanders (bumiputera) menjadi “Orang Indonesia”, pergerakan bumiputra menjadi kebangkitan nasional Indonesia, dll. Perubahan kedua yang lebih penting adalah: lahirnya sistem klasifikasi baru yang berdasarkan Organisasi dan Ideologi: nasionalisme, Islam dan komunisme. Perubahan ini terjadi karena kategori rasial jelas bersifat kolonial, jadi jelas harus ditolak, dan juga karena sistem klasifikasi nasionalisme, Islam, dan komunisme sudah menjadi sesuatu yang diterima umum sejak pertengahan decade 1920-an dalam wacana politik Indonesia.
Kemerdekaan tidak lahir semata-mata oleh teks proklamasi yang dibacakan oleh Dwitunggal pemimpin Indonesia Soekarno-Hatta. Dibalik itu ada peran pemuda yang mendorong dan mempelopori Soekarno-Hatta untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Hal itu agaknya dilakukan oleh pemuda Wikana, pemuda Soekarni dan kawan-kawan yang menculik Soekarno Hatta untuk membacakan Proklamasi kemerdekaan. Kedua pemuda mendapat bacaan realitas politik Asia Tenggara Oleh Ibrahim Datuk Tan Malaka mantan ketua Komintern (Komunis Internasional) Kawasan AsiaTenggara yang ikut berjuang membebaskan Filipina, perjuangan rakyat di Cina, Vietnam dan negara Lain (baca Dari Penjara kepenjara, ottobiografi Tan Malaka). Sepulang dari Asia Tenggara (1942) Tan Malaka Menulis dengan mengembangkan rumusan ilmu dalam kalimat “Jembatankeledai” menjadi buku yang diperuntukan bagi penyadaran/transformasi rakyat Indonesia “Madilog” (Materialisme, dialektika, Logika) agar terbebas dari feodalisme dan penjajahan. Tan Malaka memberitakan akan rencana pengeboman Heroshima dan Nagasaki oleh Amerika untuk menghentikan perang dunia II (PD II) dan balasan atas penyerbuan pangkalan Amerika di Pearl Harbour oleh Jepang. “Peta Politik” digelar dengan rapi diatas meja pemikiran pemuda-pemudi kader yang dididik oleh Tan Malaka. Hal itu membersitkan ide untuk mengambil kesempatan jika saat itu terjadi. Yang menurut hitungan politik mereka akan terjadi pada sekitar pertengahan agustus 1945. Kesempatan untuk menyatakan kemerdekaan. Tanpa hitungan politik yang cermat seperti itu akan ada kesulitan untuk berharap kepada para generasi tua (Soekarno Hatta pada saat itu tahun 40-an termasuk golongan tua). Itulah bukti peran pemuda pelopor perubahan sejarah bangsa (Agent of social Change) Revolusi kemerdekaan lahir dari kepala mereka yang terdidik untuk mengabdikan pemikiran dan pengetahuannya demi cita-cita nasional bangsa dan rakyat Indonesia.

III. Gerakan Mahasiswa ’66: Kontra Revolusioner  

Revolusi belum selesai.! Itulah kata terakhir Bung Karno dalam pembelaannya diruangan Sidang Istimewa MPRS yang dipimpin oleh A.H Nasution yang dikenal dengan pidato “Nawaksara”. Bung Karno presiden, Pemimpin besar Revolusi R.I dipaksa mundur dari jabatannya atas desakan massa yang digalang oleh mahasiswa UI di Jakarta dari markas besar komando cadangan strategis angkatan darat (KOSTRAD) dengan trituranya: Tiga Tuntutan Rakyat: Turunkan Harga, Bubarkan PKI, Bubarkan kabinet 200 menteri dan isu tambahan mereka adalah Turunkan Soekarno! Kelompok muda mahasiswa yang terdidik termanfaatkan oleh kekuatan militer (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia terbentuk berkat Mayjend Soegandi di Kodam Siliwangi Bandung)4 yang ingin mengambil alih kekuasaan pada saat itu dengan bantuan Amerika secara konspiratif dengan kekuatan Intelejen. Dengan mengamputasi salah satu dari kekuatan utama pendukung Soekarno yang anti terhadap ekonomi politik Amerika yaitu PKI maka Amerika memulai pemerintahan bonekanya (Puppet Regime) lewat orang ambisius dan haus kekuasaan dan militeristik seperti Soeharto dengan back up politik agen (comparador) kapitalis Amerika, seperti Ali murtopo, Noegroho Notto Soesanto dan para aristocrat/ekonom berfaham liberal yang biasa disebut “Mafia Barkelley”: M. Sadli, Widjojo Nitisastro, Emil Salim, dan kawan-kawan. Mereka menerapkan Developmentalisme sebagai strategi Politik Ekonomi Orde Baru yang melahirkan KKN dan Utang.
Teramputasinya perjuangan kemerdekaan 100% bagi rakyat dan revolusi kemerdekaan oleh kekuatan muda pembaharu angkatan ’66. memutar balik keadaan perjuangan rakyat semesta oleh Regim boneka, militeristik yang ditopang oleh Militer, 3 Partai boneka, dan birokrasi KKN, semakin hari menjadi Totaliter dan berhasil menciptakan pembodohan dan menciptakan politik massa mengambang, demokrasi prosedural dengan menutup partisipasi rakyat. Maka refleksi historisitas itulah yang mencatat bahwa gerakan mahasiswa ’66 merupakan gerakan kontra revolusi.

IV. Gerakan Mahasiswa Pasca ’66: Kritisi Negara Orde Baru dan Anti Negara Orde Baru5

Pada masa Rezim Orba yang Totalitarian dibawah Soeharto, kekuatan politik dapat dijinakan dan dikontrol oleh kekutan represif militer dibawah komando tentara yang sudah jauh dari cita-cita tentara revolusi Panglima besar Soedirman yang diperuntukan untuk melindungi, mengayomi dan mengamankan negara dalam mencapai cita-citanya. Namun tetap saja ada kekutan kecil tak terlihat yang selalu menghitung secara cermat kebijakan dan peta politik penguasa Negara Orde Baru (NOB). Pasca pemberangusan kekuatan pelopor; PKI. Kekuatan nasionalis-Soekarnois juga dipinggirkan dan ditenggelamkan perlahan dari sejarah bangsa, nama tokoh revolusioner seperti Tan Malaka, Semaun, Alimin, Tjokroaminoto, Darsono dll menjadi terlupakan dan generasi tak mengenalnya lagi sebagai tokoh pelopor zaman baru hingga lahir zaman kini. Kekuatan Islamis tradisionalis dipinggirkan dan ditinggalkan roda (pembangunan) developmentalisme dengan stigma “kampungan, kaum sarungan,” Sehingga lahirlah kalangan kaum menengah Borjuis local hingga konglomerat (Crony Capitalism) dari kalangan dekat kekuasaan, NOB menciptakan sistem mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan (Oligarkis), makna gotong royong dan kekeluargaan dipelintir menjadi koncoisme (Nepotisme) padahal itu adalah ciri sosialisme asli bangsa Indonesia. NOB melakukan rekodifikasi per-undangan kolonial Belanda dengan merancukan dan menghancurkan sistem hukum, merusak tatanan PerUndang-undangan dengan lahirnya Ribuan TAP/MPR berpihak pada kekuasaan. Pancasila menjadi nilai yang “basi” bagi generasi muda karena dijadikan doktrin tak berakar dan formalitas kenaikan jenjang jabatan/kedudukan dengan Santiaji lewat Penataran P4.
Ditengah-tengah kekutan politik yang hipokrit dan suburnya budaya pembodohan dan pemiskinan massa. Maka ditengah-tengah situasi ketertindasan, penghisapan yang tercipta dimana kaum tani (Mayoritas rakyat), kaum buruh, kaum miskin perkotaan, para pengangguran belum menemukan kawan maka kaum muda -sadar- diharapkan muncul sebagai pelopor dan kawan bagi perubahan kesadaran dan pembebasan dari massa, oleh massa dan untuk massa. Disitulah bertemu sebuah penderitaan dan pengetahuan sehingga melahirkan kesadaran. Mendobrak kebekuan kebuntuan (Kuldesak) dan kegamangan (malaise) menuju pencerahan bersama, membuka zaman baru yang lebih memanusiakan manusia.
Munculah kekuatan kecil kesadaran dari beberapa mahasiswa untuk berjuang merubah keadaan, di Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Makassar, dan kota lainnya. Dengan mengkritisi pertarungan modal Asing yang ingin menguasai Indonesia antara modal Amerika dan Jepang kususnya sekaligus Cina local maka pecahlah demonstrasi besar gerakan mahasiswa ’74 sebagai salah satu momentum pada angkatan 70-an yang berakhir dengan provokasi militer sehingga terjadi kerusuhan dan pembakaran proyek senen dibawah komando Pangkopkamtib Soedomo. Lalu lahir momentum-momentum kecil dibeberapa daerah baik itu kasus tanah, penembakan, penghilangan secara paksa beberapa pejuang local.
Operasi militer di Timor Timur dimulai lantas suhu provokasi terjadi juga di tanah rencong.
Tahun 78, kekuatan kritisi NOB dan sebagian kecil kekuatan anti NOB muncul berdemonstrasi menolak pencalonan Soeharto untuk yang ke 3 kalinya di pemilu tahun‘79. namun karena persoalan eksistensi, arogansi dan provokasi dari luar kalangan pergerakan mahasiswa saling mendahului antara ITB dan UI juga UGM, USU Medan. Pemerintahan Otonom Mahasiswa dikampus dengan Dewan Mahasiswanya mampu mengorganisir kekuatan kritis maju untuk berbuat sesuatu. Pecah protes besar di ITB Bandung mendahului rencana bersama antara kaukus Jakarta dan Bandung sehingga gerakan itupun menjadi premature dan mudah dipatahkan.
Masuk pada decade 80 an pemerintah pada th ’84 dibawah otoritas Daud Joesoef sebagai menteri pendidikan menerapkan program Normalisasi Kehidupan Kampus dan membangun Badan Koordinasi Kampus yaitu Senat perguruan tinggi dan Senat mahasiswa untuk meredam aktivitas politik mahasiswa pasca ’78. Momentum terus terjadi dan akumulasi pecah pada tahun ’89 aksi mahasiswa menolak NKK/BKK mengakibatkan bentrok dan pemenjaraan mahasiswa seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Di Cina juga terjadi aksi demokratisasi untuk pemerintahan PKC (Partai Komunis China) yang berkuasa namun dilumpuhkan setelah berbulan-bulan mereka menduduki lapangan Istana kekaisaran Tiananmen dan dikenal dengan peristiwa Tiananmen. Hal itu tentu saja menjadi penyemangat dan inspirasi bagi banyak mahasiswa diluar Cina termasuk mahasiswa di Indonesia sendiri.
Pada pertengahan 80-an lahir gerakan mahasiswa yang dibungkus dengan organisasi Pers mahasiswa, forum diskusi dan keluarga mahasiswa. Mereka mengusung nilai kerakyatan, sadar dan maju (populisme, kritis, progressive dan revolusioner) dengan kesadaran seperti itu yang mengawal gagasan, namun pada urusan program perjuangan mereka sering terganjal oleh eksistensi, dan provokasi juga stigmatisasi/cap dari penguasa, ada sebuah adagium yang disitir dari hasil diskusi-diskusi penyadaran mereka yaitu “Apabila kita memberi makan orang miskin, kita akan disebut orang suci, namun apabila kita bertanya kenapa mereka lapar kita dicap komunis” hal itu mewarnai pola pergerakan dan mencirikan geliat massa dalam kelompok kecil-kecil namun pasti, melakukan transformasi terhadap kawan dan masyarakat. Sementara penguasa mengkonsolidasikan kekuatan oligarkinya maka oposisi harus melakukan hal yang sama dan lebih baik dari masa yang lampau kita harus belajar dari refleksi sejarah gerakan yang bertahun-tahun terputus dan selalu dipenuhi ketidak-sambung-an dan kesalhpahaman. Yang harus dibangun adalah kewaspadaan (kesiap-siagaan) bukan kecurigaan sesama kawan namun hal itu sulit dilakukan karena penguasa mampu melakukan infiltrasi yang mendasar pada gerakan mahasiswa. Sehingga generasi muda yang lahir pada masa NOB memiliki bakat terbesar “pragmatisme” (cara berfikir yang instan dan ingin selalu memperoleh hasil tanpa kerja, atau ingin langsung hasil yang jadi,konkrit didepan mata) hal itulah yang menyuburkan budaya ketidaksadaran massa, pengetahuan yang pasif dan penuh keragu-raguan. Pengekangan generasi tua telah menyuburkan ketertiduran panjang pelopor-pelopor perubahan, pembangunan meninabobokan kreativitas dan inovasi kaum muda. Menjerat dengan hutang dan kemiskinan massal. Sementara segelintir orang berkuasa atas modal/rejeki orang banyak.
KETIKA DEMOKRASI MENJADI OMONG KOSONG, KETIKA PENDIDIKAN HANYA MENJADI BISNIS, KETIKA LAPANGAN KERJA DITENTUKAN MODAL ASING, KETIKA BURUH TERHISAP DIBAYAR MURAH, KETIKA PETANI TERAMPAS HAKNYA, KETIKA PENGUASA TERUS MENIPU DAN TAK TERSENTUH HUKUM YANG ADIL, KETIKA KEDAULATAN MENJADI MIMPI, KETIKA KEADILAN MENJADI HARAPAN, KETIKA GENERASI DILINGKUPI MIMPI BURUK AKAN MASA DEPAN… KETIKA HATI BERGETAR MENYAKSIKAN PENDERITAAN BANYAK ORANG…
Kita harus bangkit melawan, Orang-orang harus dibangunkan, kebenaran harus dikabarkan. Suara itu membangunkan sekelompok mahasiswa dalam kerangka Front Aksi Mahasiswa Indonesia (FAMI) pada tahun’94 menggugat soeharto dan menyerukan untuk sidang istimewa bagi penguasa NOB itu, perubahan 5 UU Politik, dan Pembubaran lembaga teritorial dan ekstrajudicial ABRI (Dwi Fungsi ABRI). Penangkapan 21 mahasiswa dengan ganjaran 8 hingga 14 bulan penjara menghentikan langkah kesatuan jaringan mahasiswa antar kota tersebut
Sampai pada saat ketika kekuatan modal kapitalis global menerjang kekuatan kropos ekonomi tak bertiang NOB luluh lantak oleh Krisis. Gerakan yang selama ini tercecer dan berserak mulai terbangun satu-satu. Inilah saatnya!
24 April terjadi tragedi yang kita kenal dengan “AMARAH” April Makasar Berdarah Di UMI (Universitas Muslim Indonesia) 3 mahasiswa menjadi korban penyerbuan aparat kedalam kampus. 27 juli 96 pecah provokasi.   Penguasa merekayasa sebuah miniatur scenario yang pernah membawa NOB berdiri tegak dibantu Amerika 30 tahun kebelakang, ketika kekuatan nasionalis mulai menguat politik devide et empera tehadap Partai Demokrasi Indonesia memicu dukungan kelompok muda dan berakhir dengan penagkapan, pengkambinghitaman dan kerusuhan yang pasti selalu menelan korban tidak sedikit. Setelahnya adalah konsolidasi kembali….
Mahasiswa berkumpul kecil-kecil didalam kampus masing-masing tergopoh-gopoh mereka mengorganisir kawan, satu demi satu mereka ajak aksi dalam kampus, gerak mereka tidak seperti romeo yang sedang meminang Juliet (walaupun ada banyak juga yang seperti itu) tetapi mereka bergaul dalam menggapai kesadarn bersama meningkatkan kesadaran mistis menuju kesadaran naïf untuk menjadi kritis. Pertemuan mereka adalah bangunan kesadaran dari kenyataan sehari-hari orang-orang disekitarnya yang terbelenggu kehendak bebasnya oleh sistem totaliter. Kawan mulai berhasil digalang, lalu keluar melompati pagar-pagar menara gading kampus masing-masing dengan gagah berani. Berai jari-jemari tangan kirinya terkepal tinggi menjulang kelangit symbol perlawanan. Seakan-akan ingin segera menggapai kuasa rakyat.
Januari, februari, maret, april, Mei ’98 tragedi penembakan mahasiswa di Trisakti diikuti provokasi massa ditiap daerah hingga pecah kerusuhan dari massa yang selama ini memendam api penderitaan, ketidak adilan dalam dada mereka. Ratusan ribu mahasiswa terkonsolidasi tanpa aba-aba mereka marah, mereka meneriakan penguasa NOB harus turun dan diadili, harus bertanggung jawab dengan terikan “seret kesidang istimewa!” aksi penelikungan gerakan mahsiswa dilakukan oleh orang-orang dekat Soeharto. Demi menyelamatkan bos mereka 12 menteri mengundurkan diri dipimpin Ginandjar karta sasmita, maka tuntutan mahasiswa dijawab dengan “lengser keprabon”+mandheg pandhito Durno. Itulah aksi penyelamatan Soeharto yang dilakukan orang dekatnya.dari tuntutan pertanggungjawaban dan pengadilan. Menaikan Habibie sebagai presiden secara cacat hukum. Perpecahan kelompok Mahasiswa Pasca pendudukan akibat infiltrasi dan lemahnya gerakan mahasiswa secara internal karena mengandalkan dan mendasarkan diri pada mobilisasi heroisme dan aktifisme massa.

V. Berkawan dan Melawan6

Refleksi dari semua itu: Mei ’98 dan sebelumnya adalah pelajaran, organisasi, ideology, dan program perjuangan adalah syarat minimal pergerakan kita harus memenuhi itu dengan sabar dan terukur pasti. Buang keragu-raguan, buang ketidak mengertian, bangun kesadaran, kikis eksistensimu, karena kita harus Berkawan dan Melawan!
Kesadaran atas pembebasan Tanah dan Air Nusantara dari cengkeraman Neokolonialisme dan neoimperialisme7 sebagai tahap tertinggi kapitalisme dengan ideology Neoliberalismenya.
Bangun Organisasi, Asah pengetahuanmu, Uji gagasanmu, Praktekan Revolusimu! Revolusi harus dimulai kembali, dipersiapkan dan dibangun. Revolusi bukan barang Import bahan bakunya banyak dinegeri ini. Perubahan bukan hadiah dari siapapun, Ia harus direbut, diperjuangkan. Kesadaran bahwa perjuangan itu harus secara nasional, dengan organisasi nasional, harus muncul dan bersamaan jalanya dengan perjuangan demokrasi, dan perjuangan kerakyatan Tiga hal utama yang selama ini ditiadakan semasa NOB berkuasa. Sejarah tidak boleh dilupakan, persatuan adalah sumber kekuatan, kejujuran dan kepercayaan harus didahulukan sehingga kita mampu memulai mencatat sejarah pergerakan, perlawanan Nasional, demokrasi, kerakyatan…. Singkirkan kepala batu!
 Kerja pergerakan kita adalah: “mendidik rakyat dengan pergerakan dan mendidik penguasa dengan perlawanan!” Rakyat kuasa niscaya akan menjadi kenyataan. Kemenangan harus ada dipihak rakyat dan kejaliman-penindasan harus dikuburkan.
Tuhan Selalu Bersama Orang-orang Pemberani !




Ã’ Makalah disampaikan pada acara Diskusi bersama pada acara  DIKLAT VI Kelompok Studi Mahasiswa (KSM-FE UP)
1 Pengurus Dewan Daerah Front Perjuanagan Pemuda Indonesia DKI Jaya. Alumnus UP
2 Takashi Shiraishi; Zaman Bergerak, Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Grafiti, 1997
3 Ibid
4 Shoe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran, LP3ES.
5 Muridan S. Widjojo, at al. Pendobrak Rezim Orde Baru, LIPI
6 Gunawan. Runtuhnya Konsolidasi Demokrasi, FPPI, 2002
7 Agresi Israel didukung Amerika terhadap Palestina. Agresi Amerika, Inggris, Australia, Spanyol ke Afganistan & Iraq, bukti nyata Kekuatan Imperialisme dan kolonialisme baru dunia.

Kamis, 17 Januari 2013

WACANA SEJARAH PERJUANGAN

07.22

revolusi adalah praktek. tugas pergerakan adalah menyusun penjelasan sistematis tentang revolusi sebagai tindakan melangsungkan pembebasan. untuk kelas tertindas oleh kelas tertindas dan dalam konteks ketertindasan masing-masing, itulah paragraf pembukaan revolusi bukan dalam pengertian sebagai ritus pemberhalaan sejarah para ideolog atau politikus besar yang telah membacakan diri di hadapan ingatan pengetahuan manusia modern.
sejarah itu nyata adanya. teori revolusi yang tidak disusun dari dan sebagai praksis perjuangan adalah cerita yang hanya layak didengar, dan mungkin malah akan menidurkan kembali kesadaran masyarakat dan bangsa-bangsa tertindas-terjajah justru ketika mereka berada pada masa-masa kebangkitannya. membongkar penindasan-penjajahan modern dan lapis-lapis ideologi yang menyelimuti adalah masa depan perjuangan kerakyatan di indonesia.
Mei 1998 adalah pelajaran. ini zaman, zaman permulaan. awal bagi rakyat indonesia menemukan sejarah dan kemanusiaannya dengan kesadaran, dengan pengetahuan. dan para pemuda --satu-satunya tenaga yang tersedia di tengah keadaan sosiologis yang ditentukan pemimpin-pemimipin hipokrit dan kelompok-kelompok politik oportunis serta situasi filosofis yang subur dengan agama dan ideologi ketidaksadaran, budaya dan pengetahuan pembodohan; satu-satunya tenaga yang tersedia ketika buruh dan tani belum seluruhnya menemukan kawan— adalah tenaga inti revolusi yang mempunyai tugas menghentikan dominasi dan hegemoni kesadaran kaum penindas atas mereka yang tertindas sehingga rantai pembodohan-pemiskinan rakyat dapat segera dihancurbuyarkan.
gemuruh massa dalam suatu gerak teratur dan efektif yang hanya mungkin dicapai melalui penggalangan ideologis dan organisasi yang berdiri kokoh bersama massa di dalam massa untuk massa; terlihat atau tidak terlihat, terdengar atau tidak terdengar, gemuruh itu harus kita siapkan. seluruh tenaga dan pikiran harus kita curahkan agar posisi kebudayaan pergerakan, ideologi dan organisasi perjuangan, segera dan seutuhnya menjadi milik sadar massa.
pendewasaan fikiran dan peneguhan tindakan menyangkut sejarah, itulah pengertian kita tentang ideologi. dengan ideologi, kita mengambil sikap. kepada kemanusiaan, kita memihak. diulang dalam pengertian biasa, yang kita katakan hanyalah pemihakan kepada kemanusiaan bahkan sejak dari tingkat gagasan. 
bagi kita, dengan pengalaman serta ingatan yang mungkin masih terlalu pendek atau bahkan sepele bin(ti) remeh temeh, pembangkaian itu tidak lagi boleh terjadi. semua manusia berhak diadili dengan hidup yang memberinya kesanggupan sama rata dengan manusia lain baik secara ekonomi maupun politik. setiap manusia wajib diadili dengan hidup yang memperjuangkan kesederajatan kebudayaan. tidak ada manusia yang lebih manusia dibanding manusia lainnya.
kondisi tidak manusiawi yang dialami segolongan manusia yang darinya segolongan manusia lain mendapatkan kondisi yang lebih manusiawi nyatalah bukan keadaan alamiah yang terjadi begitu saja dari kehendak tangan-tangan gaib yang menguasai masa lalu dan masa depan dunia.
kalau kita tertindas dan kemudian menyadari betapa hidup kita sama sekali tidak memenuhi syarat-syarat kemanusiawian, pertanyaan pertama kita bukanlah apa agama yang kita imani di masa lalu atau ideologi apa yang akan kita anut di masa depan. pertanyaan utama bagi kita, di mana dan apa yang kita lakukan –dengan ideologi dan pranata keimanan yang kita yakini itu— ketika sebuah proses penindasan terjadi? sangat bisa jadi, bukannya menyatakan sikap dengan ideologi atau keimanan yang kita miliki, diam-diam kita malah merubah perlakuan terhadap ideologi atau keimanan kita sendiri untuk kemudian –sadar dan tidak sadar—terlibat sebagai bagian tak terlepas dari penindasan. di sinilah kita tidak dapat melupakan yang dipercayai karl marx bahwa lingkungan cara produksi dapat merubah lingkar fikiran suatu masyarakat, termasuk cara pandang masyarakat terhadap dirinya sendiri.
yang kita tuju tentu bukan memaksudkan sejarah sebagai sebuah legitimasi untuk “menguasai keadaan” baik di saat ini maupun di masa datang. penindasan itu ibarat pabrik: produknya adalah sejarah yang dihasilkan sebagai proses pembentukan ingatan masyarakat tertindas sebagai bahan baku sekaligus konsumennya. menemukan kembali ingatan masyarakat indonesia yang terlipat relasi ekonomi politik tidak adil, hanya itu cita-cita yang mengharuskan kita berbicara tentang ideologi; tentang sejarah dan pencerahan-pengkayaan kesadaran; tentang revolusi. 
Ksah nyata dapat terlihat dari indonesia sebagai entitas-kebangsaan yang susunan sejarahnya tak lebih tidak kurang dari keadaan yang beberapa hari lalu dianjurkan penindas terbaik di seluruh dunia: soeharto, yang menduduki peringkat lebih ulung di atas adolf hitler.
pemuda dan pengusaha kecil yang nasionalis, demokratik, dan populis sebagai perwujudan demokrasi rakyat yang sejati. yakni, demokrasi yang tidak meletakan rakyat hanya sebagai penonton dalam panggung berbangsa dan bernegara, melainkan munculnya kritisisme massa yang telah sekian lama dininabobokan kehendaknya, dikhianati dan dimanipulasi kesadarannya. sehingga pemaknaan atas demokrasi harus mampu menjamin perjuangan kelas tertindas dan merumuskan tuntutannya dalam formasi-formasi sosial organisasi-organisasi perjuangan rakyat melalui penguatan basis produktifnya berdasar perkembangan mode produksi kapital yang berlangsung dalam masyarakat itu sendiri. sehingga pada tahap selanjutannya, jika ini berlangsung secara permanen dan konsisten maka gerakan rakyat akan merumuskan dengan sendirinya formasi politik sebagai manifestasi dari upaya mempersepsikan kekuasaan bagi kepentingannya sendiri guna berdaulat di tanah airnya sendiri.
rimba hijau, bunga beraneka warna, air terjun yang jatuh deras, gunung tinggi menjulang, padang rumput menguning, lautan luas dan keindahan lain yang tak terhitung di alam adalah karya seni sempurna yang diciptakan untuk umat manusia. segenap karunia menakjubkan ini telah diberikan kepada manusia guna memberikan kesempatan bagi mereka untuk bersyukur. namun ada pula musuh besar yang menghalangi manusia untuk bersyukur dan berusaha mempengaruhinya agar tidak mematuhi allah dengan tiada henti memperdayanya dengan janji kosong. musuh ini ingin agar manusia menjalani hidup penuh masalah, baik di dunia ini maupun di akhirat, dan untuk mencapai hal ini, dia akan terus berupaya tanpa henti hingga hari kiamat. musuh pembangkang ini ingin menunjukkan kepada manusia bahwa penyimpangan, kejahatan, kekejaman, serta pelanggaran susila adalah wajar, dan ingin mengesahkan semua kejahatan itu. dengan tujuan ini di benaknya, dia telah merumuskan ajaran yang berbahaya, yang mengandung segala bentuk gagasan jahat.
sepanjang sejarah, orang-orang pembangkang, yang ingkar kepada allah serta kehidupan setelah mati adalah selalu orang yang telah disesatkan setan. mereka mengakui setan, bukan allah, dan sudah menjadikan kesombongan, keangkuhan, dan kejahatan setan sebagai teladan bagi diri mereka.
allah menjelaskan hal ini dalam al qur’an:
(bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia, "kafirlah kamu," maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata, "sesungguhnya aku melepaskan diriku dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada allah, tuhan semesta alam." (qs. al hasyr, 59: 16)

Rabu, 12 Desember 2012

PERJUANGAN RAKYAT

08.41

RAKYAT MENANGIS, KAUM INTELEKTUAL TERTIDUR

“Tangan petani yang berlumpur, tangan nelayan yang kusut, aku jabat dalam tanganku, tangan mereka penuh pergulatan tangan-tangan yang menghasilkan tanganku yang gamang tidak memecahkan persoalan”.
 Sejarah mereka berjuang demi menghidupi sekian banyak manusia yang ada dimuka bumi ini, lalu mengapa lahan dimana tempat mereka menghidupi harus tergurus, tempat dimana mereka bersandar, meneriakkan suara-suara perlawanan itu, pun mualai terkikis akibat dogma-dogma dan seruan-seruan moral, sehingga mereka terjebak dalam pusaran ideology pragmatis, massa tertidur dari ruang kesadarannya bahkan jauh apa yang diharapkan para pendahulu kita. Banyak darah yang bertetesan demi membebaskan rakyat dari penindasan. Tidak ada sedikitpun penghormatan dan rasa terimah kasih yang pernah kita berikan kepada mereka.  Eksploitasi, ketidakadilan, pengangguran dimana-mana, namun kita hanya acuh tak acuh melihat semua itu seakan berpura-pura larut dalam kesedihan yang romantis. Allah swt dalam al-Qur’an surat ke-61 ( as-shaff/barisan ) ayat 1-4 menjelaskan kepada kita: “ segala yang ada dilangit dan yang ada dibumi telah bertasbih kepada allah. Dan dialah maha perkasa dan bijaksana. Hai orang yang beriman, kenapa kamu berkata saja tentang kebaikan, tetapi tidak berbuat ? amat besar kemurkaan disisi allah, kalau kamu hanya berkata tentang kebaikan tanpa memperbuatnya, sesungguhnya allah mmenyayangi orang-orang yang berjihad dijalannya dalam barisan teratur, seolah-olah mereka bagaikan  bangunan yang yang tersusun rapat.”
Membahas problem diindonesia tidak akan ada pernah habisnya.Bahkan terkadang keluhan mendahului perubahan, mengeluh hal yang manusiawi tapi itu hanyalah buah kelelahan jiwa “ suara rakyat adalah suara tuhan.” Itulah mengapa kita samapai detik ini masih tetap melawan dan revolusi, melawan mereka yang kufur terhadap tuhan dengan menindas sesama manusia, berlaku sombong dan merusak bumi. Petualangan politik, berprilaku yang irasional dan kekanak-kanakan. Allah berfirman dalam QS Al Qashash ayat 77: Carilah dari apa yang dianugerahkan Allah kepadamu kehidupan akherat, namun jangan sekali-kali melalaikan kehidupan di dunia ini. Berbuat ihsan kepada sesama sebagaimana Allah senantiasa berbuat baik kepadamu. Dan jangan sekali-kali berbuat kerusakan di muka bumi ini, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang suka berbuat kerusakan.” sudah takdir pemuda membangunkan negri ini yang telah tertidur sekian abad lamanya. dimana ada hidup disitulah ada pergerakan, dimana ada penindasan disitu ada perlawanan, tiap-tiap pergerakan mesti membawa korban, tiap-tiap korban mesti membawa kebaikan, tertindas atau tak tertindas pergerakan akan tetap ada dan itulah tragisnya nasib para penindas”. revolusi adalah praxis perjuangan, yang disertai refleksi dan tindakan. Praktek, kerja, amal penentu sesungguhnya bagi diri kita dihadapan tuhan.
 Sejarah perpecahan yang diperkuda oleh politik devide et impera colonial belanda menarik pendahulu kita kelembah penjajahan. Jangan sampai kemudian hal serupa mendarah daging didalam kubu pergerakan.  Refleksi masalah harus ditanamkan dalam ritme dialektika gerakan sehingga benar-benar menjadi stimulan bagi stabilnya semangat gerakan, pergerakan memang melelahkan terkadang hasilnyapun tak dirasakan. hanya tinggal dua kemungkinan dalam cita-cita pergerakan maju atau hilang untuk selamanya, itulah esensi dari pergerakan”.

                                                                                              Makassar, 13 maret 2011
                                                                                            Referensi dari berbagai sumber




                                                                                                            Pemuda Asmi