Kurva Permintaan
Investasi
Investasi sering disebut juga penanaman modal atau pembentukan
modal. Investasi juga dapat disebut sebagai kegiatan untuk membuka usaha dan
menggunakan uang untuk membeli barang barang modal. Dengan demikian,
investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksiguna menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
yang tersedia dalam perekonomian.
Besar kecilnya permintaan investasi tergantung pada tingkat bunga yang berlaku, semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil permintaan investasi. Jadi hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi adalah berbanding terbalik. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kurva permintaan investasi pada Gambar berikut.
Wawasan Ekonomi
Investasi dilakukan dengan tujuan mendapat
keuntungan di masa mendatang. Pelaksanaan investasi baik yang berasal dari
modal dalam negeri maupun modal asing harus diawasi oleh pemerintah.
Kurva permintaan investasi perekonomian diperoleh dengan cara
menjumlahkan investasi seluruh perusahaan pada masingmasing tingkat bunga. Pada
tingkat bunga yang lebih rendah, semakin banyak proyek investasi menguntungkan
bagi masing-masing perusahaan, sehingga total belanja investasi dalam
perekonomian meningkat.
Dari kurva permintaan investasi di samping dapat dijelaskan jika
tingkat bunga naik menjadi 10 persen, belanja investasi menurun menjadi $0,5
triliun. Dan jika tingkat bunga turun menjadi 6 persen, investasi naik menjadi
$0,7 triliun. Sepanjang kurva permintaan investasi yang diasumsikan konstan
adalah ekspektasi usaha tentang perekonomian. Jika perusahaan semakin optimis
tentang prospek adanya keuntungan, maka permintaan investasi naik, dan kurvanya
bergeser ke kanan.
Kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Fungsi atau kurva investasi digambarkan sejajar dengan sumbu datar atau horizontal, yang juga disebut sebagai investasi otonom. Artinya besar kecilnya pembentukan modal tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan nasional.
Besar kecilnya pengeluaran investasi perusahaan ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini.
1. Tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari investasi.
2. Tingkat bunga yang berlaku.
3. Prediksi atau ramalan keadaan
ekonomi di masa depan.
4. Kemajuan teknologi suatu negara
.
5. Tingkat pendapatan nasional dan
perubahan-perubahannya
6. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan-perusahaan.
Dalam analisis penghitungan pendapatan nasional suatu negara, keseimbangan perekonomian negara pada perekonomian dua sektor dapat dirumuskan sebagai berikut.
Keadaan keseimbangan tersebut menunjukkan syarat keseimbangan
dalam perekonomian dua sektor, yaitu pendapatan (Y) sama dengan
pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) ditambah dengan pengeluaran investasi
perusahaan ( I ) atau besarnya kebocoran (S) sama dengan besarnya suntikan (I).
Dengan adanya investasi, maka grafik keseimbangan pendapatan dalam perekonomian
dua sektor bergeser dari besarnya Break Even Point atau Break
Even Income ( Y = C ) menjadi Y = C + I
Hubungan Antara
Investasi, Tingkat Pengembalian Yang Diharapkan Dan Tingkat Suku Bunga
Menurut Teori Klasik, teori tingkat suku bunga
merupakan teori permintaan penawaran terhadap investasi. Teori ini
membahas tingkat suku bunga sebagai suatu faktor pengimbang antara permintaan
dan penawaran daripada investable fund yang bersumber dari investasi. Teori
ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian senantiasa berada dalam
keadaan full employment. Dalam keadaan full
employment itu seluruh kapasitas produksi sudah dipergunakan penuh
dalam proses produksi. Oleh karena itu, kecuali meningkatkan efisiensi
dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat
mempengaruhi sektor produksi. Dengan perkataan lain sektor moneter,
dalam teori ekonomi klasik terpisah sama sekali dari sektor riil dan tidak ada
pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut.
Konsep investasi menurut klasik dikatakan,
bahwa seorang dapat melakukan tiga hal terhadap selisih antara pendapatan dan
pengeluaran konsumsinya yaitu: pertama, ditambahkan pada saldo tunai yang
ditahannya. Kedua, dibelikan obligasi baru dan ketiga, sebagai pengusaha, dibelikan
langsung kepada barang-barang modal. Asumsi yang digunakan disini adalah
bahwa penabung yang rasional tidak akan menempuh jalan yang pertama.
Berdasarkan pada pertimbangan bahwa akumulasi kekayaan dalam bentuk uang
tunai adalah tidak menghasilkan.Menurut teori klasik, bahwa investasi
masyarakat adalah fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat
suku bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya
pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat akan terdorong untuk
mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah investasinya.
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin
tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan masyarakat untuk melakukan investasi
menjadi semakin kecil. Hal ini karena biaya penggunaan dana (cost of
capital) menjadi semakin mahal, dan sebaliknya makin rendah tingkat
suku bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi akan semakin meningkat.
Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes
dikenal dengan teori liquidity prefence. Keynes mengatakan bahwa
tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya
terjadi di pasar uang. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh
penawaran dan permintaan akan uang. Keynes tidak sependapat dengan pandangan
ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan bahwa tingkat investasi maupun tingkat
investasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga, dan perubahan-perubahan
dalam tingkat bunga akan menyebabkan investasi yang tercipta pada tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan
oleh para pengusaha. Menurut Keynes, besarnya investasi yang dilakukan oleh
rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat bunga. Ia terutama
tergantung dari besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin
besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga, semakin besar
pula jumlah investasi yang akan diperolehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah
tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, peubahan yang cukup besar
dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah investasi
yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.
Berbeda dengan teori klasik, teori Keynes mengasumsikan
bahwa perekonomian belum mencapai tingkatfull employment. Oleh karena
itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun
tingkat harga-harga. Dengan menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat
dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional.
Adam smith menyatakan bahwa investasi
dilakukan karena para pemilik modal mengharapkan untung dan harapan masa depan
keuntungan bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan
nyata. Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi.
Pada waktu laju pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat antar
pemilik modal akan menaikkan upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan.
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah
suatu Investasi akan di laksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan
antara besarnya keuntungan yang di harapkan (yang menyatakan dalam persentase
satuan waktu waktu) di suatu pihak dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga
di pihak lain. Apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar uang sebesar 3%
setiap bulan (atau 36% setahun), sedangkan keuntungan yang di harapkan
sebesar 60% maka investasi tersebut masih menguntungkan karena keuntungan
(kotor) yang di harapkan 60% jadi melebihi ongkos pendanaan dapat di
katakan 60%- 36% = 24% pertahun untuk 10 tahun. Maka jika
pengusaha tersebut “rasional” investasi tersebut akan dilaksanakan Secara
ringkas :
1. Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar dari
pada tingkat bunga, maka investasi di laksanakan.
2. Jika MEC lebih kecil dari pada tingkat bunga maka
investasi tidak dilaksanakan.
3. Jika MEC = tingkat bunga maka investasi bisa di
laksanakan dan bisa juga tidak.
Tiga hal yang perlu di garis bawahi mengenai
fungsi investasi pertama fungsi tersebut mempunyai slope yang negative, artinya
semakin rendah tingkat bunga semakin besar pula tingkat pengeluaran investasi
yang di inginkan. Kedua, dalam kenyataan fungsi tersebut sulit untuk di peroleh
sebab posisinya sangat stabil (mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat).
Kelebihan fungsi investasi ini akan segera dapat di pahami karena posisinya
sangat tergantung pada nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan bahwa MEC
adalah keuntungan yang di harapkan oleh investor. Ketiga, yang perlu ditekankan
adalah hubungan teori Keynes dengan kenyataan, khususnya masalah tersedianya
dana investasi.
Salah satu variabel yang
dijadikan sebagai indikator untuk menentukan para investor mau menanamkan
dananya adalah stabilitas di pasar uang yang ditunjukkan dengan variabel suku
bunga. Data mengenai investasi dan suku bunga Indonesia ditunjukkan
dengan tabel berikut :
Tabel Investasi dan Suku bunga Indonesia
Tahun
|
Suku bunga (%)
|
Investasi (Milyar Rp.)
|
1997
|
21,01
|
199301,1
|
1998
|
40,07
|
160326,9
|
1999
|
21,2
|
125010,6
|
2000
|
13,5
|
187284,4
|
2001
|
16,48
|
254089,0
|
2002
|
16,5
|
252289,0
|
2003
|
11,59
|
250000,0
|
Sumber : Badan Pusat
Statistik
Kemampuan semua variable
bebas (yaitu Suku bunga) dalam menjelaskan perubahan variable tidak bebas
(investasi) adalah 31 % sedangkan sisanya 69 %
dijelaskan oleh faktor lain.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa ketika
tingkat suku bunga naik yaitu dari 21,01% pada tahun 1997 ke tingkat 40,07%
pada tahun 1998, investasi menurun sebesar Rp38.974,2 milliar. Dan ketika
tingkat suku bunga turun yaitu dari 21,2% pada tahun 1999 ke tingkat 13,5% pada
tahun 2000, maka investasi meningkat sebesar Rp62.273,8 milliar. Sehingga
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketika tingkat suku bunga naik, maka
investasi menurun dan sebaliknya. Namun pada tahun 1999 dengan tingkat suku
bunga 21,2%, investasi hanya sebesar Rp125.010,6 milliar sehingga dapat
juga diambil kesimpulan bahwa tidak selamanya tingkat investasi sepenuhnya
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Karena dapat diketahui pada tahun 1999
tersebut, keadaan politik Indonesia masih terguncang dan kondisi masyarakat
pada saat itu masih tidak stabil karena dikhawatirkan akan kembali terjadi
kerusuhan-kerusuhan, ditambah lagi imbas akibat krisis moneter pada tahun
1997-1998 pada investor menyebabkan kondisi ekonomi dalam negeri belum pulih
kembali sehingga keadaan politik juga dapat mempengaruhi tingkat investasi di
Indonesia.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Investasi
Kekuatan ekonomi utama yang menentukan
investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat
bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan (Paul A. Samuelson dan
William D. Nordhaus, 1993, 183).
Faktor-faktor penentu investasi sangat
tergantung pada situasi dimasa depan yang sulit untuk diramalkan, maka
investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah.
Penanaman modal dalam negeri memberikan
peranan dalam pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang. Hal ini
terjadi dalam berbagai bentuk. Modal Investasi mampu mengurangi kekurangan
tabungan dan melalui pemasukan peralatan modal dan bahan mentah, dengan
demikian menaikkan laju pemasukan modal. Selain itu, tabungan dan investasi
yang rendah mencerminkan kurangnya modal di negara keterbelakangan teknologi.
Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal Investasi yang membawa serta
keterampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar,
teknik-tekink produksi maju, pembaharuan produk dan lain-lain. Selain itu juga
melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua ini pada akhirnya akan
mempercepat pembangunan ekonomi negara terbelakang. Pertumbuhan ekonomi tahun
sebelumnya dan tahun yang akan datang sangat mempengaruhi penanaman modal asing
ke dalam negeri.
Ø Pengaruh Nilai Tukar
Secara
teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak
pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada
investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan
berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik.
Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi
melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal
dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat
kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan
tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan
domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan
penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada
sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure
switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak
menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk
impor yang diukur dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan
meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded
goods) relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non
traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik
akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
Ø Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat
bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada
kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi
memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final.
Ø Pengaruh Tingkat Inflasi
Tingkat
inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena
tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi
dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa
jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga
relatif. Disamping itu menurut Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi
yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro
dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi
makro.
Di
Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan diikuti
dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami, dalam upayanya
menurunkan tingkat inflasi yang membumbung, pemerintah sering menggunakan
kebijakan moneter uang ketat (tigh money policy). Dengan demikian
tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung
melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.
Ø Pengaruh Infrastruktur
Seperti
dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah mengundang investor guna
berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti
jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain.
Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata
uang asing. Melihat perkembangan makro-ekonomi saat ini, terutama memperhatikan
kecenderungan penurunan tingkat bunga.
Pembangunan
kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat
diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis. Pembangunan
infrastruktur akan menyerap banyak tenaga kerja yang selanjutnya akan
berpengaruh pada meningkatnya gairah ekonomi masyarakat. Dengan infrastruktur
yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan
investasi yang didapat semakin meningkat.
Ø Kemajuan teknologi
Pada umumnya semakin banyak
teknologi-teknologi baru yang ditemukan, akan semakin banyak pula kesempatan
bagi pengusaha untuk menggunakan teknologi baru tersebut dalam proses produksi.
Untuk melaksanakan proses produksi dengan
teknologi baru, pengusaha harus membeli mesin-mesin baru dan sering kali juga
harus mendirikan pabrikpabrik baru.
Ini berarti pengusaha harus melakukan investasi. Dengan demikian, semakin tinggi kemajuan teknologi, semakin tinggi pula jumlah investasi.
Ini berarti pengusaha harus melakukan investasi. Dengan demikian, semakin tinggi kemajuan teknologi, semakin tinggi pula jumlah investasi.
Ø Tingkat pendapatan
nasional
Pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat yang besar akan
meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Peningkatan permintaan
terhadap barang dan jasa akan mendorong investor melakukan investasi untuk
memenuhi peningkatan permintaan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi pendapatan akan semakin tinggi jumlah investasi
Ø Prospek Ekonomi Di Masa Datang
Faktor prospek ekonomi di masa datanglah yang
merupakan faktor yang paling mempengaruhi tingkat investasi dalam perekonomian
suatu negara. Tidak dapat dipungkiri, harapan untuk adanya suatu peningkatan
aktivitas perekonomian di masa datang merupakan salah satu faktor penentu untuk
para investor dalam melakukan atau tidaknya suatu investasi. Jika diperkirakan
akan terjadi peningkatan aktivitas perekonomian di masa yang akan datang, maka
investor kemungkinan besar tidak akan menyia-nyiakan peluang yang memungkinkan
untuk meraih keuntungan lebih besar di masa yang dating
Ø Faktor kestabilan perekonomian negara
Faktor kestabilan perekonomian, merupakan
salah satu pertimbangan yang penting dalam melakukan investasi. Kabar baiknya
adalah bahwa Indonesia, menurut Kepala Ekonom DBS Bank David Carbon, saat ini
menjadi salah satu negara sasaran investasi yang ideal karena memiliki struktur
perekonomian yang cenderung stabil.
Ø Tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected rate of return)
Kemampuan perusahaan
menentukan tingkat investasi yang diharapkan, dipengaruhi oleh kondisi internal
dan eksternal perusahaan.
ü Kondisi
internal merupakan kondisi yang berada di bawah kontro perusahaan, seperti:
tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Selain itu
kekuatan monopoli, kedekatan perusahaan dengan penguasa, dan jalur informasi.
ü Kondisi
eksternal perusahaan Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan adalah
tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestic maupun internasional.
Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi tingkat pengembalian, seperti:
kenaikan pajak dan faktor social politik.
Ø Biaya investasi
Biaya
investasi sangat ditentukan oleh tingkat bunga pinjaman.Makin tinggi tingkat
bunganya, maka biaya investasi makin mahal, yang mengakibatkan minak
berinvestasi makin menurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar