PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Rabu, 22 Mei 2013

Materi Sejarah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Mekah


Materi Sejarah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Mekah

1.      Arti Hijrah dan keteranngannya
Kata hijrah berasal dari bahasa Arab yang berarti meninggalkan suatu perbuatan atau menjauhkan diri dari pergaulan atau berpisah dari suatu tempat ketempat yang lain. Sedangkan hijrahnya nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah merupakan Hijrah (berpindah) dari negeri atau daerah orang-orang kafir atau musyrik kenegeri atau daerah orang-orang muslim. Hijrah juga wajib dilakukan oleh setiap orang Isalm yang berdiam atau tinggal di negeri atau daerah orang-orang kafir atau musyrik, padahal ia tidak kuasa membongkar atau memusnahkan keadaan-keadaan dan perbuatan-perbuatan mereka yang nyata-nyata dilarang oleh Allah. Oleh karena itu, kaum muslimin wajib berpindah (berhijrah) ke negeri atau daerah lain yang kirannya dapat jauh daripada keadaan-keadaan dan perbuatan-perbuatan yang terkutuk oleh Allah itu.[1]

2.      Hijrah Nabi dan para sahabat dari Makkah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan berbagai tradisi  keagamaan dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah  secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.
Masjid Nabawi, berlokasi di Madinah, Arab Saudi.
Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa Mekkah, akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang saat itu telah bersatu di Madinah.[2]
Pada periode Makkah tahun ke-11 dari kenabian, ada beberapa orang Yastrib datang ke Makkah  dan bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi menyeru mereka untuk masuk Islam, kemudian mereka mempercayai kenabiannya, mengucapka sumpah setia dan menyatakan masuk Islam.
Ada dua kali terjadi sumpah setia (bai’at) antara Nabi dengan orang-orang Yastrib. Sumpah setia pertama (Bai’at al-Aqabah al-Ula) terjadi pada tahun 621 M berisikan pernyataan bahwa orang-orrang Yastrib menerimanya sebagai Nabi dan mematuhi perintahnya serta menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Pada tahun 622 M Nabi kembali bertemu dengan 75 orang dari Madinah. Dalam pertemuan ini Nabi juga membai’at mereka. Kejadian inilah yang menjadi sumpah setia yang kedua (Bai’at al-Aqabah al-Tsaniyah) yang berisikan pernyataan bahwa mereka tidak hanya menerima Muhammad sebagai Nabi dan menjauhi perbuatan dosa, akan tetapi juga sanggup berperang membela Tuhan dan Rasul-Nya.
Disamping itu mereka juga mengajak dan sangat mengharapkan kedatangan Rasulullah kenegeri mereka. Yastib saat itu sangat mengharapkan seorang pemimpin yang bisa diterima oleh berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena di Yastrib sedang terjadi permusuhan antara orang Yahudi dengan orang Arab serta antara suku Aus dengan suku Khazraj.
Sekembalinya orang-orang yang di bai’at ke Madinah, makin hari makin banyak penduduk Madinah yang memeluk agama Islam. Tetapi kaum muslimin yang berada di Makkah semakin menderita dan mengalami kesengsaraan dari kaum musyrikin Quraisy. Kaum Quraisy semakin meningkatkan gangguannya pada kaum muslimin semenjak mereka tahu adanya orang-orang dari Madinah yang mendukung misi Rasulullah SAW. Oleh karena itu Allah memerintahkan agar Nabi Muhammad SAW segera pindah/hijrah ke Yastrib/Madinah.
Setelah turun perintah hijrah, maka nabi meninggalkan rumah dan tanah kelahirannya untuk berhijrah ke Madinah bersama Abu Bakar pada tanggal 12 Rabiul Awal/24 September 622 M yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa orang sahabat. Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah sampai dengan wafatnya Nabi pada tahun 632 M
3.      Hikmah dari Hijrah Nabi ke Madinah
Pelajaran yang dapat diambil dari Hijrah nabi SAW bahwa Dakwah dan Akidah membutuhkan pengorbanan yang besar sekali. Keduanya memaksa seorang untuk meninggalkan segala apa yang keduanya memaksa seorang untuk meninggalkan segala apa yang disenangi baik, harta, keluarga, kawan maupun tempat kelahiran. Kita telah tahu bahwa kota Mekkah selain sebagai tempat kelahiran Nabi dan para sahabatnya, kota tersebut merupakan kota yang dirindukan oleh setiap orang. Karena dikota itulah Ka’bah berada. Dimana setiap orang pasti menyintainya. Namun demi untuk tegaknya Aqidah dan Dakwah Islamiah terpaksa Nabi dan para sahabat meninggalkan kota Mekkah beserta keluarga yang mereka cintai, diwaktu kota tersebut penduduknya tidak menyenangi Islam
Point yang cukup penting dalam berhijrah adalah usaha maksimal yang dilakukan. ketika kita sudah bertekad untuk berhijrah, maka sepantasnyalah kita berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menjalankan hijrah itu. Setelah kita telah berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membantu kita dalam menjalani hijrah kita. Contoh nyatanya terdapat pada hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Mekkah ke Madinah. Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, hijrah Nabi SAW dilaksanakan dengan perencanaan yang matang serta usaha yang maksimal. Ketika dikejar kaum kafir, Nabi SAW bersama Abu Bakar terpaksa bersembunyi di dalam gua. Saat itu, keadaan mereka sungguh terjepit dan tidak ada usaha lain yang dapat dilakukan selain bersembunyi. Di dalam gua, Abu Bakar menangis karena khawatir akan keselamatan Nabi yang terancam. Namun, tidak ada hal lain yang perlu ditakutkan karena Nabi telah berusaha dan bertawakkal kepada Allah. Tanpa diduga, seekor laba-laba membuat sarang dengan cepat di pintu masuk gua. Inilah pertolongan Allah bagi hamba-hambaNya yang telah berusaha. Adanya sarang laba-laba di pintu masuk gua akan mengelabui orang yang datang bahwasanya tidak mungkin ada orang di dalam gua. Pertolongan-pertolongan gaib semacam ini akan muncul jika kita memang telah berusaha secara sungguh-sungguh dalam berhijrah
Perlu kita sadari pula, bahwa keberhasilan kita dalam berhijrah ditentukan pula oleh seberapa sesuainya diri kita kepada sistem hijrah yang kita jalani. Misalnya, ketika kita berhijrah untuk rajin solat. Kita akan berhasil apabila kita melaksanakan sistem hijrah itu dengan baik. Sistem yang berlaku pada kasus ini adalah seberapa patuhnya kita untuk tetap melaksanakan solat. Jika dalam menjalani hijrah kita masih saja “mencuri-curi”untuk tidak solat, artinya kita telah melanggar sistem hijrah yang ada. Tentunya, hasilnya pun akan percuma. Wallahua’alm.
,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar