BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selamat berjumpa
dengan Program Diklat Bahasa Indonesia Tingkat Dasar.
Program DIKLAT ini bertujuan untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui profesionalisme dan kinerja guru secara berkelanjutan. Bahan
Ajar ini membahas Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
sasaran guru Bahasa Indonesia MTS. Bahan
Ajar ini diharapkan dapat mempermudah guru dalam memahami dan menerapkan
Model pembelajaran bahasa Indonesia di MTS.
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Bahan Ajar ini agar para guru bahasa Indonesia
MTS:
1) memiliki
pengetahuan yang memadai tentang Model pembelajaran bahasa Indonesia di MTS;
2) mengembangkan
kreativitas guru dalam menyiasati standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia
dalam bentuk pembelajaran yang bermakna dan bernuansa PAKEM; dan
3)
mampu menerapkan model yang sesuai dengan materi
pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan standar isi dan silabus.
BAB
II
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA
A. Konsep Pendekatan, Metode,
Teknik, dan Strategi
Istilah
pendekatan, metode, dan teknik dalam pembelajaran sering dikacaukan
pengertiannya dan sering pula digunakan untuk mengacu pada makna yang sama. Istilah pendekatan, metode, dan
teknik pada dasarnya memiliki perbedaan antara satu dan yang lain.
Pendekatan (approach)
merupakan seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakikat belajar dan
mengajar. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat
pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan
inkuiri serta strategi pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008:127).
Selanjutnya, teknik pembelajaran sering disamakan artinya
dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang
digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan
yang ingin dicapai (Gerlach dan Ely dalam Uno, 2008:2).
Metode
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam
menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan
teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan
perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru dapat saja sama,
tetapi implementasinya di kelas akan berbeda. Inilah yang dikenal sebagai
teknik.
Majid
(2005:132) mengemukakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat
asumsi mengenai belajar-mengajar
Belajar-mengajar dalam hal ini mencakup semua bidang studi sehingga
dikenal adanya pendekatan dalam
pembelajaran bahasa, pendekatan dalam pembelajaran matematika, pendekatan dalam
pembelajaran IPS, dan pendekatan dalam pembelajaran bidang studi-bidang studi
yang lain, di samping adanya pendekatan yang dikenal secara umum dalam bidang
pembelajaran apa pun. Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian bahan
ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Teknik
adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan
metode dan pendekatan yang dipilih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat
implementasional.
Selanjutnya,
masih berkenaan dengan pendekatan, metode, dan teknik, Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, umpamanya, dikenall beberapa macam pendekatan, di antaranya
pendekatan keterampilan proses, pendekatan CBSA, pendekatan komunikatif,
pendekatan integratif, pendekatan
kebermaknaan (whole language), dan pendekatan yang populer dewasa ini,
yaitu PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Istilah
pendekatan dalam konteks pembelajaran bahasa mengacu kepada teori-teori tentang
hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai landasan dan
prinsip pembelajaran bahasa (Syafi’ie dalam Rahim, 2005:31).
Pendekatan yang dianut akan menentukan metode yang
dipandang sesuai dengan pendekatan dan metode yang ditetapkan akan
terimplikasikan pada teknik pembelajaran. Dua orang guru atau lebih dapat saja
menggunakan metode pembelajaran yang sama dalam RPP mereka, tetapi akan tetap
berbeda dalam teknik pembelajaran di kelas. Dengan perkataan lain,
implementasii pembelajaran di kelas atau teknik pembelajaran guru yang satu
akan berbeda dengan teknik pembelajaran guru yang lain.
Sebagai
contoh, dalam RPP yang disusun bersama oleh guru pada kegiatan MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran), dengan KD: melengkapi karya tulis dengan daftar
pustaka, metode yang disepakatii adalah inkuiri, tanya jawab, dan
penugasan. Dapat dipastikan bahwa dalam praktik pembelajaran di kelas akan
terdapat perbedaan antara guru yang satu dan guru yang lain. Inilah yang
dikenal sebagai teknik pembelajaran.
Selanjutnya
berkenaan dengan strategi. Dalam konteks pembelajaran, strategi dimaksudkan
sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna. Oleh karena itu, seorang guru
dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran
sehingga terjalin keterkaitan fungsi antarkomponen pembelajaran dimaksud.
Strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar-mengajar yang diambil untuk
mencapai tujuan secara efektif. Untuk melaksanakan tugas secara profesional,
guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi
belajar-mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, baik
dalam arti efek instruksional, tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit
dalam proses belajar mengajar, maupun dalam arti efek pengiring misalnya
kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah siswa mengikuti
diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya (Sabri, 2007:1)
Uno (2008:1) mengemukakan beberapa
pendapat para ahli tentang strategi pembelajaran sebagai berikut.
1) Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu (Kozna, 1989).
2) Strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran dimaksud
meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta
didik (Gerlack dan Ely, 1980).
3) Strategi
pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur
atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembel- ajaran bukan hanya terbatas prosedur atau
tahapan kegiatan belajar, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket
program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Dick dan
Carey, 1990).
4) Strategi
pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap tingkah laku yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat
dipraktikkan (Groppper, 1990).
Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas berkenaan dengan konsep strategi pembelajaran dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta
didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat dikuasainya pada akhir pembelajaran (Uno, 2008:2).
Apabila kita mencermati kembali
definisi strategi pembelajaran sebagaimana yang dipaparkan di atas, jelas
disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur
dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan
perkataan lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada
metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan
bagian dari strategi pembelajaran.
Dalam
konteks ini, menarik pula untuk disimak uraian yang diberikan oleh Sanjaya
(2005:100-1001). Menurutnya, di samping istilah strategi, metode, dan teknik,
dalam konteks pembelajaran ada juga istilah model mengajar (models of teaching).
Istilah ini dipopulerkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil, dalam bukunya yang
sangat terkenal Models of Teaching (1971). Dalam bukunya itu, Joyce
mengupas lebih dari 25 model mengajar yang dikelompokkan dalam 4 kelompok (family),
yaitu (1) Kelompok Model Pemrosesan Informasi (The Information Processing
Family), (2) Model Pribadi (The Personal Family), (3) Kelompok
Sosial (The Social Family), dan (4) Kelompok Model Tingkah Laku (Behavioral
Models of Teaching).
Jika dilihat dari uraian suatu model
mengajar, tampaknya model lebih luas dari suatu strategi. Dalam suatu model
mengajar ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, melainkan
menyangkut empat hal pokok, yaitu tahapan-tahapan model, sistem sosial yang
diharapkan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang yang
diisyaratkan.
Terdapat istilah lain yang lebih
umum dari sitilah strategi dan model pembelajaran, yaitu istilah pendekatan (approach).
Pendekatan memang tidak sama dengan strategi ataupun model. Pendekatan adalah
istilah yang diberikan untuk hal yang bersifat lebih umum, dan strategi adalah
penjabaran dari pendekatan yang digunakan. Roy Killen (1998), contohnya
membedakan istilah pendekatan dengan strategi. Bagi Killen, ada dua pendekatan
yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, yaitu pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa atau teacher-centered approaches
dan student-centered approaches. Kemudian Killen merinci berbagai
strategi pembelajaran yang termasuk ke dalam kedua pendekatan di atas.
Uraian di atas menegaskan bahwa
proses pembelajaran dapat dimulai dari istilah pendekatan, kemudian dari
pendekatan itu dijabarkan pada model pembelajaran, strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik dan taktik (Sanjaya, 2005:100-101).
B. Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran yang dibicarakan pada bagian ini tidak sepenuhnya disebut sebagai
metode pembelajaran bahasa Indonesia. Artinya, metode-metode tersebut juga
dikenal dalam pembelajaran mata pelajaran-mata pelajaran yang lain. Namun,
metode-metode tersebut memungkinkan dapat diterapkan dalam rancangan
pembelajaran bahasa Indonesia.
- Metode Diskusi
Diskusi adalah proses
pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling
bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu
masalah,menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau
membuat suatu keputusan. Apabila proses diskusi melibatkan seluruh anggota
kelas, pembelajaran dapat terjadi secara
langsung dan bersifat student centered
(berpisat pada siswa) Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan
tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa
serta menentukan fokus dan keberhasilan
pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa,
mereka secara aktif aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat
menemukan hasil diskusi mereka.
- Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para
pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus.
Kerja kelompok kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa.
Siswa dituntut untuk memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara
bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang
ingin diperolah melalui kerja kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau
kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya.
c.
Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif
harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke
dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret
yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah
informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam
nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula, sebuah
perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat
dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui
penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b)
mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan
untuk memperoleh lebih banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun
catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu,
untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat
terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.
d.
Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori
lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai
penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan
berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat
sebagai pemandu atau fasilitator.
Dalam metode partisipatori siswa
aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus
pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara,
gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang
penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator dan kreatif. Konteks
siswa menjadi tumpuan utama.
e.
Metode Kuantum
Quantum Learning (QL)
merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dari
Lozanov. QL mengutamakan percepatan belajar dengan cara partisipatori peserta
didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan
mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah
fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran,
tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru menggubah lingkungan,
presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar
berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan
kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca,
menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.
f.
Metode Konstruktivistik
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah
bahwa belajar itu menemukan. Meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa,
mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi
tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstruktivistik dimulai dari masalah
(sering muncul dari siswa sendiri) dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan
dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
Metode konstruktivistik didasarkan
pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif,
pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan
keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
C. Model
Pembelajaran
Model
pembelajaran yang dibahas berikut ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi
guru bahasa Indonesia dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Penerapan Model-model
tersebut dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat bergantung kepada kreativitas
guru, terutama dalam hal mencermati standar
isi dan mengaitkannya denganmodel-model alternatif sehingga
menghasilkan model pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat
sasaran.
- Pengalaman Penting (Critical Incident )
Model ini digunakan untuk memulai
pelajaran. Tujuan dan penggunaan model
ini untuk melibatkan siswa sejak awal dengan
melihat pengalaman mereka.
Langkah-
langkah:
- Sampaikan kepada siswa topik atau materi yang akan dipelajari.
- Beri kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk mengingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang ada.
- Tanyakan pengalaman apa yang menurut mereka tidak terlupakan.
- Sampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang akan disampaikan.
Model ini dapat digunakan dengan
maksimal pada mata pealajaran yang bersifat praktis.
- Tebak Pelajaran (Prediction Guide)
Strategi
ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif
dari awal sampai akhir. Melalui strategi ini siswa diharapkan dapat terlibat
dalam pelajaran dan tetap mempunyai perhatian ketika guru menyampaikan materi.
Pertama
kali siswa diminta untuk menebak apa yang akan muncul dalam topik tertentu.
Selama penyampaian materi, siswa dituntut untuk mencocokkan hasil tebakan
mereka dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Langkah-langkah:
- Tentukan topik yang akan disampaikan.
- Bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.
- Guru meminta siswa untuk menebak apa saja yang kira-kira akan mereka dapatkan dalam pelajaran.
- Siswa diminta untuk membuat perkiraan itu di dalam kelompok kecil.
- Sampaikan materi pelajaran secara interaktif.
- Selama proses pembelajaran siswa diminta untuk mengidentifikasi tebakan mereka yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
- Pada akhir pelajaran, tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.
Model ini dapat diterapkan pada hampir semua mata
pelajaran. Kelas akan menjadi dinamis jika diadakan kompetisi antarkelompok
untuk mencari kelompok dengan prediksi yang paling banyak benarnya.
- Menilai Kelas (Assessment Search)
Model ini dapat dilakukan dalam waktu yang cepat dan
sekaligus melibatkan siswa untuk saling mengenal dan bekerja sama.
Langkah-langkah:
(1) Buatlah
tiga atau empat pertanyaan untuk mengetahui kondisi kelas, pertanyaan itu dapat
berupa:
·
Pengetahuan
siswa terhadap materi pelajaran.
·
Sikap mereka terhadap materi
·
Pengalaman
mereka yang ada hubungannya dengan materi
·
Keterampilan yang telah
mereka peroleh
·
Latar belakang mereka
·
Harapan
yang ingin didapat siswa dari mata pelajaran ini
(2) Tulislah pertanyaan tersebut sehingga dapat dijawab
secara kongkret. Contohnya: Apa yang Anda ketahui
tentang.................?
(3) Bagi
siswa menjadi kelompok kecil. Beri masing-masing siswa satu pertanyaan dan
minta masing-masing untuk menginterview teman satu grup untuk mendapatkan
jawaban dari mereka.
(4) Pastikan
bahwa setiap siswa mempunyai pertanyaan sesuai dengan bagiannya. Dengan
demikian, jika jumlah siswa adalah 18, yang dibagi menjadi tiga kelompok, akan
ada 6 orang yang mempunyai pertanyaan yang sama.
(5) Mintalah
masing-masing kelompok untuk menyeleksi dan meringkas data dari hasil interview
yang telah dilakukan.
(6) Minta
masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil dari apa yang telah mereka
pelajari dari temannya ke kelas.
Catatan:
- Siswa dapat diminta untuk membuat pertanyaan sendiri.
- Dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama, dan membuat mereka berpasangan dan menginterview pasangannya secara bergantian.
- Minta mereka melaporkan hasilnya ke kelas (variasi ini cocok dalam kelas besar).
d. Model
Pembelajaran pada Aspek Menyimak
1. Pertanyaan dari Siswa (Questions Students Have)
Model ini dapat memotivasi siswa untuk dapat melatih
keterampilan mendengarkan. Belajar membuat pertanyaan dan menganalisis
pertanyaan tersebut dari tingkat kepentingannya untuk dibahas dalam kelas.
Langkah-langkah:
- Guru mengondisikan siswa dalam kelas untuk siap dalam pelajaran boleh dengan bernyanyi atau bertepuk tangan
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai
- Guru membagi siswa menjadi dua kelompok besar
- Guru menyajikan simulasi wawancara atau rekaman dari radio/TV atau menonton tayangan TV.
- Siswa mendengar dan mencatat hal-hal penting
- Setiap siswa menuliskan soal yang berkaitan dengan materi pelajaran (tidak perlu menuliskan nama).
- Setelah semua selesai membuat pertanyaan masing-masing diminta untuk memberikan kertas yang berisi pertanyaan kepada teman di samping kirinya. Dalam hal ini, jika posisi duduk siswa adalah lingkaran, akan terjadi gerakan perputaran kertas searah jarum jam. Jika posisi duduk mereka berderet sesuai dengan posisi mereka asalkan semua siswa dapat giliran untuk membaca semua pertanyaan dari teman-temannya.
- Pada saat menerima kertas dari teman di sampingnya, siswa diminta untuk membaca pertanyaan yang ada. Jika pertanyaan itu juga ingin dia ketahui jawabannya, maka dia harus memberi tanda centang, jika tidak ingin diketahui atau tidak menarik, berikan langsung pada teman di samping kiri. Dan begitu seterusnya sampai semua soal kembali kepada pemiliknya,
- Ketika kertas pertanyaan tadi kembali kepada pemiliknya, siswa diminta untuk menghitung tanda centang yang ada pada kertasnya. Pada saat ini carilah pertanyaan yang mendapat tanda centang paling banyak.
- Siswa bersama Guru menjawab/membahas soal yang paling banyak ceklisnya. Bisa kelompok A menjawab kelompok B atau sebaliknya.
- Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
2. Snow Ball Throwing (Lemparan Bola Salju)
model ini dapat memotivasi siswa
belajar dalam mengembangkan pikirannya melalui kertas-kertas (HVS warna yang
jumlahnya tergantung kebutuhan) sebagai media untuk menuangkan gagasan sesuai
instruksi guru.
Langkah-Langkah
- Guru membuka pelajaran dengan apersepsi
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
- Siswa mendengarkan teks berita yang diperdengarkan oleh guru
- Siswa mencatat hal-hal yang pentingmengenai pokok isi berita yang didengar
- Guru menyediakan kertas yang berisi pertanyaan sebagai bola salju
- Guru melemparkan bola dan siswa menjawab dan menulis nama pada bola salju
- Guru mengumpulkan bola dan membacakan jawaban siswa
- Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran
3. Model A B C Games
Model ABC Games dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan aktif dan menyenangkan. Siswa diajak
berlomba menemukan jawaban secara mandiri dan secara bersama-sama.
Langkah-Langkah
- Guru mengkondisikan kelas dengan tebak-tebakan yang lucu
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran Contoh Mampu menganalisis laporan perjalanan
- Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok (A, B, C) dan mintalah masing-masing kelompok memberi nama kelompoknya
- Guru memperdengarkan teks laporan perjalanan. Siswa mencatat hal-hal penting
- Setiap kelompok menyiapkan anggotanya untuk mengikuti games
- Guru menyiapkan pertanyaan yang ditulis pada kartu
- Guru meminta siswa yang mewakili kelompok untuk maju ke depan kelas. Guru menyiapkan flipchard atau papan tulis yang akan digunakan siswa menulis jawaban
- Guru memperlihatkan soal kepada siswa. Soal belum bias diperlihatkan pada siswa lainnya
- Siswa yang mengikuti lomba harus menjawab soal sendiri dan tidak bias dibantu kelompoknya. Kalu tidak bias menjawab baru minta bbantuan pada kelompoknya
- Soal selanjutnya digantikan oleh siswa yang lain
- Guru menilai jawaban siswa
- Guru menyimpulkan materi pembelajaran
4. Get A Star
(Raihlah Bintang)
model ini memotivasi
siswa untuk mengembangkan kompetensi baik secara perorangan ataupun kelompok.
Tiap siswa dalam kelompok dapat menjawab kuis dan meraih skor
sebanyak-banyaknya untuk kemenangan kelompok.
Langkah-Langkah
- Guru membuka pembelajaran (menyanyikan Lagu)
- Menginformasikan tujuan/kompetensi pembelajaran. Contoh menyimpulkan isi informasi yang didengan melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan)
- Guru membentuk kelompok sesuai kondisi kelas dan member nama
- Guru memperdengarkan teks dan siswa mencatat hal-hal penting
- Setiap kelompok membuat pertanyaan (banyaknya soal teegantung kondisi dan waktu dalam kelas) setiap pertanyaan ditulis di kertas dan disimpan dalam kotak
- Guru membacakan soal dan siswa berlomba menjawab untuk kemenangan kelompoknya
- Guru member symbol bintang pada kelompok setiap jawaban yang benar
- Pada akhir pelajaran guru memberikan nilai dan reward
- Guru dan siswa merefleksi materi pembelajaran
e. Model
Pembelajaran pada Aspek Berbicara
1. Debat Aktif (Active Debate)
Debat bisa menjadi satu model berharga yang dapat
mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau siswa diharapkan dapat
mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan mereka sendiri. Ini
merupakan strategi yang secara aktif melibatkan semua siswa di dalam kelas
bukan hanya pelaku debatnya saja.
Langkah-Langkah
- Guru membuka pembelajaran dengan menyampaikan tujuan/kompetensi pembelajaran. Contoh setelah pembelajaran siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi
- Siswa dibagi dua kelompok yaitu kelompok pro dan kelompok kontra, setiap kelompok dibagi lagi menjadi 3-4 kelompok. Memilih salah satu anggota sebagai ketua
- Guru menginformasikan masalah yang kontroversial yang akan dibahas
Contoh masalah
1. pemerintah melalui aparatnya sudah seharusnya merazia
tempat tertentu seperti warnet dan tempat-tempat hiburan pada saat jam
pelajaran sekolah
2. sebaiknya dibuat UU anti merokok di tempat umum
3. anggota DPR seharusnya diberi tambahan gaji agar
kinerjanya bertambah baik
- setiap kelompok berdiskusi untuk mengembangkan argumen
- moderator (Siswa) memimpin debat
- setiap juru bicara kelompok pro dan kontra mempresentasikan argumennya
- selama pembelajaran guru melaksanakan penilaian
2. Setiap Orang Adalah Guru (Everyone
Is A Teacher Here)
Model ini sangat tepat untuk
mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Model ini memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.
Dengan
model ini, siswa yang selama ini
tidak mau terlibatkan, akan ‘terpaksa’ ikut serta dalam pembelajaran secara
aktif.
Langkah-langkah:
- Guru membuka pembelajaran dengan menyampaikan tujuan/topic pembelajaran. Contoh pemberantasan korupsi
- Bagikan secarik kertas kepada seluruh siswa. Setiap siswa diminta untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di kelas.
- Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap siswa. Pastikan bahwa tidak ada siswa yang menerima soal yang ditulis sendiri. Minta mereka untuk membaca dalam hati pertanyaan dalam kertas tersebut kemudian memikirkan jawabannya.
- Minta siswa secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
- Setelah jawaban diberikan, mintalah siswa lainnya untuk menambahkan.
- Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.
3. Time Token (Kartu Bicara)
Model ini efektif untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa secara perorangan. Guru sebagai motifator harus
mempunyai energy yang mampu memotivasi siswa mengungkapkan pendapat, saran dan
tanggapan secara aktif, dinamis dan dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-Langkah
- .guru membuka pelajaran dengan apersepsi
- Guru menginformasikan tujuan/kompetensi pembelajaran
- Siswa masing-masing diberi 3 kartu bicara (lamanya bicara dan banyaknya kartu bicara bias disesuaikan)
- Siswa diberi stimulasi berupa cerita yang berisi masalah
- Setiap siswa secara bergantian member pendapat secara lisan berupa persetujuan, sanggahan, dan penolakan disertai dengan alas an. Siswa yang telah bicara diambil kartunya ditukar dengan nilai.
- Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan pembelajaran.
f. Model Pembelajaran
pada Aspek Membaca
1. Jigsaw Learning (Belajar Model Jigsaw)
Model ini merupakan model yang menarik untuk digunakan
jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan
materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan model ini
adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus
mengajarkannya kepada orang lain.
Langkah-langkah:
- Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian (segmen).
- Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah siswa adalah 50 sementara jumlah segmen ada 5, maka masing-masing kelompok terdiri atas 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua sehingga setiap kelompok terdiri dan 5 orang, kemudian setelah proses telah selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut
- Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran yang berbeda-beda
- Setiap kelompok mengirimkan anggota-anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajani di kelompok.
- Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
- Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi
2. Index Card Match (Mencari
Pasangan)
Model
ini digunakan pada keterampilan membaca dengan dengan memasangkan kartu-kartu.
Peserta didik sebelumnya ditugaskan membaca tau mempelajari topik terntu.
Langkah-Langkah
- Guru membuka pembelajaran dengan menyampaikan tujuan/kompetensi pembelajaran
- Guru menentukan topik sesuai KD
- Siswa membaca teks bacaan yang telah disiapkan
- Guru menyiapkan kartu sebanyak jumlah siswa setengahnya pertanyaan dan setengahnya jawaban
- Siswa mendapat kartu secara acak dan setiap siswa mencari pasangan kartunya
- Setelah menemukan pasangannya siswa menjelaskan makna yang ada dalam kartu
- Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran
- Siswa merangkum materi dalam buku tugas.
3. Card Sort (Kartu Sortir)
Model ini bagian dari pembelajaran kooperatif dimana
siswa bergerak secara aktif dan dinamis mencari pasangan kartu.
Langkah-Langkah
- Guru membuka pelajaran dengan menginformasikan tujuan/kompetensi pembelajatan
- Guru menyiapkan kartu sebanyak siswa sesuai kategori
- Guru meminta siswa mempelajari teks bacaan yang berkaitan KD ensiklopedia.
- Guru membagikan kartu kepada siswa dan siswa mencari kelompok dengan kategori yang sama
- Siswa yang sudah berkumpul dengan kelompoknya diminta mendiskusikan dan menempel kartu pada kertas
- Siswa memajang dan mempresentasikan hasil kelompoknya dan kelompok lain memberikan komentar
- Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran
- Siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran
g. Model Pembelajaran pada Aspek Menulis
1. Galeri (Pameran)
hasil karya siswa berupa tulisan di
pamerkan di dinding kelas seperti layaknya pameran.
Langkah-Langkah
- Guru membika pelajaran dengan lagu berbentuk pantun
- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
- Siswa dibagi kelompok
- Siswa berdiskusi dan membahas contoh pantun yang diberikan contoh apakah pantun itu,macam-macam pantun, dan syarat-syarat pantun
- Siswa menulis pantun dengan kreatif pada kertas berwarna dan diberi identitas kelompok
- Siswa memamerkan hasil karyanya layaknya pameran
- Guru dan siswa mengunjungi stand pameran untuk menilai pantun
- Guru dan siswa merefleksi pembelajaran
2. Compelete Sinteses (Melengkapi
Paragraf)
model
ini bertujuan memotivasi siswa untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan
dengan melengkapi paragraf yang sudah tersedia dengan kalimat-kalimat yang
tepat.
Langkah-Langkah
- Guru membuka pelajaran dengan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran
- Siswa dibagi kelompok dan memberikan nama kelompoknya masing-masing
- Setiap kelompok diberikan teks paragraf yang berbeda untuk didiskusikan dan mengisi paragraf yang rumpang
- Setiap kelompok menulis hasil kerjanya pada flipchart atau kalender bekas dan memasang hasil karya tersebut pada dinding kelas
- Setiap kelompok mempresentasikan hasil karyanya
- Guru dan siswa mengoreksi hasil kerja kelompok dan menilai
- Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
3. Go To Your Post (Bergerak ke
Arah yang Dipilih)
Model
ini memotifasi siswa untuk mengembangkan keterampilan menulis berdasarkan
pilihan topiknya
Langkah-Langkah
- Guru membuka pelajaran dengan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran
- Guru menempel kertas warna yang berisi topik tentang ilmu pengetahuan populer pada dinding kelas
- Siswa bergerak dan berdiri ke arah topik yang dipilihnya
- Setelah siswa berkelompok sesuai dengan topik yang dipilih siswa berdiskusi tentang hal yang akan dikembangkan menjadi tulisan sesuai dengan topik
- Siswa kembali duduk secara berkelompok untuk membuat kerangka tulisan dan mengembangkan menjadi sebuah wacana
- Siswa menulis hasil karyanya dan menempelkan pada diding kelas
- Guru menilai hasil karya siswa dan memberikan penghargaan bagi karya yang baik
- Guru dan siswa merefleksi pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
Istilah
pendekatan, metode, dan teknik dalam pembelajaran sering dikacaukan
pengertiannya dan sering pula digunakan untuk mengacu pada makna yang sama. Istilah pendekatan, metode, dan teknik pada dasarnya
memiliki perbedaan antara satu dan yang lain. Pendekatan bersifat aksiomatis,
metode bersifat prosedural, sedangkan teknik bersifat implementasional. Di sisi
lain terdapat istilah strategi. Strategi dimaksudkan sebagai
daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
dapat tercapai dan berhasil guna. Strategi berarti pilihan pola kegiatan
belajar-mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.
Terdapat
sejumlah model
pembelajaran yang dapat dijadikan se-bagai alternatif oleh guru bahasa
Indonesia dalam pembelajaran di kelas. Model-model
tersebut meliputi model
pembelajaran keterampilan mendengarkan, model
pembelajaran keterampilan menulis, model
pembelajaran keterampilan membaca, dan model
pembelajaran keterampilan berbicara. Pengaplikasian model - model tersebut di kelas harus
disesuaikan dengan standar isi mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Teuku. 2009. Bahan
Ajar Kuliah Strategi Belajar-Mengajar
Bahasa
dan Sastra Indonesia. Digunakan sebagai Materi Kuliah
SBM pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Unsyiah. Tidak
Diterbitkan.
Berdiati, Ika. 2010. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis
PAKEM. Bandung; SEGA ARSY
Hernowo.
2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu
Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual. Bandung: MLC.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Ber-basis Kompetensi.
Jakarta: Kencana.
Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar-Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta: Quantum
Teaching.
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar-Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
ka reverensi buku untuk model pembelajaran get a star itu buku apa? mohon jawabannya.
BalasHapus