Agar
Waktu Tak Menguap Percuma
” Time is Money.”
(Waktu adalah uang)
“Al waqtu kas saif
illam taqtha’hu qatha’aka.” (Waktu ibarat pedang, jika kamu tidak memotongnya,
niscaya pedang itu yang akan memotongmu).
“Al Waqtu huwal hayaah.”
(waktu itu adalah kehidupan itu sendiri). Karenanya ada ungkapan lain senada:
“Al waqtu ‘amaar au damaar.” (waktu adalah keceriaan atau kebinasaan).
Betapa banyak ungkapan
ungkapan senada yang mengindikasikan keberhargaan dan ketinggian nilai waktu
bagi kehidupan.
Penting dan berharganya
waktu ditunjukkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Ia bersumpah dengan masa
(baca: waktu) dalam firman-Nya, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar
berada dalam kerugian, Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh dan saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran” (Al ‘Ashr: 1 3).
Demikian juga dalam
ayat ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala. bersumpah dengan beragam waktu
dalam sehari semalam, “Wallaili idzaa yaghsya” (demi waktu malam saat kelam),
“wadh dhuhaa” (demi waktu dhuha), “wal fajri” (demi waktu fajar) dan
seterusnya.
Secara kontekstual,
ayat ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. di atas mengisyaratkan dengan jelas
tentang kemuliaan dan ketinggian nilai waktu. Sebagaimana ia juga mengisyaratkan
bahwa manusia sangat akrab dengan keburukan dan malapetaka, karena terlena dari
kejapan masa. Juga memberikan pengertian bahwa tidak ada yang lebih mahal
harganya daripada umur yang dikaruniakan pada manusia.
Penting dan mahalnya
harga waktu, juga dijelaskan dalam teks teks hadits Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam, sebagai sumber kedua setelah Al Qur’an, antara lain:
“Dua nikmat yang banyak
orang rugi di dalamnya, yaitu kesehatan dan waktu luang” (al hadits).
“Kedua kaki seorang
hamba tidak akan melangkah pada hari Kiamat sehingga ia ditanya tentang empat
perkara, yaitu: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya
untuk apa ia lewatkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan kemana ia
belanjakan, dan tentang ilmunya untuk apa ia gunakan” (HR Al Bazzar dan Ath
Thabrani).
“Pergunakan lima
perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum masa tua, kekayaanmu
sebelum kemiskinan, kesehatanmu sebelum sakit, masa hidup sebelum engkau mati.”
(Al Hadits).
Kesadaran akan penting
dan berharganya waktu tersebut, juga dimiliki para salafuna shalih (pendahulu
kita). Mereka mengungkapkan kesadaran itu dengan kata kata indah, antara lain:
“Orang mukmin tidak
bergerak melangkah kecuali untuk tiga perkara, yaitu: membekali diri untuk
akhirat, atau mencari nafkah untuk hidup, atau sekedar menikmati hal hal yang
tidak diharamkan.”
“Saya (Umar bin Khathab
ra.) benci melihat orang punya waktu luang tanpa diisi dengan aktivitas
berdimensi ukhrawi, tak pula kegiatan duniawi.”
“Kewajiban lebih banyak
dari pada waktu yang tersedia.”
“Peluang adalah emas,
kesibukan adalah keberkahan, tidak dapat mengatur waktu adalah bencana.”
“Malam dan siang adalah
modal kekayaan orang mukmin. Keuntungannya adalah sorga, sedangkan kerugiannya
adalah neraka.”
Sehingga, kita pun
dapat meneladani mereka dengan ungkapan nurani: “Tiada waktu tanpa tilawah
dengan Al Qur’an”, “Tiada saat saat, tanpa aktivitas yang diridhai Nya”, “Tiada
peluang kecuali bermanfaat”. Itulah ungkapan nurani yang bermuara pada firman
Sang Pencipta nurani: “Maka jika engkau berpeluang (waktu kosong) hendaknya
diisi (dengan yang bermanfaat).” (Al Insyirah: 7).
Waktu….. oh waktu……,
demikian berharga engkau. Masa…. Oh masa, tiada berguna penyesalan atas masa
lalu.
Ramadhan merupakan
salah satu masa dan waktu bagi kehidupan kita. Bahkan, Islam memandang Ramadhan
adalah waktu dan peluang investasi kebajikan untuk kehidupan akhirat, saat
Allah meminta pertanggungjawaban setiap waktu dan masa yang digunakan manusia.
Tak terkecuali.
Investasi yang
ditawarkan bukan sekedar sesuatu yang mendatangkan keuntungan duniawi belaka.
Keuntungannya pun tidak sekedar keuntungan, tetapi keuntungan yang berlipat
ganda, untung dunia dan akhirat.
Sebagai ilustrasi, jika
ada seseorang kaya raya menawarkan kepada Anda modal besar untuk diinvestasikan
dalam sebuah bisnis mulia. Bahkan orang kaya itu memberikan hibah pemberian
kepada Anda dan bukan pinjaman modal. Apa sikap Anda dan bagaimana selayaknya
Anda lakukan terhadap modal besar tersebut?
Karena harta modal itu
pemberian untuk anda, Anda bebas bersikap dan memperlakukannya. Tetapi
pantaskah Anda berfoya foya dengan harta itu? Layakkah Anda mensia siakan
hartanya? Bijakkah Anda ketika Anda hanya berucap “syukron” (terima kasih),
tanpa ada upaya bagaimana agar Anda bisa hidup wajar dan penuh keceriaan?
Selaku orang bijak dan
pandai berterima kasih, tentunya Anda harus memanfaatkan pemberian orang kaya
itu dengan sebaik baiknya, yang manfaatnya tidak hanya untuk Anda, kemungkinan
besar untuk orang banyak, juga bermanfaat untuk kehidupan yang berdimensi
ukhrawi. Selaku orang beriman dan beragama, tentunya Anda harus membuat sebuah
planning yang tepat guna, sehingga pemberian orang yang banyak itu dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Demikian juga halnya di
dalam bulan Ramadhan, Allah Subhanahu wa Ta’ala. dengan syariat Nya memberikan
banyak hadiah berlipat ganda, selama Anda menjalankan syariat syariat Nya di
bulan suci ini. Hadiah itu bermuara kepada ‘bonus’ Allah berupa kebahagiaan
lahir batin di dunia dan akhirat, karena tercapainya diri yang fitrah, bersih
dari segala noda, salah, dan dosa.
Karenanya, sangat
pantas dan wajar jika kita mampu memanfaatkan pemberian Allah Subhanahu wa
Ta’ala. selama bulan Ramadhan dengan sebaik baiknya. Sehingga, waktu waktu kita
pun selama itu tidak terbuang percuma dan lewat tanpa buah manis bagi kehidupan
kita.
Caranya….? Buatlah
perencanaan yang matang jauh sebelum Anda memasuki bulan suci Ramadhan kali
ini. Ada baiknya, jika Anda juga melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap
waktu waktu Anda pada bulan Ramadhan tahun lalu. Setelah itu, baru Anda buat
planning Ramadhan tahun ini.
Dalam planning,
tentunya diperhatikan hal hal yang terkait dengan planning, seperti tujuan,
aspek aspek aktifitas yang mengacu pada dimensi tujuan yang ditentukan.
Kemudian dibuat sistematika pelaksanaan dan evaluasi berkala, lalu buatlah
program yang dapat menunjang capaian tujuan yang ditentukan.
Tujuan: Tujuan akhir
dari aktivitas Ramadhan adalah meningkatnya kepribadian muslim. Acuan
kepribadian muslim tersebut adalah mukmin multazim (komitmen) dengan Islam baik
dalam aspek akidah, ibadah, dan muamalah (baca: orang muttaqin).
Hal hal yang termasuk
dalam aspek akidah seperti: keyakinan wajibnya shaum, keikhlasan niat dan motivasi,
bergembira dan berdo’a, kesiapan meraih tujuan shaum. Pada aspek ibadah, tujuan
antaranya seperti: memahami hukum hukum ibadah, memahami etika shaum dan amalan
utama serta hikmah shaum. Sedangkan aspek muamalah diarahkan kepada aktivitas
bernuansa moralitas bergaul, seperti: silaturahim, saling memaafkan, berlapang
dada, kebersamaan dan lainnya.
Dari tujuan akhir dan
tujuan antara serta bentuk bentuk aktivitas tersebut, kita dapat menentukan
berbagai kegiatan dengan beragam aspeknya (ruhiah, fikriah dan jasadiah).
Kegiatan kegiatan dalam aspek ruhiah, contohnya: ibadah wajib, nawafil (ibadah
sunnah), i’tikaf, tarawih atau qiyamullail, tilawah Al Qur’an 1 juz perhari dan
lainnya.
Dari aspek fikriah,
seperti: mengikuti kegiatan kuliah shubuh, menentukan bacaan Islam tertentu,
mendatangi ustadz atau orang orang yang dipercayai kompeten dalam berkonsultasi
dalam bidang bidang tertentu. Juga menghadiri acara acara ilmiah, serta jangan
lupa hindari debat dengan orang lain.
Sedangkan aspek
jasadiah, kita dapat membuat program program yang terukur, seperti: tidak isrof
(berlebihan) dan segala hal, makan sahur yang cukup, makanan halal dan bergizi,
senam ringan 15 menit sehari dan aktifitas positif lainnya.
Keberhasilan Anda dalam
planning merupakan sebagian dari keberhasilan Anda dalam mencapai cita cita dan
tujuan mulia. Awali usaha Anda dengan tekad, kemauan kuat. Kemudian, bersihkan
hati, ikhlaskan niat. Mulai pembuatan rencana dengan ungkapan verbal sikap
ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Bismillahir Rahmanir Rahim.”
Secara umum ada 6 tahap
mengelola waktu secara efektif dan efesien:
Selalu kembali pada
misi hidup: mengerjakan sesuatu dengan penuh semangat dan menolak mengerjakan
hal hal yang tidak penting, tidak terkait dengan tujuan hidup.
Perhatikan peran kita:
harus ada keseimbangan dalam mengerjakan peran sebagai individu, ibu (istri),
ayah (suami), pendidik, pekerja.
Tetapkan tujuan apa
yang ingin kita capai tiap pekan: membantu agar kita tetap fokus untuk
mengerjakan hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup.
Perencanaan pekanan:
membantu kita untuk membuat prioritas, sekaligus melakukan hal lain (sediakan
waktu untuk persiapan dan perencanaan. Perbaharui jadwal harian dan pekanan).
Lakukan dengan
integritas: jika sesuatu terjadi di luar rencana kita, mana yang harus
didahulukan? Berpikir sejenak sebelum memberikan reaksi, selalu kembali pada
tujuan hidup.
Evaluasi terus belajar
untuk mengatur waktu
Jangan lupa senantiasa
budayakan bermusyawarah dalam perencanaan. Benar…, Anda punya kebebasan untuk
mewujudkan kepentingan Anda, tetapi sangat benar orang lain mempunyai kebebasan
untuk meraih cita cita hidup demi kepentingan dirinya. Karenanya, musyawarah
dengan orang di sekitar Anda merupakan jalan terbaik untuk mewujudkan cita dan
impian Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar