PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Rabu, 19 Desember 2012

Contoh Rubrik


A. Pendahuluan
Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh perencanaan, proses dan evaluasi. Ketiga hal ini harus dipersiapkan secara matang agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, semua KD dapat disampaikan secara tepat sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Evaluasi pembelajaran menjadi bagian yang tak terpisahkan pada proses belajar mengajar (PBM). Dalam konteks KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) evaluasi berfungsi;  (1) untuk menilai keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi, (2) sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 183:2005)
Menurut Guba dan Lincoln dalam (Wina Sanjaya, 181:2005), menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.
Karakteristik evaluasi sesuai konsep di atas mengandung pengertian  bahwa evaluasi merupakan suatu proses dan berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Sebagai suatu proses, pelaksanaan evaluasi seharusnya berupa tindakan yang harus dilakukan. Dengan demikian, evaluasi bukan sekadar produk atau hasil, melainkan rangkaian kegiatan. Sebagai pemberian nilai atau arti, evaluasi harus menunjukkan kualitas yang dinilai.
Evaluasi berbeda dengan pengukuran. Pengukuran (measurement) pada umumnya berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran diperlukan alat bantu tertentu. Untuk mengukur berat badan diperlukan timbangan, untuk mengukur IQ, digunakan tes IQ.
B.  Penilaian Berbasis Kelas
Evalusi pembelajaran yang berpihak pada pengembangan keterampilan berbahasa dan bersastra adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas adalah proses penilaian yang dilakukan secara terus-menerus. Penilaian dilakukan pada saat siswa melaksanakan proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, seperti di laboratorium atau lapangan. Dengan demikian kegiatan evaluasi bukan merupakan kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran.
Penilaian berbasis kelas  harus mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif menggunakan tes, maupun evaluasi terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, produk atau karya.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri (Depdiknas, 4:2006).
Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor dan afektif.
Pada Standar Kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SD terdapat beberapa rumusan materi yang pembelajarannya harus dilakukan di luar kelas. Pada Kompetensi Kompetensi Dasar (KD) 2.1 kelas V “Berwawancara sederhana dengan narasumber  (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa” atau  Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Menanggapi penjelasan narasumber  (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan santun berbahasa.
Pembelajaran pada KD 2.1 dan KD 1.1 kelas V SD tidak harus dilaksanakan di dalam kelas. Oleh karena itu penilaian yang dilakukan harus mempertimbangkan semua aspek penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil akhir atau produk yang dihasilkan siswa saja. Keterlibatan dan keaktifan siswa harus dipertimbangkan selain sebuah produk sebagai hasil akhir.
Wina Sanjaya (2005:185) mengatakan, sebagai suatu proses, pelaksanaan penilaian berbasis kelas harus terencana dan terarah sesuai dengan tujuan pencapaian kompetensi. Penilaian berbasis kelas menganut prinsip-prinsip; a) motivasi, b) validitas, c) adil, d) terbuka, e) berkesinambungan, f) menyeluruh, g) bermakna dan h) edukatif.
Penilaian berbasis kelas diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan guru maupun siswa. Penilaian tidak semata-mata memberikan angka sebagai hasil proses pengukuran tetapi memberikan arti akan nilai yang dicapai siswa. Pada tahap refleksi, guru dapat memotivasi siswa untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
Penilaian bukan semata-mata untuk memenuhi syarat administratif belaka, tetapi diarahkan untu memperoleh ketercapaian kompetensi seperti yang dirumuskan pada SK dan KD. Penilaian tidak boleh menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain, penilaian harus menjamin validitas. Dengan demikian, setiap kompetensi menuntut jenis atau alat penilaian yang berbeda.
Alat penilaian aspek berbicara, berbeda dengan aspek menulis. Demikian pula aspek membaca dan mendengarkan, tentunya juga diperlukan alat penilaian yang tidak sama. Ada materi-materi yang harus dinilai dengan bentuk tes, ada pula yang harus dilakukan dengan non-tes. Pada kompetensi berbicara, alat penilaian bentuk tes pilihan ganda tentu saja tidak tepat. Teknik penilaian unjuk kerja tepat untuk menilai kompetensi berbicara siswa, tetapi tidak tepat untuk menilai kompetensi menulis atau mendengarkan.
Setiap siswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam proses pembelajaran, tanpa memandang latar belakang siswa. Setiap siswa berhak untuk dievaluasi. Penilaian bebasis kelas menempatkan siswa pada posisi kesejajaran. Artinya, setiap siswa berhak memperoleh perlakuan yang sama. Penilaian berbasis kelas memungkinkan siswa berkembang secara individual. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun alat penilaian untuk semua siswa dengan segala karakteristiknya.
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dapat dipahami secara baik oleh penilai maupun objek yang dinilai. Siswa perlu diberitahu prosedur penilaian yang akan dilakukan beserta kriteria penilaiannya. Keterbukaan ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga memotivasi cara belajar mereka. Keterbukaan juga memungkinkan siswa memahami posisi mereka dalam pencapaian kompetensi. Dengan prinsip keterbukaan, siswa mengetahui kelemahan dirinya, kemudian berusaha menutup kelemahan tersebut dengan belajar lebih giat lagi.
Penilaian kelas sebagai bagian integral proses pembelajaran. Artinya, penilaian harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak terbatas pada ruang dan waktu. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi perkembangan dan kemajuan siswa dalam pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, jika siswa belum mencapai kompetensi tertentu, guru harus mengulang hingga siswa menguasai kompetensi tersebut. Program perbaikan dan pengayaan adalah salah satu cara penilaian berkesinambungan.
Penilaian berbasis kelas harus tersusun dan terarah, sehingga hasilnya memberikan makna kepada semua pihak, khususnya siswa. Dengan penilaian berbasis kelas, siswa mengetahui kemampuan dan kekurangan dalam pencapaian kompetensi. Dengan demikian, guru atau orang tua dapat memberikan bimbingan sesuai kebutuhan siswa dalam upaya mencapai kompetensi.
Penilaian bebasis kompetensi diarahkan untuk perkembangan siswa secara menyeluruh, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor. Oleh karena itu, guru harus menggunakan berbagai ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, penilaian proyek, skala sikap, penampilan (performance) dan lainnya.
Hasil penilaian berbasis kelas tidak hanya diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, tetapi hasil penilaian harus memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses agar pembelajaran berjalan secara optimal. Oleh karena itu, proses penilaian tidak semata-mata tanggung jawab guru. Siswa juga dilibatkan pada proses penilaian karena penilaian adalah bagian dari proses  pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilakukan beragam teknik penilaian yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran tetapi  teknik yang sering digunakan pada pembelajaran bahasa Indonesia, yakni penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian portofolio.  Penjelasan tentang kelima teknik penilaian tersebut sebagai berikut:
a)  Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja  merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati  kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa  seperti: presentasi, diskusi, bermain peran, berpidato, dan membaca puisi. Cara penilaian ini dianggap  lebih autentik daripada tes tertulis karena yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.
Penilaian  unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut; (1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi (2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai, (3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (4) Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga mudah diamati, (5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk  menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara, misalnya  dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, bermain peran dan melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan siswa akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja siswa dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:
a.  Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh guru.  Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah guru hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Contoh daftar cek (check list) pada penilaian berbicara tampak pada rubrik di bawah ini:
Rubrik Penilaian Berbicara
No
Unsur yang dinilai
SKOR

1
2
3
4
5
1
Ekspresi Fisik
a)        Berdiri tegak melihat khalayak
b)       Mengubah ekspresi wajah sesuai perubahan pernyataan yang disampaikan
c)        Gerak tubuh dan gerak tangan (unsur kinestik) membantu memberikan penegasan





2.
Ekspresi Suara
a)      Berbicara dengan kata-kata yang jelas
b)      Nada dan suara berubah-ubah sesuai pernyataan
c)       Berbicara cukup keras untuk didengar khalayak





3
Ekspresi Verbal
a) Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti
b)   Tidak mengulang-ulang pernyataan
c)   Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran
d)   Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting






Jumlah Skor





Skor maksimal adalah 10 x 5 = 50
Skor Perolehan
Nilai =  —————————  x  100
Skor Maksimal
Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut :
1).  Jika seorang siswa memperoleh skor 45-59 dapat ditetapkan sangat kompeten
2).  Jika seorang siswa memperoleh skor 35-44 dapat ditetapkan kompeten
3).  Jika seorang siswa memperoleh skor 30-34 dapat ditetapkan cukup kompeten
4).  Jika seorang siswa memperoleh skor kurang dari 30 dapat ditetapkan tidak kompeten.
b)   Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga  sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri atas tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
  • Sikap terhadap materi pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
  • Sikap terhadap guru/pengajar. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Siswa yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
  • Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.  Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
  • Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah  rendahnya minat baca, berkaitan dengan materi kebahasaan. Siswa juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif agar mempunyai kegemaran membaca.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.   Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik  dalam pembinaan.
Observasi  perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. Berikut contoh format buku catatan harian.
Contoh isi Buku Catatan Harian :
No.
Hari/ Tanggal
Nama Siswa
Kejadian (positif
atau negatif)
Tindak Lanjut





Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat untuk  merekam dan menilai perilaku siswa, bermanfaat pula untuk menilai sikap siswa dan dijadikan bahan penilaian perkembangan siswa secara keseluruhan.
b.   Pertanyaan langsung
Pertanyaan langsung berupa pertanyaan atau wawancara. Yang diharapkan dari pertanyaan langsung adalah  sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi memberi jawaban dapat dipahami sikap siswa terhadap objek sikap.
c.    Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini adalah  siswa diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, siswa diminta menulis pandangannya tentang “Kasus KKN” yang terjadi di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh siswa dapat dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
c)  Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis adalah tes dengan soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes memiliki reliabilitas bila menghasilkan hasil-hasil yang konsisten selama beberapa kali pengadministrasian atau disajikan dengan beberapa macam bentuk (Arends, 2008: 218). Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lainnya. Ada dua bentuk soal  tes tertulis, yaitu:
a.   Memilih jawaban,  yang  dibedakan menjadi:
  • pilihan ganda
  • dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
  • menjodohkan
  • sebab-akibat
b.   Mensuplai jawaban, dibedakan menjadi:
  • isian atau melengkapi
  • jawaban singkat atau pendek
  • uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas. Namun, pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak mengembangkan sendiri jawabannya bahkan jika siswa tidak mengetahui jawaban yang benar, maka akan menerka saja. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
  • Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;
  • materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum;
  • konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
  • bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
d)   Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
  • Kemampuan pengelolaan : kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
  • Relevansi : kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
  • Keaslian : proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa  petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
PENILAIAN PROYEK
MENULIS KARYA TULIS SEDERHANA ( SMP )
KELOMPOK : ……….. / KELAS ……
Anggota:  1. ………………                                  4. ………………..
2. ………………                                  5. ………………..
3. ………………
NO.
TUGAS YG HARUS DIKERJAKAN
DISELESAIKAN TANGGAL
KETERANGAN
PARAF GURU
1
Membagikan angket dan interview



2
Menganalisis hasil angket



3
Menyusun Bab I



4
Menyusun Bab II



5
Menyusun Bab III



6
Menyelesaikan Laporan Awal – Daftar Pustaka



7
Penyerahan hasil



e) Penilaian  Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode, hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan siswa dapat menilai perkembangan kemampuan siswa kemudian  melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, catatan perkembangan pekerjaan, hasil diskusi, hasil membaca buku/ literatur, hasil penelitian, hasil wawancara, dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio, antara lain:
  • Karya siswa adalah benar-benar karya sendiri. Guru melakukan penelitian atas hasil karya siswa yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya sendiri.
  • Saling percaya antara guru dan siswa
Dalam proses penilaian guru dan siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
  • Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga berdampak negatif  pada proses pembelajaran.
  • Milik bersama (joint ownership) antara siswa dan guru
Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
  • Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan diri.
  • Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
  • Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya siswa.
  • Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan siswa.
Teknik penilaian portofolio memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
  2. Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara siswa yang satu dan yang lain bisa berbeda.
  3. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
  4. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
  5. Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para siswa. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para siswa. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan ejaan, pilihan kata, kelengkapan gagasan, dan  sistematika penulisan. Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru perlu membuat perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki wajib diserahkan kembali.
Contoh Rangkuman Penilaian Portofolio
Mata Pelajaran    : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu     : 1 Semester
Nama Siswa : _________________                                                              Kelas/Smt
No
SK / KD
Skor
Prestasi
Keterangan
(1 – 10)
T
BT
1.
Menanggapi siaran atau informasi dari televisi/radio




2.
Dst











Total Skor




Catatan:
Setiap Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti pekerjaannya. Kemudian Guru menjelaskan bobot dari setiap portofolio yang dibuat.
C.  Penutup
Evaluasi pembelajaran yang berpihak pada pengembangan keterampilan berbahasa dan bersastra adalah evaluasi berbasis kelas karena pengambilan nilai berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas. Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Teknik penilaian berbasis kelas yang tepat untuk pembelajaran bahasa dan sastra adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.
Daftar Rujukan :
  • Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas.
  • Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
  • Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008. Efective Teaching, teori dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
  • Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Iplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
  • Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif  berorientasi konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
  • Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
  • Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

1 komentar:

  1. Makasih ini sangat bermanfaat, terutama bagi sekolah yang mau akreditasi. Kebetulan sekolah saya mau akreditasi. Ijin copy

    BalasHapus