PENDIDIK HARUS TERDIDIK

Bisnis On Line Tanpa Modal

Cari Blog Ini

Kamis, 17 Januari 2013

KTI Kultur Kebudayaan Masyarakat Tradisional Menuju Masyarakat Modern Dari Pengaruh Globalisasi Zaman Tanpa Harus Mengikis Konsep Kebudayaan Nasionalisme


A.    Kultur Kebudayaan  Masyarakat Tradisional Menuju Masyarakat Modern
1.      Pengertian Kebudayaan
Istilah 'kebudayaan'. Mulai untuk cakupan pengertian yang sempit hingga cakupan yang sangat luar biasa luas. Luas cakupan itu tidak hanya terjadi dalam penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, namun juga penggunaannya sebagai istilah dalam wacana ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan sosial. Kata 'kebudayaan' berasal dari bahasa sanksekerta Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi yang berarti akal atau budi. Dengan demikian kebu-dayaan dapat diartikan sebagai hal-ha1 yang berkenaan dengan budi atau akal. Kata kebudayaan sendiri di dalam wacana ilmu pengetahuan di Indonesia merupakan upaya mencari padanan kata culture dalam bahasa Inggris. Sedangkan 'culture' adalah berasal dari bahasa Latin yaitu 'colere' yang berarti bercocok tanam. 'Culture‘ diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam. Hingga kinipun kata 'cul-ture' tetap juga digunakan dalam dunia pertanian, misalnya 'agriculture' untuk menyebut ilmu-ilmu pertanian, 'monoculture' untuk menyebut pertanian yang terdiri dari satu jenis tanaman.
Sebagai obyek studi, semula antropologilah yang dipandang sebagai 'pemilik' wilayah studi kebudayaan. Namun pada perkembangan lebih lanjut, antropolgi tampaknya tidak mungkin memonopoli bidang ini, sebab pada kenyatannya wilayah studi ini juga berhimpitan dengan kawasan studi disiplin ilmu yang lain. Sosiologi misalnya. Hal itu bisa dimaklumi lantaran manusia adalah 'obyek m ateria' dari semua disiplin ilmu sosial. Sekalipun sosiologi memusatkan perhatian terhadap masyarakat, namun disadari bahwa masyarakat itu menjadi ada lantaran adanya kebudayaan. Keduanya bukan hanya berkoeksistensi namun juga berintegrasi. Masyarakat memproduksi kebudayaan sekaligus sebagai pengguna kebudayaan itu untuk bereksistensi. Itulah sebabnya, dalam studi sosiologi samasekali tidak mungkin mengabaikan aspek kebudayaan. Pandangan semacam ini setidaknya dikemukakan oleh para penganut diterminisme kebudayaan seperti antropolog Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski ketika menyatakan bahwasegala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan keberadaannya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.1
Definisi klasik mengenai kebudayaan yang hingga kini menjadi sumber rujukan adalah dikemukakan oleh E.B. Tylor seorang antropolog terkemuka, dalam bukunya Primitive Culture, yang terbit tahun 1924:2  "Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat” Dalam perpektif sosiologi, kebudayaan sebagaimana dikemukakan oleh Alvin L. Bertrand, adalah segala pandangan hidup yang dipelajari dan diperoleh oleh anggota-anggota suatu masyarakat.

2.      Bentuk-Bentuk Kebudayaan 
Sesungguhnya banyak cara untuk mengklasifikasikankebudayaan. Di kalangan sosiolog umumnya sepakat bahwa kandungan kebudayaan pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua komponen yaitu material culture dan nonmaterial culture 4. Untuk istilah yang pertama tampaknya semuanya sepakat, sedangkan untuk yang kedua, ada pula yang menyebut immaterial culture. Bertrand mem,beri pengertian 'material culture', sebagai: "... a culture includes those things Which men have created and use which have a tangible forms" (jenis kebudayaan dimana orang telah menciptakan dan menggunakan ciptaanya itu untuk memiliki bentuk yang berwujud). Sedangkan 'nonmaterial culture' sebagai: "all those creations of man with he uses to explain and guide his actions, but with are not found except in his mind" (segala bikinan manusia yang ia gunakan untuk menyatakan dan membimbing tindakannya, tetapi bikinannya itu tidak bisa didapati kecuali di dalam pikirannya saja5.
Adapun Selo Soemardjan, sosiolog paling terkemuka di Indonesia, merumuskan kebudayaan sebagai: "semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (pemberian huruf tebal oleh penulis)." Karya menghasilkan 'material culture', sedangkan rasa dan cipta membuahkan 'immaterial culture”. Rasa itu sendiri menghasilkan segala kaedah dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti yang luas; sedangkan cipta menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan.6 Bertitik tolak dari pembahasan singkat tersebut, patut dicurigai bahwa didalam kebudayaan terdapat adanya oposisi biner (binary oposition) sebagaimana pernah dituduhkan oleh antropolog strukturalis Levi-Strauss.
Jadi didalam kebudayaan itu ada unsur kontradiksi, yang menciptakan ketegangan-ketegangan kreatif. Dua ketegangan itu memiliki konsekuensi bahwa kebu-dayaan itu tidak pernah mandeg. Selalu melakukan rekonstruksi diri ataupun mendekonstruksi diri. Setidaknya ada lima oposisi biner didalam diri kebudayaan, yaitu: budaya material versus budaya immaterial, idea budaya versus realitas budaya, budaya seharusnya versus budaya senyatanya, budaya tinggi versus budaya rendahan, budaya elite versus budaya massa.

3.      Masyarakat Tradisional
a.      Pengertian Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosialnya. Jadi, masyarakat tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Jadi, kebudayaan masyarakat tradisional tidak mengalami perubahan mendasar. Karena peranan adat-istiadat sangat kuat menguasai kehidupan mereka.
Masyarakat tradisional hidup di daerah pedesaan yang secara geografis terletak di pedalaman yang jauh dari keramaian kota. Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Istilah desa dapat merujuk pada arti yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandangnya.
Secara umum desa memiliki 3 unsur, yaitu :
1)      Daerah dan letak, yang diartikan sebagai tanah yang meliputi luas, lokasi dan batas-batasnya yang merupakan lingkungan geografis;
2)      Penduduk; meliputi jumlah, struktur umur, struktur mata pencaharian yang sebagian besar bertani, serta pertumbuhannya.
3)       Tata kehidupan; meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan warga desa.
Ketiga unsur dari desa tersebut tidak lepas satu sama lain, melainkan merupakan satu kesatuan Secara sosiologis pengertian desa memberikan penekanan pada kesatuan masyarakat pertanian dalam suatu masyarakat yang jelas menurut susunan pemerintahannya. Bila kita amati secara fisik, desa diwarnai dengan kehijauan alamnya, kadang-kadang dilingkungi gunung-gunung, lembah-lembah atau hutan, dan umumnya belum sepenuhnya digarap manusia.
Secara sosial kehidupan di desa sering dinilai sebagai kehidupan yang tenteram, damai, selaras, jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik. Oleh karena itu, desa dianggap sebagai tempat yang cocok untuk menenangkan pikiran atau melepaskan lelah dari kehidupan kota. Akan tetapi, sebaliknya, adapula kesan yang menganggap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, sulit menerima pembaharuan, mudah ditipu dan sebagainya. Kesan semacam ini timbul karena masyarakat kota hanya mengamati kehidupan desa secara sepintas dan kurang mengetahui tentang kehidupan mereka sebenarnya.
Perlu kita pahami bahwa tidak semua masyarakat desa dapat kita sebut sebagai masyarakat tradisional, sebab ada desa yang sedang mengalami perubahan ke arah kemajuan dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama. Jadi, masyarakat desa yang dimaksud sebagai masyarakat tradisional dalam pembahasan ini adalah mereka yang berada di pedalaman dan kurang mengalami perubahan atau pengaruh dari kehidupan kota.
b.      Ciri-Ciri Masyarakat Tradisional
Ciri yang paling pokok dalam kehidupan masyarakat tradisional adalah ketergantungan mereka terhadap lingkungan alam sekitarnya. Faktor ketergantungan masyarakat tradisional terhadap alam ditandai dengan proses penyesuaian terhadap lingkungan alam itu. Jadi, masyarakat tradisional, hubungan terhadap lingkungan alam secara khusus dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu :
1)  Hubungan langsung dengan alam, dan
2)  Kehidupan dalam konteks yang agraris.
Dengan demikian pola kehidupan m masyarakat tradisional tersebut ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :
1) Ketergantungan terhadap alam,
2) Derajat kemajuan teknis dalam hal penguasaan dan penggunaan alam, dan
3) Struktur sosial yang berkaitan dengan dua faktor ini, yaitu struktur sosial geografis serta struktur pemilikan dan penggunaan tanah.

4.      Masyarakat Transisi
a.      Pengertian Masyarakat Transisi
Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.

b.      Ciri-Ciri Masyarakat Transisi
Ciri-ciri masyarakat transisi :
1.      Adanya pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industry.
2.      Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya tingkat pendidikan rendah, tetapi menjadi sekrang mempunya tingkat pendidikan yang meningkat.
3.      Mengalami perubahan ke arah kemajuan.
4.      Masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman.
5.      Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.
6.      Biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.

5.      Masyarakat Modern
a.      Pengertian Masyarakat Modern
masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam mencapai kemajuan itu masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.
Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.  Pengertian kota secara sosiologi terletak pada sifat dan ciri kehidupannya dan bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk di suatu wilayah perkotaan. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa tidak semua warga masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern, sebab banyak orang kota yang tidak mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan peradaban dunia masa kini, misalnya gelandangan atau orang yang tidak jelas pekerjaan dan tempat tinggal.

b.      Ciri-Ciri Masyarakat Modern
Alam tidak lagi hal yang amat vital dalam menunjang kehidupan mereka seperti yang dialami masyarakat tradisional. Sebaliknya alam dikendalikan dengan kemampuan pengetahuan mereka dalam menunjang kehidupan yang lebih baik.
Masyarakat kota yang hidupnya mengalami gejala modernisasi umumnya hidup dari sektor industri, selain itu mereka juga hidup dari sektor perdagangan kepariwisataan, dan jasa lainnya. Jadi, kota yang sebagian besar warganya terlibat dalam kegiatan itu disebut kota industri. Sistem mata pencaharian sektor industri mempengaruhi segi-segi kehidupan sosial masyarakat modern antara lain mempengaruhi pembentukan sistem pelapisan sosial, organisasi sosial, pola-pola perilaku, nilai dan norma sosial, kekuasaan dan wewenang dan segi-segi kehidupan lainnya yang merupakan ciri-ciri masyarakat modern.

6.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan Masyarakat Indonesia
Dalam realitas kehidupan masyarakat moderen, masalah-masalah yang berkaitan dengan politik dan perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, bahkan terhadap suku asli yang tidak tersentuh dalam belahan dunia ini. Kemajuan ekonomi dan teknologi di dunia Barat telah membuktikan keunggulan ekonomi kapitalis dan pasar bebas. Dalam perdagangan internasional, negara-negara Dunia Ketiga yang telah terseret ke dalam kapitalisme dunia dan pasar bebas ternyata telah menghasilkan polarisasi yang tajam antara kaum miskin yang semakin banyak jumlahnya dengan lapisan orang-orang kaya. Salah satu faktor penyebabnya adalah akibat eksploitasi sumber daya alam untuk memperbesar pertumbuhan ekonomi  daerah dan nasional, tetapi manfaatnya belum dirasakan oleh masyarakat, bahkan kondisi ini telah menghancurkan tatanan budaya lokal dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini merupakan penghisapan surplus ekonomi yang seharusnya dinikmati oleh masyarakat dan semakin meluasnya tingkat kerusakan lingkungan.
Terhadap kondisi di atas, kalangan akademisi yang berpikir kritis dan kelompok aliran humanis menyebutkan sebagai suatu kesadaran dalam melihat realitas kehidupan moderen sebagai kekecewaan dunia (disenchantment of the world) terhadap modernisasi yang kurang peka terhadap penderitaan kaum miskin dan kerusakan ekosistem alam.
Dalam menghadapi tantangan global kebudayaan Dayak telah mengalami transformasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat maupun sebagai penangkal bagi intervensi luar yang ingin merusak tatanan sosial dan upaya-upaya  memperbesar kerusakan lingkungan alam.
modernisasi yang dipahami sebagai impor dari dunia Barat dengan ideologi kapitalisme yang memiliki kecenderungan materialisme, telah menghancurkan sistem mata pencaharian masyarakat lokal dan hancurnya tatanan adat dan penghisapan atas surplus ekonomi yang seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat lokal. Mereka mengibaratkan seperti speed boat yang sedang melaju di pinggir sungai yang tidak mempedulikan ombaknya yang besar yang dapat menenggelamkan perahu-perahu kecil, mengganggu nelayan yang sedang memancing dan membasahi orang- orang yang sedang berada di batang (dermaga masyarakat). Kondisi ini telah terjadi akibat eksploitasi sumberdaya hutan secara besar- besaran oleh pengusaha HPH dan perkebunan untuk memenuhi permintaan pasaran dunia dan politik utang yang menyeret bangsa Indoneisa ke dalam ekonomi kapitalis dan pasar bebas yang merugikan masyarakat lokal tanpa melakukan kebijakan proteksi untuk mengamankan industri dalam negeri yang berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat.
Disamping itu masyarakat Indonesia dipaksakan untuk memasuki era modernisasi ketidak mampuan masyarakat untuk bersaing dengan kebudayaan  bangsa asing sehingga mengakibatkan masyarakat harus tunduk terhadap kebudayaan bangsa asing, hal ini tampak dari proses pendidikan masyarakat Indonesia yang belum dibekali pengetahuan yang sepadan, salah satunya kecakapan dalam menguasai tegnologi.
oleh pelaku budaya lokal telah mengalami revitalisasi sejalan dengan berkembangnya pengetahuan dan nilai- nilai yang hidup dalam masyarakat sehingga menjadi pengetahuan publik  dalam mengatasi atau memberi respon terhadap realitas kehidupan yang dialami pada masa kini

                               

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
1.      Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, pre-experimental yang mengkaji kultur kebudayaan Indonesia dari pengaruh globalisasi zaman tanpa harus mengikis konsep kebudayaan yang telah ada. Penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol tetapi menerapkan desain penelitian yang dilaksanakan dengan cara membandingkan hasil pre-test dengan hasil post-test. Desain yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
 Pre-test                           Treatment                                  Post-test
     T1                                                                X                                             T2
Tabel 3.1 Model Rancangan Penelitian (Arikunto, 2002)

Keterangan:
T1  : Pengukuran pertama sebelum subjek di beri perlakuan ( Pre-test)
X  : Treatment atau perlakuan (teknik self management)
T2 : Pengukuran kedua setelah subjek diberi perlakuan  (Post-test)
Adapun prosedur penelitian, mulai dari penentuan subjek penelitian, pre-test, pemberian perlakuan berupa teknik relaksasi, dan post-test, dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.                  Pelaksanaan pre-test terhadap subjek berupa pemberian angket penelititan yang berisi daftar pertanyaan tentang penggunaan waktu luang Pelaksanaan pre-test dilaksanakan selama 1 hari, dimana dalam pelaksanaanya di bantu oleh guru bimbingan konseling.
b.                  Pemberian perlakuan berupa teknik self management terhadap subjek penelitian.
c.                  Pelaksanaan post-test terhadap subjek penelitian berupa memberikan angket penelitian yang berisi item pertanyaan tentang penggunaan waktu luang siswa.

B.     Waktu  Dan Tempat Penelitian
1.      Waktu
Waktu diadakan penelitian ini adalah pada hari senin tanggal 21 oktober 2012
2.      Tempat
Tempat ddiadakan penelitian ini adalah berangkat dari sebuah inisiatif kedaerahan yang kemudian dikembangkan oleh peneliti kepada setiap segenap lapisan masyarakat Indonesia


C.    Populasi Dan Sampel
1.      Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa populasi adalah :

KeseIuruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut populasi atau studi kasus

Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lapisan masyarakat indonesia
2.      Sampel
Sutrisno hadi mengemukakan bahwa sampel adalah "sebagian dari populasi disebut sampel, se.jumlah penduduk jumiahnya kurang dari populasi". Oleh karena besarnya subjek dalam populasi, maka sampel dalam penelitian ini adalah segenap lapisan masyarakat Indonesia.


D.    Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah[1]. Oleh karena itu, dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah:

 

1)      Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah model checklist dimaksudkan untuk mengamati aktivitas masyarakat dalam berinteraksi dengan sesamanya.
2)      Angket
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responder dalam arti tanggapan pribadi atau hal-hal yang diketahuinya. Dalam penelitian ini yang hendak diungkap dari instrumen angket adalah tanggapan masyarakat dalam bernegara.
3)      Soal Tes
Test merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan atau kemampuan kognisi masyarakat. Test yang diberikan kepada responden dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan tetap mengacu pada kebudayaan yang ada. Tes disusun dalam bentuk tes uraian dan pilihan ganda.

4)      Dokumentasi
Instrumen dokumentasi yang digunakan adalah model checklist dan dokumentasi tertulis. Model checklist dimaksudkan untuk merekap data



Tidak ada komentar:

Posting Komentar