Hermeneutik Irfani; Menembus Batas Eksoterik Teks
Bahasa Irfan adalah bahasa penyingkapan (kasyf) dan syuhud (penyaksian). Penyingkapan-penyingkapan irfani memberikan ungkapan dan pandangan khusus kepada lisan dan mata seorang arif tentang keberadaan dan kosmos eksistensi. Ungkapan dan pandangan ini merupakan hasil dari pengalaman esoterik dan temuan-temuan irfani. Dan ketika terkait dalam batasan teori dan penalaran (reasoning) ia berada dalam ruang-lingkup irfan teoritis, dua hal yang harus tuntas dalam pembahasan epistemologi irfani. Dalam disiplin ilmu Irfan Islami, teoritis atau praktis, muksyafah (disclosure) merupakan masalah yang paling utama. Masalah ini telah dan tetap menjadi perhatian sepanjang masa.
Dalam Irfan praktis, amal dan olah-batin merupakan starting-point dan jalan thariqat menuju hakikat. Dengan meniti jalan sair suluk di penghujung seorang salik akan hinggap pada mukasyafah atas nama-nama atau dzati. Dengan demikian, kasyf (penyingkapan) dan syuhud (penyaksian) merupakan ujung jalan bagi seorang salik. Atas dasar ini, mukasyafah merupakan titik-henti (ending point) irfan praktis dan titik-mula (starting point) irfan teoritis. Kasyf dan syuhud adalah media untuk mengakses alam meta-natural atau umumnya disebut sebagai meta-fisika.
Dalam mengakses alam meta-fisika, para urafa menjadikan Qur'an dan Hadis sebagai nara-sumber hayati. Qur'an bagi para urafa tidak dipandang sebagai sekedar sebuah kitab biasa, namun ditilik sebagai firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Pamungkas Saw melalui Jibril. Qur'an bagi mereka adalah kehidupan itu sendiri dan mata-air cerlang cinta Ilahi yang tumpah-ruah dalam kehidupan para urafa. Boleh jadi, rahasia dinamik dan berpengaruhnya para urafa bagi umat manusia dan rahasia keabadian mereka adalah hubungan intens mereka dengan kalam Ilahi dan pemahaman terhadapnya. Dalam memahami kalam Ilahi, dalam kamus urafa, tidak terbatas pada kaidah linguistik, bentuk lahir dari ayat-ayat dan susunan gramatika saja. Mereka menembus batas-batas lahir menyelam samudera makrifat Ilahiah dengan menjelajah makna-makna batin dari firman Tuhan. Proses jelajah dan eksplorasi yang tertimbun dari makna lahir ini yang dalam ilmu tafsir disebut sebagai takwil. Sebuah pendekatan yamg menanjak (su'udi) mengambil emanasi dari tanzil (ayat-ayat Ilahi) yang bercorak menukik (nuzuli).
Dalam pandangan Mulla Shadra, baik al-Qur'an dan manusia masing-masing memiliki tingkatan lahir dan batin, eksoterik dan esoterik. Batin al-Qur'an dicerap manusia dengan ruhnya, tidak melalui indra dan persepsi lahiriyahnya. Tentu setelah melintasi tingkatan lahir dan derajat lafaz, dengan memperhatikan bentuk-bentuk lahirnya, manusia pada giliran selanjutnya, menembus tingkatan batin dan derajat makna. Pada lintasan ini, manusia (penakwil) mengeksplorasi makna tersebut dengan syuhud dan mukasyafah.
Sejalan dengan itu, hadis yang dinukil dari Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa al-Qur'an mengandung ayat-ayat lahir dan ayat-ayat batin, dan ayat-ayat batin itu mengandung 70 batin yang lain menjadi dalih bagi para penafsir untuk melakukan praktik tafsir irfani atau umumnya disebut sebagai takwil atau hermeneutik irfani.
DOWNLOAD FILE LENGKAP PADA LINK DI BAWAH
FILE Hermeneutik Irfani |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar