PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA
1. Pendahuluan
Standar kompetensi dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran bahasa diarahkan untuk
membantu peserta didik mengenal diri, budayanya, budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi dalam masyarakat. Selain
itu, pembelajaran bahasa diarahkan agar peserta didik menemukan dan menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu,
peserta didik diharapkan dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tulis (Depdiknas, 2006: 1).
Dalam proses belajar berbahasa di
sekolah, siswa mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak secara horizontal.
Maksudnya, siswa telah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum
sempurna. Makin lama kemampuan tersebut menjadi semakin sempurna dalam arti
strukturnya menjadi sempurna, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya
semakin bervariasi.
Pada hakikatnya, berbicara
merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terdapat pemindahan
pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Bahkan, telah disebutkan bahwa dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan bahwa hakikat pembelajaran berbicara pada
dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara,
presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam berbagai karya
sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama (Depdiknas,
2006: 1).
Pada dasarnya, setiap guru bahasa
dan sastra Indonesia mengharapkan bahwa semua siswa mampu menggunakan
keterampilan berbicara sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasinya secara lisan sehingga dalam kondisi pembicaraan apa pun,
mereka mampu mengaplikasikannya secara efisien dan efektif.
2. Hakikat Pembelajaran Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan
dalam menyampaikan pesan yang dilakukan secara lisan. Rofiuddin (1998: 13)
mengatakan bahwa berbicara merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan secara lisan.
Salah satu keterampilan pembicara
adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak (Tarigan, 1983: 12)
Berbicara merupakan bentuk perilaku
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik
dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu
alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Faktor psikologis memberikan andil
yang cukup besar dalam kelancaran berbicara, seperti stabilitas emosi sangat
mendukung. Berbicara tidak lepas dari faktor neurologis yaitu jaringan saraf
yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh lain yang
ikut dalam aktivitas berbicara.
Berbicara sebagai salah satu unsur
keterampilan berbahasa sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri
sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini
dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh
siswa berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau
berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu.
Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik. Siswa
yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu harus
mempersiapkan bahan seringkali guru melontarkan kritik yang berlebih-lebihan. Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat pada kegiatan itu
kecuali ketika mendapatkan giliran.
Agar seluruh anggota kelas dapat
terlibat dalam kegiatan pembelajaran berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa
hakikatnya berbicara itu berhubungan dengan kegiatan berbicara yang lain
seperti menyimak, membaca, dan menulis dan pokok pembicaraan. Dengan demikian,
sebaiknya pengajaran berbicara memperhatikan komunikasi dua arah dan
fungsional. Tugas pengajar adalah mengembangkan pengajaran berbicara agar
aktivitas kelas dinamis, hidup dan diminati oleh anak sehingga benar-benar
dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan untuk memepersiapkan diri terjun ke
masyarakat. Untuk mencapai hal itu, dalam pembelajaran berbicara harus
diperhatikan beberapa faktor, misalnya pembicara, pendengar, dan pokok
pembicaraan.
Terkait dengan hal tersebut,
Rofi’uddin (1998: 18) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran berbicara
sebagai berikut:
a. Berbicara bercirikan oleh pertemuan antara dua orang atau lebih yang
melangsungkan komunikasi secara lisan, ada pembicara dan ada penyimak;
b. Ada banyak tipe dalam komunikasi lisan antara pembicara dan penyimak, mulai
dari orang berbincang-bincang sampai ke pertemuan umum di lapangan;
c. Pembelajaran berbicara tidak dapat mencakup semua variasi atau tipe
pertemuan lisan itu;
d. Pembelajaran berbicara harus bersifat fungsional.
Agar prinsip pembelajaran berbicara
dapat terlaksana dengan baik, hendaknya seorang guru juga memperhatikan
kriteria pemilihan bahan ajar berbicara, sebagai berikut:
a.
Bahan yang dipilih
harus memiliki nilai tambah, (1) memperkenalkan gagasan baru, (2) mengandung
informasi yang belum diketahui siswa, (3) membantu siswa memahami cara berpikir
orang lain, dan (4) mendorong siswa untuk membaca tanpa disuruh;
b.
Meningkatkan kecerdasan
siswa;
c.
Memperluas kosakata
yang dapat dikuasai siswa dalam jumlah yang memadai;
d.
Bahan bacaan memberikan
kemungkinan kepada guru untuk mengajukan pertanyaan, yakni (1) membuat gambar,
(2) mengolah kembali informasi dalam teks, (3) melakukan permainan peran,
percakapan;
e.
Saduran sesuai dengan
tingkat keterampilan siswa;
f.
Karangan guru terdiri
atas, (1) sesuai dengan tujuan pendidikan, (2) sesuai dengan jiwa Pancasila,
(3) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (4) sesuai dengan tema, dan (5) tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku.
3. Keefektifan Berbicara
a. Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang
kurang tepat dapat mengalihkan perahatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan
dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai gaya
tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok
pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi kalau perbedaan atau perubahan
itu terlalu mencolok, dan menyimpang, maka keefektifan komunikasi akan
terganggu.
Setiap penutur tentu
sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misalnya,
pengucapan kan untuk akhiran -kan yang kurang tepat, memasukkan.
Memang kita belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan
terlalu diwarnai oleh bahasa daerah, sehingga dapat mengalihkan perhatian
pendengar. Demikian juga halnya dengan pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang
kita dengar orang mengucapkan kata-kata yang tidak jelas suku katanya.
Pengucapan bunyi-bunyi
bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang
menyenangkan, atau kurang menarik sehingga dapat mengalihkan perhatian
pendengar, mengganggu komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh (Maidar dan
Mukti, 1991).
b. Ketepatan intonasi
Kesesuaian intonasi
merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan
penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya
jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan menimbulkan kejemuan
dan keefektifan berbicara berkurang.
Demikian juga halnya
dalam pemberian intonasi pada kata atau suku kata. Tekanan suara yang biasanya
jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian
ditempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata peyanggah, pemberani,
kesempatan, diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu
kedengarannya janggal.
c. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata (diksi)
hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh
pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan lebih
paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya,
kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk
dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal
memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun menghambat kelancaran komunikasi.
Pilihan kata itu tentu harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan
siapa kita berbicara (pendengar).
d. Kelancaran
Seorang pembicara yang
lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali
kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian
yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu
penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya.
Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan pendengar
menangkap pokok pembicarannya.
4. Evaluasi Pembelajaran Berbicara
Bicara merupakan suatu kemampuan kompleks yang melibatkan
beberapa faktor, yaitu kesiapan belajar, kesiapan berpikir, kesiapan
mempraktikkan, motivasi, dan bimbingan;
Apabila salah satu faktor tidak dapat dikuasai dengan baik, akan terjadi
kelambatan dan mutu bicara akan menurun (Hasuti, dkk., 1985). Semakin tinggi
kemampuan seseorang menguasai kelima unsur itu, semakin baik pula penampilan
dan penguasaan berbicaranya. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan seseorang
untuk menguasai kelima unsur itu, semakin rendah pula penguasaan berbicaranya.
Akan tetapi, sangat sulit bagi kita untuk menilai faktor-faktor itu karena
sulit diukur.
Berdasarkan fakta bahwa kegiatan berbicara cenderung
dapat diamati dalam konteks nyata saat siswa berbicara, maka dalam kegiatan
berbicara dapat dikembangkan penilaian kinerja yang bertujuan menguji kemampuan
siswa dalam mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilannya (apa yang
mereka ketahui dan dapat mereka lakukan) pada berbagai situasi nyata dan
konteks tertentu (Johnson and Johnson, 2004).
Penilaian kinerja mempunyai dua karakteristik dasar yaitu
(1) siswa diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan
suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya
berpidato, (2) produk dari penilaian kinerja lebih penting daripada kinerja
(performance)-nya.
Penilaian mengenai apakah yang akan dinilai itu produk
atau kinerjanya akan sangat bergantung pada karakteristik domain yang diukur.
Dalam bidang sastra, misalnya acting dan menari, kinerja dan produknya
sama penting.
Penilaian mengenai kemampuan kinerja dapat juga dilakukan
dengan menggunakan skala penilaian (rating scale). Walaupun cara ini
serupa dengan checklist, tapi skala penilaian memungkinkan penilai
menilai kemampuan peserta didik secara kontinum tidak lagi dengan model
dikotomi. Dengan kata lain, kedua cara ini sama-sama berdasarkan pada beberapa
kumpulan keterampilan atau kemampuan kerja yang hendak diukur: checklist hanya
memberikan dua katagori penilaian, sedangkan skala penilaian memberikan lebih
dari dua kategori penilaian. Paling tidak ada tiga jenis skala penilaian,
yaitu: (1) numerical rating scale, (2) graphic rating scale, dan
(3) descriptive rating scale. Selain itu, alat penilaian
dalam berbicara dapat berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-komponen
tekanan, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini adalah deskripsi masing-masing komponen
(Nurgiyantoro, 2005: 156).
a.
Tekanan
1)
Ucapan
sering tak dapat dipahami.
2) Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang
menyulitkan pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang.
3) Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan
menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.
4) Pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang
tidak menyebabkan kesalahpahaman.
5) Tidak ada salah ucap yang menolak, mendekati ucapan
standar
6)
Ucapan sudah standar.
b. Tata bahasa
1) Penggunaan
tata bahasa hampir selalu tidak tepat.
2) Ada
kesalahan dalam pemgunaan pola-pola pokok secara tetap yang selalu mengganggu
komunikasi.
3) Sering
terjadi kesalahan dalam pola tertentu karena kurang cermat yang dapat
mengganggu komunikasi.
4) Kadang-kadang
terjadi kesalahan dalam penggunaan pola tertentu, tetapi tidak mengganggu
komunikasi.
5)
Sedikit
terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola.
6)
Tidak lebih
dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan wawancara.
c. Kosakata
1)
Penggunaan
kosakata tidak tepat dalam percakapan yang paling sederhana sekalipun.
2)
Penguasaan
kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal (waktu, makanan,
transportasi, keluar).
3)
Pemilihan
kosakata sering tidak tepart dan keterbatasan penggunaannya menghambat kelancaran
komunikasi dalam masalah sosial dan profesional.
4)
Penggnaan
kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang masalah tertentu, tetapui
penggunaan kosakata umum terasa berlebihan.
5)
Penggunaan
kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata umum tepat digunakan sesuai
dengan situasi sosial.
6)
Penggunaan
kosakata teknis dan umum terkesan luas dan tepat sekali.
d. Kelancaran
1)
Pembicaraan
selalu berhenti dan terputus-putus.
2)
Pembicaraan
sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat pendek dan rutin.
3)
Pembicaraan
sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap.
4)
Pembicaraan
kadang-kadang masih ragu, pengelompokan kata kadang-kadang tidak tepat.
5)
Pembicaraan
lancar dan halus, tetapi sekali-kali masih kurang ajeg.
6)
Pembicaraan
dalam segala hal lancar dan halus.
e. Pemahaman
1) Memahami
sedikit isi percakapan yang paling sederhana.
2)
Memahami
dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan dan pengulangan.
3)
Memahami
percakapan sederhana dengan baik, dalam hal tertentu masih perlu penjelasan dan
pengulangan.
4)
Memahami
percakapan normal dengan lebih baik, kadang-kadang mesih perlu pengulangan dan
penjelasan.
5)
Memahami
segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali yang bersifat koloqial.
6)
Memahami
segala sesuatu dalam percakapan normal dan koloqial.
Berikut adalah contoh lembar penilaian berdasarkan
komponen-komponen itu.
Nama Siswa :
Kelas, Semester :
Tanggal
:
No
|
Butir
Penilaian
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Skor
|
1
|
Tekanan
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Tata bahasa
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Kosakata
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Kelancaran
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pemahaman
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah Skor
|
Nilai = jumlah skor : 5
(Nilai
tertinggi 6, terendah 1)
Dalam
penelitian ini, dilakukan pembobotan nilai dengan berdasarkan pada tujuan atau
fokus penilaian, serta melakukan modifikasi berbagai butir penilaian sesuai
dengan tujuan, situasi, dan kondisi yang melatari.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra
Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djamarah, S. B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Cetakan
Pertama. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kelas Kata dalam
Bahasa Indonesia. Yakarta: Gramedia.
Maidar, Arsjad, G. dan Mukti. 1991. Pembinaan
Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Penilaian dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Rofi’uddin, Ahmad & Zuhdi, Darmiyati. 1998. Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Depdikbud
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
*Tenda Roder / Tenda Hanggar / Tenda Dome dengan bahan Tiang alumunium, Dinding dan Atap PVC (PVC atap 850gr Blackout, Pvc dinding 550gr Blackout).
BalasHapusTenda Roder senidiri biasa di gunakan sebagai:
-Tenda vaksinasi
-Tenda semi permanen
-Tenda gudang pabrik
-Tenda darurat Rumah sakit
-Posko Pengungsian
-Tenda Peresmian
-Tenda Pameran
-Tenda Gudang, dan masihbanyak fungsi lainnya
Tenda Roder sendiri memiliki beberapa bentangan yaitu bentangan 10, 15, dan 20. untuk panjangnya sendiri terhitung dari kelipatan 5 (cth: 5, 10, 15, 20 dst)
*Tenda Transparan
Tenda transparan itu memiliki kesan yang elegan karena bisa menampilkan suasana luar tenda dan sinar matahari atau pun binar binar luar tenda di malam hari, Tenda Transparan biasanya digunakan untuk:
-Acara Wedding
-Acara birthday party
-Acara pesta malam
-Event food frestival
-Mini konser
-Private Party dan masih banyak lagi kegunaannya.
*Tenda Kerucut / Tenda Sarnafil
Tenda ini biasanya digunakan untuk:
-Event outdor / pameran
-Tenda promosi
-Tenda jualan
-Tenda pameran
-Tenda event / frestival
-Posko pengamanan covid
-Posko Polisi sementara
-Posko darurat Rumah Sakit
-Ruangan darurat rumah Sakit dan masih banyak kegunaan lainnya.
Tenda kerucut dapat menutup sempurna untuk menghindari panas matahari langsung ataupun air hujan, untuk ukuran tenda yang biasa di gunakan beberapa macam yaitu 3x3m, 5x5m, dan 10x10m.
*Tenda Membrane
Tenda Membran sendiri memiliki kesan yang Elegan dan kokoh, makannya tenda ini sangat cocok sekali untuk di gunakan sebagai:
-Atap Cafe
-Atap Restoran
-Atap Loby Hotel
-Atap Lapangan Sepak bola
-Atap Hall
-Atap JPO
-Atap stadion
-Atap aula dan masih banyak lagi fungsi lainnya
untuk Jasa penyewaan sendiri kami dapat melayani untuk daerah JABODETABEK dan sekitarnya
untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi kami di:
No.wa : 081977000899 / 081112300319 / 081112520816
Alamat: Taman Ubud Cendana 1 No.19 Lippo Village, Tangerang Banten
TENDA RODER, TENDA TRANSPARAN, TENDA KERUCUT, TENDA SARNAFIL, TENDA VAKSINASI, TENDA MEMBRAN, TENDA CAFE, TENDA HOTEL, TENDA LAPANGAN BOLA, TENDA DARURAT RUMAH SAKIT, POSKO PENGUNGSIAN, BILIK DESINFEKTAN, PISKO PENGANAMANAN COVID, RUANGAN DARURAT RUMAH SAKIT.
#TENDAVAKSINASI #TENDAEVENT #TENDAWEDDING #TENDABAZAR #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL#POSKOPENGUNGSIAN #BILIKDESINFEKTAN #TENDAPAMERAN #TENDAEXPO #FRESTIFALMUSIK #KONSERMUSIK #KONSER #JAKARTA #BANDUNG #KARAWANG #JAWATIMUR #JAWABARAT #JAWA TENGAH #SURABAYA #KALIMANTAN #PISKOPENGANAMANANCOVID #RUANGANDARURATRUMAH SAKIT
#TENDAVAKSINASI #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL #TENDASERBAGUNA #TENDADRIVETHRU #TENDAVAKSIN #TENDAPEMAKAMAN #TENDA MEMBRAN #TENDA CAFE #OODFRESRIFAL #KONSERMUSIK #FRESTIFALSENI #EVENTORGENAIZER #ACARAMUSIK #KONSERSENI #BOOTHPAMERAN #STANDPAMERAN #EVENTPAMERAN #TENDAPAMERAN #TENDAEVENT #TENDAKONSER #TENDABESAR #SEWATENDA #SEWATENDAKERUCUT #SEWATENDASARNAFIL #SEWATENDARODER #SEWATENDATRANSPARAN #SEWATENDAWEDDING #SEWATENDAUPACARA #SEWATENDAFOODFRESTIVAL #TENDAMURAH #TENDATERLENGJAP #VENDORTERPERCAYA #VENDORTERMURAH #TENDAMURAH #TENDAPAMERAN #TENDAEXPO #TENDARUMAHSAKIT #TENDASERBAGUNA #TENDASEMIPERMANEN #TENDAEVENT #TENDAPAMERAN #TENDAKECIL #TENDASIRCUIT #TENDAARENABALAP #SEWATENDASIRCUIT #SEWATENDAAREABALAP #SEWATENDAUNTUKMOTORGP #SEWATENDAEVENT #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #TENDAKERUCUT #TENDA SARNAFIL #TENDATERLARIS #TENDATERMURAH #TENDAMURAH #TENDALARIS #TEND3X3M #TENDASARNAFIL3X3M #TENDAKERUCUT3X3M #TENDASARNAFIL5X5M #TENDASARNAFIL4X4M #TENDASARNAFILMURAH #PRODUSENTENDA #PRODUSENTENDASARNAFIL #JUALRANGKATENDA
https://www.tendaroderindonesia.com/
https://shopee.co.id/pasaronlinetangerang
https://shopee.co.id/dewi.melansari
https://www.tokopedia.com/meylans
https://www.facebook.com/profile.php?id=100055894358161
https://www.instagram.com/juragantendaofficial/
https://wordpress.com/home/juragantendaofficial.wordpress.com
https://twitter.com/IndonesiaRoder